Dari Pelukan Wanita-wanita Ke Pelukan Yesus

Family / 9 December 2009

Kalangan Sendiri

Dari Pelukan Wanita-wanita Ke Pelukan Yesus

Puji Astuti Official Writer
11129

Rasa ingin tahu yang terlalu besar telah membawa hidup Franky Mulder kepada keterikatan seks bebas dan pornografi. Di  usianya yang masih sangat belia, Franky saat itu masih duduk di kelas 1 SMP ketika bersama seorang teman melepaskan keperjakaannya di tangan seorang PSK.

"Kami penasaran wanita itu seperti apa," cerita Franky.

"Kami pergi ke tempat wanita-wanita nakal, kami pilih dan kami tanya "harus bayar berapa?" Uang kami ada, dan kami bayar. Lalu perempuan itu yang mengajari harus bagaimana. Saya sendiri saat itu belum tahu apa-apa. Disitulah saya mengenal perempuan dan melepaskan keperjakaan saya."

Ketagihannya akan seks tidak terbendung lagi sejak itu, apa lagi ketika Franky menginjak SMA.

"Pada saat saya SMA, otomatis saya melakukannya dengan pacar saya. Ditempat kost saya bebas, jadi saya melakukannya disana."

Seks bagi Franky sudah seperti makanan sehari-hari baginya. Bak gayung bersambut, nafsu birahinya seperti mendapat pemuasan ketika ia harus pindah ke luar negeri.

"Di Belanda saya mulai mengenal seks yang lebih dalam lagi. Saya mengenal seks bebas itu ketika di Belanda, karena disana lebih bebas. Kalau saya ke diskotik , kenalan dan suka sama suka. Kami keluar dan melakukannya di dalam mobil. Kadang ada yang sedang berpelukan di satu tempat dengan celananya yang sudah turun, hal itu tidak di gubris oleh orang-orang. Dan saya melakukan hal itu dengan seorang wanita yang sudah bersuami. Saya pikir waktu itu hal tersebut ngga berdosa karena kami melakukannya suka sama suka. Dan karena ngga ada paksaan, mengapa harus berdosa. Hal itu terjadi karena saat itu saya tidak mengenal Tuhan."

Nurani Franky seakan mati, tertutup oleh hitamnya dosa. Franky pun hanyut, mabuk dalam cinta yang salah.

"Hampir setiap malam wanita itu menghubungi saya, kadang dia datang ke apartemen saya, dan kami melakukannya dimasa saja. Kadang didalam mobil, kadang dirumah dia kalau suaminya tidak ada."

Tenggelam dalam lumpur dosa yang semakin dalam, Franky sepertinya tak kuasa untuk keluar dari dosa yang mengikatnya. Sesungguhnya, hal itu dilakukannya karena dia mencari kasih yang telah lama di ambil dari sisinya.

"Saya sangat sayang sama mama saya. Saya sangat bahagia sekali memiliki ibu yang seperti dia."

Berbeda dengan sosok ibu yang begitu dipujanya, Franky sangat terluka dengan perlakuan sang ayah.

"Pernah satu kali saya tidak bisa tidur siang. Saya lihat ada sekelompok anak-anak yang sedang bermain, dan saya sangat ingin bermain bersama mereka. Lalu diam-diam saya mengendap-endap ke halaman luar. Lalu saya ingin keluar tetapi lewat samping dan ketika akan memanjat pagar kaki saya tersangkut kawat. Kaki saya berdarah, lalu saya masuk lagi kerumah. Didalam saya ketemu kakak saya yang menanyai saya. Saya cerita kaki saya tersangkut kawat dan meminta dia jangan bilang papi. Namun kakak saya malah memanggil papi dan membuat saya dimarahi."

Hari itu Franky di seret ke kamar mandi, disiram dan dipukuli oleh sang ayah.

"Saya pikir harusnya kan kaki saya diobati, tapi ternyata tidak. Saya disiram dan dipukuli oleh ayah saya. Dan hal itu terekam terus dalam benak saya. Saya dendam sama ayah saya. Waktu itu saya berpikir, kalau seandainya saat itu saya sudah besar, saya akan mengajak ayah saya berkelahi."

Perlakuan keras sang ayah membuatnya semakin terpuruk dalam dendam dan sakit hati,  hidupnya seakan tiada arti saat ibu yang menjadi tumpuan kasihnya direngut dari sisinya.

"Kebetulan saat itu saya sedang keluar untuk beli sesuatu, agak lama, dan begitu saya kembali kawan saya bilang, ‘Frank, jangan sedih. Mama kamu sudah ngga ada.' Saya waktu itu sangat terpukul sekali."

Franky yang sebelumnya selalu tegar menghadapi segala sesuatu, hancur dan menangis sejadi-jadinya.

"Waktu ibu saya meninggal, saya menangis sejadi-jadinya. Saya sangat kehilangan sekali. Saya merasa tidak akan menemukan wanita yang sebaik itu lagi."

Kehausan akan kasih yang menderanya sejak kehilangan sang ibu, hal ini membuat Franky liar mencari cinta. Bahkan ketika ia pulang kembali ke Indonesia.

"Saat itu saya tinggal serumah dengan wanita yang tidak saya nikahi selama bertahun-tahun."

Jerat dosa semakin mengikatnya dengan kuat saat ia mengenal obat-obatan.

"Wanita itu mengikat saya dengan mensuplai saya dengan obat-obatan. Hal itu membuat saya bergantung pada wanita itu."

Keterikatannya pada narkoba membuat Franky berhalusinasi dan mendengar suara-suara yang membuatnya sangat ketakutan.

"Suaranya seperti ada di kebun, saya kejar ke kebun. Saya kejar pakai samurai ke kebun, tapi tidak ada apa-apa disana. Lalu saya dengar suara, ‘Kalau dia tidur, kita cekek dia.' Hal itu membuat saya berpikir, wah.. saya jangan tidur nih. Akhirnya selama berhari-hari saya ngga bisa tidur."

Begitu ketakutan kalau akhir hidupnya sudah dekat, Franky mendatangi saudara-saudaranya dan teman-temannya untuk meminta maaf.

"Saya bilang, ‘maaf ya kalau saya punya salah sama kamu, saya sudah mau mati nih.'"

Franky sudah merasa lelah dengan semua yang dijalaninya, dia menyadari bahwa apa yang ia jalani saat itu tidak benar. Akhirnya Franky mengunjungi salah satu kerabatnya yang membimbing dia untuk mengenal Yesus Kristus.

"Saya sudah cape dengan kehidupan lama, saya ingin menjalani kehidupan yang baru. Saya ingin kehidupan yang normal, memiliki keluarga, memiliki anak. Saya ingin keluar dari lingkaran setan ini."

Franky merasakan kedamaian saat dia didoakan, bahkan tidak hanya itu, sebuah perjumpaan Ilahi benar-benar membuatnya yakin bahwa Yesus sanggup mengubah hidupnya.

"Sebelum saya tidur saat itu saya melihat Yesus di depan saya, dan hanya menatap saya. Dia tidak bicara sama sekali. Namun hal itu sudah membuat saya merasa terlindungi, ada yang menjaga saya. Saya tidur, dan saya tidur dengan nyenyak sekali. Dari situ saya menyadari bahwa sudah waktunya saya menyerahkan hidup saya pada Tuhan Yesus Kristus."

Keputusannya untuk berubah, membawa dia untuk berumah tangga. Namun ada ikatan dosa yang masih mengikat dia.

"Untuk seks, sesudah menikah dengan dia, saya tidak pernah melakukannya dengan wanita lain. Hanya yang masih saya miliki adalah film porno. Jika tidak menonton film porno, untuk berhubungan seks itu agak sulit. Jadi harus nonton film porno dulu baru gairahnya besar. Kadang-kadang saya ingin melakukan apa yang ada di film yang saya tonton."

Dari ajakan seorang teman, Franky pun mengikuti suatu camp khusus pria.

"Singkat cerita saya ikut camp pria sejati. Semua dibukakan, itulah dosa-dosa yang saya buat. Hancur hati saya waktu itu, karena saya melihat betapa berdosanya saya pada Tuhan. Betapa Tuhan itu baik banget sama saya, tapi saya yang ngga tahu sama sekali, sehingga saya melakukan sesuatu yang menyalahi aturan Tuhan. Saya sudah mohon ampun pada Tuhan, dan saya tidak akan melakukan lagi dalam pernikahan saya."

Setelah camp itu, semua film porno dibuangnya dengan tangannya sendiri. Sang istri pun melihat perubahan yang radikal yang terjadi dalam hidup Franky dan sangat bersyukur atas hal itu.

"Yesus itu adalah segala-galanya buat saya. Kasih sayang yang saya cari-cari selama ini ada didalam Dia. Saya sudah mengampuni ayah saya, kini saya tidak ada lagi akar kepahitan pada ayah saya," demikian ungkap Franky menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 9 Desember 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:
Franky Mulder

Sumber : V090911145426
Halaman :
1

Ikuti Kami