Janji Setia
Sumber: geoconger.wordpress.com

Marriage / 6 February 2014

Kalangan Sendiri

Janji Setia

Puji Astuti Official Writer
10604

Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu (Amsal 5:18 TB)

Dari waktu ke waktu penulis berjumpa dengan orang-orang yang merasa kecewa dengan pernikahan mereka, antara realitas kehidupan dan janji. Masa-masa pacaran dilewati dengan menghabiskan waktu bersama, makan bersama, nonton bersama, ke gereja bersama, dan segala aktifitas lainnya ingin dihabiskan bersama, pokoknya dunia milik berdua. Janji lepas janji mengalun di udara, semerbak bagaikan bunga ros, semanis madu, merdu terdengar di telinga.

“Aku akan selalu mendampingimu sayang kemanapun engkau pergi, hujan api sekalipun akan ku terjang demi cintaku padamu.”  Terbuai oleh cinta yang memabukkan, John telah berhasil menembakkan panah asmaranya menembus hati Jeannie. Sulit dilukiskan untuk menggambarkan perasaan cinta yang sedang dialami kedua pasangan muda ini. Realitas atau emosi, demikian pertanyaan yang muncul dalam alam pikiran kita bukan?

Setahun setelah menikah, Jeannie merasa John telah berubah, tidak jarang John meninggalkan kantor jam delapan malam. Suatu saat Jeannie yang merasa sangat kesepian mulai mempertanyakan apakah John dapat bekerja lebih singkat sehingga ia dapat lebih awal pulang kerumah. Jeannie mengingatkan John bahwa ia berjanji untuk senantiasa mendampinginya. John pun mengingatkan Jeannie bahwa jam kantornya tidak pernah berubah sejak mereka pacaran. Perubahan apakah sebenarnya yang telah terjadi sehingga timbul gesekan seperti ini? Jika pada saat pacaran Jeannie bisa menerima keberadaan ini, perubahan apakah yang timbul pada diri Jeannie sehingga Jeannie tidak lagi dapat menerima keberadaan jam kantor John yang panjang? Inilah realitas hidup, John tidak selalu dapat menghabiskan waktunya bersama Jeannie. Sebelum menikah Jeannie masih berada dirumah orang tuanya, dengan demikian Jeannie tidak secara langsung mengalami jam kantor John yang panjang, namun setelah menikah Jeannie yang menunggu John dirumah merasa waktu-waktu yang dilaluinya sangat panjang. Perubahan yang terjadi adalah perubahan status dari lajang menjadi menikah, sedangkan Jeannie masih belum bisa menyesuaikan status sebagai isteri yang berada di rumah sendiri jauh dari orang tua, sehingga waktu menunggu pulangnya John dari kantor terasa terlalu lama dan Jeannie merasa tertolak.

Karena jam kantor yang panjang, John pun memilih untuk bangun lebih siang pada hari-hari liburnya. Ingin memulihkan tenaga untuk minggu depan demikian kilahnya. Pada hari Saptu pagi hari itu cuaca tidak menentu dan hujanpun turun dengan lebatnya, Jeannie segera membangunkan John dari tidurnya.

“John antarin aku donk kegereja, ada rapat kaum ibu.”

John yang merasa terganggu tidurnya berkata, “Ya sudah kamu naik taxi saja.”

Jeannie kembali mengingatkan John,  “John engkau berjanji hujan api sekalipun akan kau terjang demi cintamu padaku, ayo donk,” ajak Jeannie dengan manjanya.

Namun John yang masih lelah dengan santai berkata, “ya kalau hujan api, inikan hujan air sayang, jalanan licin dan banyak daerah yang banjir.”

Demikianlah gesekan-gesekan kecil mulai timbul yang selama pacaran tidak pernah menjadi masalah. Inilah realitas kehidupan yang sesungguhnya.

Bagaimanakah seharusnya kita menyelesaikan hal-hal yang dimulai dengan masalah yang sesungguhnya sepele dan kecil ini? Apakah kedua belah pihak telah kehilangan cinta mula-mula mereka? Cinta mula-mula tidak pernah hilang, yang ada hanyalah kedua belah pihak memilih untuk meninggalkan cinta mula-mula mereka. Karena itu kedua belah pihak harus berani melihat kembali apa yang menyebabkan mereka berdua pada awalnya saling jatuh cinta, apa yang menyebabkan mereka berdua saling mengalah dan saling memperhatikan pada awal mereka jatuh cinta satu dengan yang lainnya? Apakah mereka dapat mengulang kembali saat-saat kebahagiaan mereka itu? Bukankah ini merupakan sebuah pilihan yang baik?

Karena itu penulis mengajak anda sekalian untuk senantiasa jatuh cinta dan bersuka cita dengan pasangan hidup anda dan janganlah anda berhenti untuk berkencan dengan istri anda pada saat anda masuk dalam pernikahan, karena sesungguhnya berkencan dengan istri anda hanya dapat diakhiri pada saat maut memisahkan anda berdua. Semoga bermanfaat.

Penulis

Rev. Dr. Harry Lee, MD., Psy.D

Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles - California

 

www.rccla.org

Sumber : Rev.Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Halaman :
1

Ikuti Kami