Setelah kita mengetahui bagaimana proses dalam memulai hubungan pacaran yang baik, maka di dalam pacaran tersebut, kita perlu mengetahui apa saja yang perlu kita pelajari sehingga menghasilkan hubungan pacaran yang murni dan sehat, hubungan langgeng yang nantinya akan membawa kita pada suatu pernikahan yang kudus.
Belajar Untuk Mencintai
Sejak kecil, kita menerima cinta dan merasakan dicintai oleh orangtua dan saudara-saudara dalam keluarga. Semakin kita tumbuh besar, kita pun mulai merespon cinta yang kita terima itu dengan tindakan dan perasaan cinta yang sama. Dalam berpacaran, cinta pun perlu dipelajari. Jika pada awalnya cinta yang menerima terjadi dalam hubungan pacaran yaitu cinta eros, maka kembangkan sedikit demi sedikit sehingga menjadi cinta agape, yaitu cinta yang memberi dan tanpa syarat. Cinta ini tidak diberikan hanya kalau pasangan melakukan hal-hal yang sesuai dengan yang kita mau, tapi memberi cinta karena memang kita mengasihi, menerima, dan menghormati pacar kita apa adanya.
Belajar Membedakan Hak dan Kewajiban
Karena sudah menjadi kekasih dan merasa saling memiliki, bukan berarti kita dapat berbuat apa saja dengan pacar kita dan menuntut pacar kita melakukan apapun yang kita inginkan. Kadang-kadang atas nama cinta, kita terjebak dalam hubungan yang saling menuntut dan bukannya saling memberi.
Jika pemuda meminta pacarnya melakukan hubungan badan, itu bukan dalam rangka menuntut haknya (karena hak itu baru ada setelah mereka menjadi suami istri), namun hal itu justru melanggar kewajibannya menjaga kemurnian pacarnya. Jika seorang wanita memanfaatkan pacarnya untuk kesenangan sendiri, misalnya minta diantar kemanapun dia mau, minta dibelikan sesuatu yang mahal, maka semua itu bukanlah haknya.
Hak-hak dalam berpacaran yaitu saling punya waktu bebas untuk diri sendiri, hak untuk tetap menjadi diri sendiri, hak untuk mempunyai hobi masing-masing, dan hak untuk punya waktu khusus bagi Tuhan. Kewajiban dalam pacaran seperti berkewajiban untuk berkomitmen, setia, dan belajar saling mengasihi.
Belajar Menjadi Realistis
Meskipun dalam suasana asmara dan romantisme, pasangan yang berpacaran tetaplah harus realistis. Harus disadari bahwa realitas kehidupan tidaklah selalu manis, romantis, dan berbunga-bunga setiap waktu. Jadi saat berpacaran, jangan hanya melakukan kegiatan yang sifatnya hanya untuk bersenang-senang, tapi mulailah memberikan perhatian kepada orang-orang yang lebih sengsara, bertumbuh bersama saat kesulitan menghimpit.
Belajar Untuk Berjaga-Jaga
Cinta dua manusia dari sudut pandang dunia adalah cinta yang mengumbar kesenangan dan hawa nafsu, kepuasan diri dan kegembiraan sesaat. Jika tidak berjaga-jaga, bisa jadi kita ikut arus dunia dan mulai menerima nilai-nilai yang diajarkan tersebut.
Alih-alih belajar saling mengenal, bertanggung jawab, belajar memberikan komitmen dan kesetiaan, belajar saling berkorban, ataupun belajar mengendalikan diri, malah banyak yang jatuh dalam dosa. ([kitab]ikori6:15,18[/kitab])
Pasangan yang longgar dalam pengekangan diri terhadap godaan berhubungan seksual di masa pacaran, jika pada akhirnya berhasil memasuki bahtera rumah tangga, umumnya menjadi lebih rentan terhadap godaan perselingkuhan dan hubungan seksual di luar perkawinan.
Sebaiknya cari kegiatan bersama di tempat ramai dan banyak teman. Carilah kegiatan yang proaktif. Hindarilah tempat yang tersembunyi dan tidak diketahui orang lain. Hindari juga hiburan yang tidak sehat di dalam musik, buku, film yang menyajikan sensualitas.
Beberapa Kegiatan Positif Saat Berpacaran
Ikuti kegiatan pengembangan diri bersama seperti pelatihan kerja atau kursus pengembangan diri
Ke perpustakaan untuk belajar suatu ketrampilan yang bermanfaat
Belajar memasak berdua
Berkebun berdua
Berolahraga bersama
Saling mencoba hobi satu sama lain
Kegiatan dalam lingkup gereja
Baca juga :
Cara Ikuti Training Agar Benar-Benar Bermanfaat
Surat Gadis 15 Tahun Untuk Ayahnya
Forum : Tempat Wisata Idaman Jcers
Siasati Keuangan Saat Biaya Hidup Bertambah
Sumber : katolisitas.org by lois ho/jawaban.com