Ayat Renungan: Markus 4: 39 – “Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ‘Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.”
Ketika Yesus mengajak para murid untuk menyeberang, mereka tidak menyadari bahwa perjalanan itu akan menjadi pelajaran terpenting dalam hidup mereka. Badai yang datang tiba-tiba di Laut Galilea bukanlah badai biasa. Ini adalah badai dahsyat yang membuat para nelayan berpengalaman seperti Petrus pun panik. Perahu mereka mulai dipenuhi air, dan kematian terasa begitu dekat. Di tengah kekacauan itu, Yesus justru sedang tidur pulas di buritan. Tidur-Nya bukan karena Ia tidak peduli, melainkan karena kelelahan yang luar biasa setelah melayani banyak orang sepanjang hari.
Melihat Guru mereka tenang di tengah badai, para murid yang ketakutan membangunkan-Nya dengan pertanyaan yang penuh kecemasan: "Guru, tidakkah Engkau peduli kalau kita binasa?" Pertanyaan ini adalah cerminan hati yang dilanda ketakutan dan keraguan. Dalam keputusasaan, mereka mulai mempertanyakan kasih dan kepedulian Yesus terhadap hidup mereka. Bukankah kita sering melakukan hal yang sama? Saat badai masalah datang dalam hidup—entah itu masalah finansial, penyakit, atau hubungan yang retak—kita sering merasa seolah-olah Tuhan sedang tidur dan tidak peduli. Kita bertanya, "Tuhan, Engkau di mana? Tidakkah Engkau melihat kesulitan yang kualami?" Seperti yang dikatakan dalam Mazmur 13:2, “Berapa lama lagi aku harus menanggung kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?”
Namun, respons Yesus sangatlah luar biasa. “Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ‘Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.” (Markus 4: 39) Tindakan ini menunjukkan bahwa Yesus bukanlah pribadi biasa. Dia adalah Sang Pencipta, yang berkuasa penuh atas alam semesta. Kuasa yang sama yang menciptakan langit dan bumi juga mampu menenangkan badai yang mengancam hidup mereka. Setelah badai reda, Yesus mengajukan dua pertanyaan penting kepada mereka: "Kenapa engkau begitu takut? Kenapa engkau belum percaya?" Ini bukan teguran, melainkan sebuah ajakan untuk melihat siapa diri-Nya yang sebenarnya. Yesus ingin mereka memahami bahwa kehadiran-Nya di dalam perahu mereka jauh lebih penting daripada kondisi badai di luar.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa kehadiran Kristus adalah jaminan ketenangan di tengah badai hidup. Kita tidak dijanjikan hidup tanpa badai, tetapi kita dijanjikan penyertaan-Nya di dalam setiap badai. Seperti janji dalam Yesaya 41:10, "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." Alih-alih berfokus pada besarnya masalah atau badai yang sedang kita hadapi, mari kita ubah fokus kita pada Siapa yang berada di dalam perahu kita. Dia adalah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, yang jauh lebih besar dari setiap masalah yang ada. Ketika kita menyadari identitas-Nya, rasa takut kita akan digantikan oleh iman yang teguh, dan kita akan belajar untuk tetap tenang, bahkan saat ombak kehidupan menghantam.
Action Praktis:
Saat merasa khawatir atau takut karena masalah, berhentilah sejenak. Tarik napas dalam-dalam, lalu ucapkan kalimat ini dalam hati: "Tuhan, Engkau bersamaku. Engkau lebih besar dari badai ini." Taruh iman Anda sepenuhnya kepada Dia dan percaya bahwa Anda tidak sendiri.
Live Chat
Phone / SMS
0811 9914 240
0817 0300 5566
Whatsapp
0822 1500 2424