Thabita Tirta Octaviani Zagoto (12), sulung dari lima bersaudara, tinggal di Desa Bawomataluo, Nias Selatan. Ayahnya bekerja serabutan di proyek, mamanya guru TK.
Hidup sederhana, yang penting cukup untuk kebutuhan harian. Namun satu hal jadi pergumulan keluarga adalah perihal handphone (HP). Tirta seringkali lupa waktu, melewati batas yang ditetapkan orang tua, bahkan sering bertengkar dengan adik-adiknya karena rebutan HP.
Sampai sang ayah pernah dua kali memecahkan HP di rumah karena pertengkaran anak-anaknya yang tak kunjung selesai. “Dua kali bapaknya memecahkan hape karena mereka berantem dengan hape,” tutur Marselina, guru School of Life (SoL) BKPN Jemaat Bawomataluo, Nias Selatan yang juga merupakan tante Tirta.
BACA JUGA: Anak 10 Tahun Ini Akhirnya Berani Akui Kesalahannya Setelah Nonton Layar Tancap Superbook
Awalnya, Tirta tidak tertarik dengan Superbook sama sekali. Ia lebih suka menyaksikan tayangan yang menyenangkan hatinya daripada belajar Firman Tuhan.
Namun, titik balik hidupnya terjadi pada 26 Juli 2025 saat BKPN Jemaat Bawomataluo bekerja sama dengan desa dan CBN mengadakan Layar Tancap Superbook di halaman desa. Malam itu diputar kisah “Elia: Api dari Surga.”
Di sana, Tirta menyaksikan bagaimana Elia menantang ratusan nabi Baal di Gunung Karmel. Saat para nabi Baal berseru tanpa jawaban, Elia berdoa singkat dan api Tuhan turun, membakar habis korban bahkan air di parit. Bangsa itu pun berseru, “TUHAN, Dialah Allah!”
Setelah menyaksikan kisah Nabi Elia, Ibu Ester menjelaskan berhala anak-anak zaman sekarang mungkin berbeda dengan zaman dulu. Berhala zaman sekarang bisa berupa HP, sesuatu yang menyita hati hingga kita mengabaikan orang tua, bahkan sibuk saat ibadah.
Kata-kata itu menembus hati Tirta sehingga ia bertanya pada mamanya, “Apa sih maknanya kalau kita dekat dengan Tuhan?”
Dengan bahasa yang sederhana, mamanya menjelaskan bahwa jika kita dekat dengan Tuhan, kita bisa berubah. Termasuk Tirta, yang punya kebiasaan bermain HP terlalu lama hingga kecanduan.
BACA JUGA: Kena Diskriminasi di Sekolah, Mayko Akhirnya Mau Memaafkan Setelah Belajar Kisah Tokoh Ini
Setelah itu, Tirta mengungkapkan pada tantenya, “Aku ada berhala… tapi aku malu cerita.”
Mendengar keberanian Tirta, Marselina sekali lagi berusaha menjelaskan kepada Tirta bahwa berhala bisa menghalangi persekutuan dan doa kita dengan Tuhan. Karena itu Tirta perlu berjumpa dengan Tuhan lewat doa, dan mengambil komitmen.
Dengan keyakinan penuh, Tirta menjawab, “Aku mau bersaksi. Aku mau aktif di SoL dan belajar firman Tuhan.”
Hari itu, Tirta berdoa bersama tantenya, “Tuhan, tolong sadarkan aku, apa yang telah aku lakukan selama ini. Aku sudah tidak menjalankan firmanmu, melawan, segala macam dia yang tidak Engkau sukai dariku, tolong maafkan aku.”
Sejak hari itu, ia mulai berdoa setiap pagi dan malam, bernyanyi, dan belajar firman Tuhan.
“Terus kami berdoa setiap hari seperti itu, berdoa, bernyanyi bersama, setiap pagi dan malam. Aku sadar ternyata bermain gadget itu tidak baik,” ungkap Tirta.
Perubahan Tirta berbuah nyata. Orang tuanya mengkonfirmasi bahwa Tirta tidak lagi kecanduan HP seperti sebelumnya. Sekarang ia menggunakan HP hanya untuk hal-hal penting seperti tugas sekolah, dan tidak lagi bertengkar dengan adik-adiknya karena rebutan HP.
BACA JUGA: Belajar Berani Seperti Daud, Anak Sekolah Minggu Ini Lawan Rasa Takutnya. Ini Kisahnya...
“Tuhan Yesus itu Juruselamatku. Dia melepaskan aku dari kecanduan itu, dan sekarang aku tidak bertengkar lagi dengan adik karena HP,” ucap Tirta dengan bangga.
Sekarang Tirta aktif mengikuti di Sanggar Belajar SoL dan sekolah minggu. Ia juga semakin mencintai firman Tuhan.
Kisah Tirta meneguhkan kita bahwa, ketika hati bertobat dan kembali kepada Tuhan, berhala apapun tidak lagi menguasai hidup juta. Tuhan Yesus sanggup memulihkan keluarga dan menata ulang kasih di rumah.
Saat ini masih banyak anak seperti Tirta yang bergumul dengan “berhala”nya. Mari bantu mereka mengenal Yesus lewat Superbook. Jadilah Mitra CBN hari ini. Daftarkan diri Anda, klik tombol di bawah:
Sumber : Superbook Indonesia