Beberapa tahun terakhir, istilah Gereja Setan kembali mencuat dalam pemberitaan, media sosial, hingga percakapan publik. Termasuk film terbaru Indonesia yang berjudul serupa, Gereja Setan.
Istilah gereja setan tentu menimbulkan kebingungan. Gereja yang identik dengan kekristenan, digabungkan dengan setan yang sangat bertentangan dengan gereja itu sendiri.
Benarkah ada gereja yang menyembah setan? Ataukah istilah ini digunakan sebagai simbol, satir, atau provokasi semata?
Sebagai orang percaya, tentu kita harus berpikir kritis. Apakah pantas kata “gereja” digunakan untuk sesuatu yang berlawan dengan Tuhan? Untuk memahaminya, kita perlu menelusuri makna Alkitabiah dari kata “gereja” dan membandingkannya degan fenomena Gereja Setan.
BACA JUGA: 7 Ciri-ciri Sekte Sesat Seperti yang Ada di Film Gereja Setan
Dalam Perjanjian Baru, istilah gereja diterjemahkan dari bahasa Yunani ekklēsia yang memiliki arti, “mereka yang dipanggil keluar”. Maksudnya adalah keluar dari kegelapan menuju terang Kristus.
1 Petrus 2:9 menegaskan, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”
Artinya, ekklēsia (gereja) bukan merujuk kepada bangunan. Melainkan, umat Allah yang hidup kudus, dipanggil untuk menjadi terang, tunduk pada kepemimpinan Kristus dan hidup berbeda. Hidup dalam terang dan kebenaran, dan menjadi tubuh Kristus yang kudus.
Kata ekklēsia (gereja) memiliki makna rohani yang sakral dan penuh identitas kekudusan.
Istilah Church of Satan pertama kali populer di Amerika Serikat pada tahun 1966. Organisasi ini didirikan dengan sengaja menggunakan kata church memprovokatif.
Namun, mereka sebenarnya menganut filsafat ateistik dan individualistik, bukan penyembahan setan secara literal. Kata “satan” dipakai sebagai simbol pemberontakan terhadap agama tradisional, terutama Kristen.
BACA JUGA: Mengapa Anak Perlu Dibekali Pengetahuan tentang Gereja Setan dan Ajaran Palsu?
Mengapa menggunakan kata gereja? Karena mereka ingin meniru struktur dan pengaruh sosial Gereja Kristen, sekaligus menantang simbol iman Kristen, juga menjadi upaya legitimasi organisasi keagamaan di bawah hukum negara.
Tetapi, penggunaan istilah tersebut tidak membuat mereka menjadi gereja dalam arti Alkitabiah. Mereka hanyalah organisasi yang merayakan nilai- nilai yang bertentangan dengan Injil.
Menyatukan kata gereja dan setan adalah kontradiksi yang fatal. Gereja adalah tubuh Kristus, sedangkan setan adalah lawan Allah, bapa segala dusta (Yohanes 8:44).
Alkitab menegaskan dalam 2 Korintus 6:14-15, “Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”
Oleh karena itu, istilah Gereja Setan bukan hanya keliru, tetapi juga menodai makna sejati gereja. Sama halnya seperti air dan minyak yang tidak mungkin menyatu.
Fenomena ini menantang orang percaya untuk lebih berhati-hati dalam memahami makna gereja. Ada beberapa hal yang perlu diingat:
BACA JUGA: Mongol: "Evil Cannot Touch You", Kuasa Janji Tuhan yang Menjaga Hidup Kita
Gereja bukan sekedar sebuah organisasi, melainkan identitas rohani bagi umat Allah. Gereja adalah kudus karen berasal dari Kristus, ditebus oleh darahNya dan dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang-Nya.
Maka dari itu, kita perlu menjaga kesucian makna gereja dari istilah yang membingungkan. Gereja tidak bisa disatukan dengan setan. Begitu pula terang, tidak bisa bersatu dengan gelap.
Jadi gereja yang sejati. Kita dipanggil untuk menjaga identitas gereja sebagai ekklēsia sejati, umat Allah yang hidup dalam terang Kristus dan membawa kemuliaan bagi-Nya.
Sumber : YouTube Jawaban Channel