Bersyukur atas Masa Lalu, Melangkah Bebas ke Masa Depan

Bersyukur atas Masa Lalu, Melangkah Bebas ke Masa Depan

Lori Official Writer

Shalom saudara yang dikasihi Tuhan. Jumpa lagi bersama saya, Maria Kaesmetan. Apa kabar? Saya selalu berdoa agar saudara dalam keadaan baik-baik saja—seperti halnya Tuhan yang selalu menyediakan yang terbaik bagi kita.

 

Ayat Renungan: Yesaya 43:18–19 - "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara."

 

Saudara yang dikasihi Tuhan, dalam satu minggu ini kita akan membahas topik yang sangat menarik, bertepatan dengan perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80. Sebuah momen untuk merenungkan bagaimana negeri kita dibebaskan dari penjajahan. Tapi izinkan saya bertanya secara pribadi: Apakah Anda sudah benar-benar bebas? Pertanyaan ini menuntut jawaban dari setiap hati kita.

Hari ini, kita akan belajar dari Yesaya 43:18–19, di mana Tuhan mengingatkan kita untuk tidak terus mengingat hal-hal yang dahulu. Mengapa? Karena masa lalu memang mengajarkan banyak hal: ia membentuk dan menguatkan kita, bahkan membuat kita lebih berhati-hati. Dalam kepahitan, kerugian, dan kejengkelan sekalipun, ada pelajaran dan berkat. Tetapi, Tuhan tidak ingin kita terjebak di sana. Bila kita terus menoleh ke masa lalu, kita bisa kehilangan fokus terhadap masa depan yang Tuhan sediakan.

Saya suka dengan filosofi kaca spion. Kita semua yang berkendara pasti tahu fungsinya: untuk melihat ke belakang agar kita bisa mengemudi dengan lebih aman. Tapi bayangkan jika kita terus-menerus melihat ke kaca spion—bukan ke arah depan—kita bisa ditabrak atau menabrak orang lain. Demikian juga, bila kita terus mengingat luka masa lalu, kita kehilangan kesempatan untuk memperbaiki diri, berkembang, berkreativitas, dan mencari Tuhan lebih dalam lagi.

Saudara, mari kita ubah cara pandang kita. Masa lalu yang pahit sekalipun bisa menjadi pemicu semangat untuk bangkit. Keadaan yang merugikan bisa melatih kita untuk lebih berhati-hati dan siap dalam menghadapi masa depan. Bukankah itu pelajaran penting? Kita bisa bersyukur untuk semua itu.

 

Action Praktis:

Hari ini, ambillah waktu untuk berkata dalam hati: "Aku berterima kasih untuk masa laluku. Aku mau bebas menghadapi masa depan dengan cara memperbaiki diriku." Jangan tinggal di masa lalu. Mari melangkah bersama Tuhan ke hal-hal baru yang luar biasa yang sudah Dia sediakan.

 

Hak Cipta ©Maria Kaesmetan, Departemen Spiritual Life CBN Indonesia

 

Apakah Anda merasa ditinggalkan dan terpuruk di dalam banyak persoalan? Hari ini, Tuhan ingin hadir mengisi hidup Anda dengan kasih-Nya. Mari buka hati Anda untuk Dia masuk dan bekerja. Serahkan hidup Anda kepada Dia dan mengakui bahwa pengorbanan-Nya di kayu salib telah menebus hidup Anda selamanya. Atau jika Anda ingin berbagi, ingin didoakan atau membutuhkan bimbingan rohani, hubungi kami dengan klik banner di bawah.

Ikuti Kami