Dahulu kala
hiduplah sepasang kekasih yang saling mencintai. Mereka sudah begitu lama saling
mengenal. Saat mereka masih bertunangan sebelum menikah, sesuatu hal terjadi. Sang
wanita hamil! Dan yang lebih mengejutkannya, bayi yang dikandung bukanlah bayi dari si pria.
Meski begitu,
si pria memutuskan untuk menerima sang wanita apa adanya dan menikahinya. Dalam
kondisi wanita yang sedang mengandung, mereka melakukan perjalanan, itu
bukanlah perjalanan bulan madu. Si pria bahkan lupa memesan kamar hotel sehingga sang istri harus melahirkan tanpa bantuan.
Hubungan mereka
bahkan jauh dari ideal. Ada masalah, keraguan, desas desus, dan ketidakstabilan
yang terjadi, belum lagi mengingat pengorbanan yang harus mereka tanggung untuk
membesarkan seorang anak yang bukan anak mereka. Tapi mereka bertekad untuk terus
maju. Itulah takdir mereka sebagai pasangan yang dipilih Tuhan untuk membesarkan
Anak Allah. Mereka terus bersama. Mereka adalah Yusuf dan Maria, orangtua yang membesarkan Yesus.
Kisah cinta
dan kesetiaan Yusuf dan Maria inilah yang seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi
setiap pernikahan. Karena dari kisah ini kita bisa belajar tentang 5 pelajaran penting yaitu:
1. Belajar Percaya Kepada Tuhan
“Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba
Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.” (Lukas 1 : 38)
Secara akal,
hal ini tentu saja tidak mungkin atau tidak masuk akal. Situasi tersebut mungkin
terdengar mustahil. Tetapi baik Yusuf dan Maria memilih untuk percaya kepada Tuhan.
Mempercayakan Tuhan melakukan apa yang Dia hendak lakukan. Dia tahu apa yang
Dia lakukan ketika Dia mempercayakan pasangan ini merawat putra-Nya. Dia tahu
apa yang Dia lakukan ketika Dia mempersatukan Anda dan pasangan Anda. Sebab Ia adalah
Allah yang akan melakukan segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Jadi, percaya sajalah!
2. Belajar Percaya kepada Pasangan
“Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu,
malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak
Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” (Matius 1 : 20)
Kasih yang
sempurna melenyapkan semua rasa takut. Jangan biarkan rasa takut
merasuki pernikahan Anda atau membagi cinta Anda. Sebab pernikahan seringkali
dipoles dengan cahaya yang negatif. Media mengumbar soal perselingkuhan dan kecurigaan
terhadap sebuah hubungan. Tapi sesungguhnya tidak! Belajarlah untuk percaya kepada pasangan Anda, cintai dia tanpa rasa takut, tanpa ragu.
3. Belajar Tumbuh Bersama di Tengah Situasi Sulit
“Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti
yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.” (Matius 1 : 24)
Ketidaksetiaan.kondisi
keuangan yang buruk. Pengangguran. Anak nakal. Mendapat intervensi dari pihak luar.
Masalah-masalah ini tentu tidak mudah dihadapi. Tapi tak akan ada pernikahan seaneh
dari cerita seorang wanita yang mengaku mengandung anak setelah melihat malaikat. Bahkan dalam kondisi mengandung pun, Yusuf tetap setia kepada Maria.
Dalam keadaan
sulit cinta bisa tumbuh. Proses ini tak akan mudah. Akan banyak ujian, namun Anda
akan melihat bahwa api cinta akan semakin teruji dan kuat. Maria dan Yusuf mengasihi
bayi Yesus dan mereka bahkan saling mengasihi. Mereka tidak mengijinkan kondisi sulit merusak cinta tersebut.
4. Belajar Berjalan Bersama
“Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di
Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud” (Lukas 2 : 4)
Maria dan Yusuf
menempuh perjalanan bersama untuk melahirkan Putra Allah. Mereka saling bahu
membahu. Mereka mungkin tidak punya jawaban atas semua pertanyaan. Tapi mereka tetap tidak bisa melakukan perjalanan itu sendirian.
Perumpamaan
‘berdua lebih baik dari seorang diri’ mungkin ada benarnya. Anda mungkin tidak tahu
apa yang ada di depan sana. Tapi dengan menjalani sebuah pernikahan bersama-sama
dan saling melindungi maka sedikit beban akan terangkat. Perjalanan akan lebih menyenangkan ketika setiap pasangan berjalan bergandengan.
5. Belajar Untuk Mengubah Cara Pandang
“..dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya
yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam
palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” (Lukas 2 : 7)
Ketika Yesus lahir, keajaiban terjadi meskipun hal itu terjadi hanya di sebuah palungan yang kotor dan bau. Hal ini mengajarkan kita bahwa keajaiban itu tidak hanya terjadi ketika kita berada di tempat yang nyaman dan menyenangkan. Kita akan menemukan keajaiban ketika kita mengubah cara pandang kita.
Kiranya Natal kali ini mengajarkan kita banyak pelajaran penting hidup, khususnya soal pernikahan.
Sumber : Crosswalk.com/jawaban.com