Berdiri di Pagar Dunia atau Pagar Tuhan. Pilih yang Mana?
Kalangan Sendiri

Berdiri di Pagar Dunia atau Pagar Tuhan. Pilih yang Mana?

Lori Official Writer
      3106

2 Timotius 2: 10

Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 96; Lukas 17; Daniel 11-12

“Apakah kamu berada di satu sisi pagar atau di sisi lain?” kata Pendeta Chip.

“Jangan mengangkangi pagar. Pikirkan tentang hal itu. Itu sangat sakit!”

Kata Pendeta Chip sambil melemparkan salah satu kakinya ke pagar imajiner, mengangkat jari-jari kakinya yang bergoncang dan meringis saat meletakkan kakinya di bawah. “Kamu harus memilih salah satu sisi.”

Dia bicara tentang memijakkan satu kaki di dunia dan yang lainnya di dalam Kristus.

Tapi aku sudah menjumpai banyak area abu-abu dalam agama Kristen yang membuatku melompati pagar seperti halnya asal mula Paskah, dimana saat itu para teolog yang berbeda jaman menyampaikan perbedaan pandangan. Hingga orang Kristen terpecah belah menjadi denominasi. Dan tentang Halloween, aku mengakui kalau aku sudah melompati pagar.

Aku menghabiskan masa kecilku dengan merayakan Halloween, memainkan permainan yang berhubungan dengan itu, berdandan dengan salah satu karakternya. Memang sangat menyenangkan! Tapi aku tidak tahu sama sekali tentang asal usulnya.

Setelah 20 tahun berlalu, sejak menjadi seorang ibu, aku baru menyerap semua pengertian dan rasa hormat akan Tuhan. Aku berhati-hati sekali dengan apa yang masuk ke rumah dan ke dalam hidupku. Entah itu berasal dari tayangan TV, film dan orang-orang di sekitarku.

Dan pada suatu hari di bulan Oktober, pengasuh kami memberikan selembar kartu saat aku menjemput anak-anakku dari rumahnya. Di sana dituliskan, ‘Kebenaran Tentang Halloween’.

Aku terkejut saat mengetahui betapa berakarnya kejahatan itu. Hal ini benar-benar sebuah tradisi sihir dan satanisme yang kelam. Suamiku dan aku merasa bahwa kami adalah orang yang naif selama bertahun-tahun, membuat kami sangat rentan terhadap serangan si iblis. Hal yang membuat kami merasa tidak bersalah. Tapi kami memutuskan untuk tidak lagi merayakan Halloween.

Dengan itu, anak-anak kami yang sudah beberapa tahun merayakan Halloween harus mengikuti keputusan kami. Kami menjelaskan alasan kenapa tidak bisa merayakan Halloween. Kami menyampaikan bahwa kami hanya ingin melindungi mereka dari kejahatan dan meyakinkan bahwa kami harus berdiri di atas pagarnya Tuhan. Kami tidak ingin mengangkangi pagar Tuhan karena kami menghormati-Nya.

Keempat anak kami pergi bersama kami, dengan hati yang sedikit tak enak. Kami pun membelikan mereka banyak permen dan mengajak mereka makan malam setiap tahunnya.

Tapi 20 tahun kemudian, anak-anak kita yang sudah tumbuh dewasa pergi merayakan Halloween dengan kostum-kostum mereka. Cucu-cucu kita berpenampilan seperti pahlawan super. Kita mendapati larangan Halloween itu hanya berlaku untuk kita.

Ya, sampai saat ini aku sama sekali tidak suka dengan apa yang dimaksud dengan Halloween. Tapi aku pikir aku bisa menghormati Tuhan dengan cara pergi menghampiri tetangga ke rumahnya. Aku memang melihat hasil positif dari tetangga yang baik hati, memberi permen dan anak-anak tampak senang dengan hal itu.

Tidak merayakan Halloween, bukan berarti membuat kita berhak menghakimi orang yang merayakannya. Karena kita juga perlu mengasihi sesama kita dengan segenap hati, pikiran dan jiwa kita supaya dengan itu mereka bisa melihat kasih Tuhan melalui hidup kita.


Hak cipta Beth Patch, digunakan dengan ijin Cbn.com

Ikuti Kami