7 Fakta Lengkap Demo 25 Agustus 2025 di Gedung DPR RI
Sumber: x.com (@tempodotco)

News / 25 August 2025

Kalangan Sendiri

7 Fakta Lengkap Demo 25 Agustus 2025 di Gedung DPR RI

Claudia Jessica Official Writer
20892

Isu tentang Demo 25 Agustus 2025 di depan Gedung DPR RI belakangan ramai diperbincangkan publik. Ajakan turun ke jalan ini menyebar di media sosial X (Twitter) hingga grup WhatsApp, dan segera memancing reaksi dari berbagai kalangan.

Namun, di balik viralnya seruan ini, masih banyak pertanyaan mengenai siapa inisiatornya dan apa sebenarnya tuntutan yang dibawa. Berikut adalah fakta-fakta lengkap seputar demo 25 Agustus 2025:

1. Seruan Aksi Datang dari "Revolusi Rakyat Indonesia"

Ajakan demo beredar dengan mengatasnamakan kelompok bernama “Revolusi Rakyat Indonesia”. Dalam seruan tersebut, mereka mengklaim akan membawa agenda besar, termasuk desakan pembubaran DPR RI. Nama kelompok ini sendiri menimbulkan tanda tanya, sebab tidak jelas siapa figur yang benar-benar bertanggung jawab.

2. Isu Tunjangan Rp50 Juta Jadi Pemicu Utama

Gelombang protes muncul setelah mencuat kabar mengenai tunjangan perumahan anggota DPR yang mencapai Rp 50 juta per bulan. Publik menilai angka tersebut sangat ironis di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang masih sulit. Inilah yang kemudian menjadi bahan bakar utama bagi seruan aksi di depan gedung DPR RI.

 

BACA JUGA: Bagaimana Orang Kristen Menyikapi Politik? Haruskah Kita Anti-Politik atau Sebaliknya?

 

3. Tuntutan Ekstrem yang Mendesakan Dekrit Presiden

Tak berhenti di soal tunjangan, beberapa narasi di media sosial bahkan menuntut Presiden Prabowo Subianto untuk mengeluarkan dekrit pembubaran DPR RI. Tuntutan ini dianggap ekstrem, karena bisa berdampak besar terhadap stabilitas politik dan tata kelola negara.

4. Organisasi Buruh Tegaskan Tidak Ikut

Tokoh buruh Jumhur Hidayat menegaskan bahwa organisasi buruh besar seperti Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) tidak terlibat dalam aksi ini. Ia bahkan melarang anggotanya ikut bergabung, dengan alasan tidak jelas siapa penggerak aksi dan apa sebenarnya isu yang diperjuangkan.

Sebagai gantinya, buruh sudah merencanakan aksi 28 Agustus 2025, dengan fokus tuntutan berbeda, yakni kenaikan upah minimum 8,5–10,5 persen serta penghapusan sistem outsourcing. Aksi buruh ini akan digelar serentak di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, hingga Makassar.

5. Mahasiswa Juga Tidak Turun pada 25 Agustus

Kelompok mahasiswa juga memilih tidak terlibat. Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Kerakyatan memastikan tidak akan turun pada tanggal 25, sebab mereka sudah menggelar aksi lebih dahulu pada 21 Agustus 2025.

Dalam aksi sebelumnya, mahasiswa menyuarakan penolakan terhadap revisi UU KUHAP dan UU Penyiaran, serta mengkritik meningkatnya praktik militerisme di ranah sipil. Unjuk rasa itu bahkan sempat ricuh dengan aksi dorong antara mahasiswa dan aparat kepolisian.

6. Situasi Terkini di Depan Gedung DPR RI

Menurut pantauan lapangan dari pada pagi 25 Agustus menunjukkan bahwa pengamanan di sekitar Gedung DPR RI sudah diperketat. Pagar beton dipasang di depan gerbang utama, sementara kendaraan taktis juga disiagakan di dalam area DPR.

Meski begitu, arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto masih normal dan lancar. Belum ada pengalihan jalur besar-besaran, dan jumlah massa aksi masih sangat terbatas, tidak lebih dari 50 orang.

 

BACA JUGA: Imam Besar, Berperan dalam Dunia Rohani, Sosial, hingga Politik

 

7. Kisah Asy’ari, Pendemo yang Jalan Kaki dari Sukabumi

Di antara massa yang hadir, ada sosok bernama Asy’ari yang menarik perhatian. Ia berjalan kaki dari Sukabumi menuju Jakarta untuk ikut demo ini. Menurut pengakuannya, kehadirannya murni atas inisiatif pribadi, bukan bagian dari kelompok manapun.

Dengan kalung kardus bertuliskan “Merah Putih Memanggil 25 Agustus 2025 Rakyat Merdeka”, Asy’ari menyuarakan keresahan pribadinya terkait isu kenaikan gaji anggota DPR yang dianggap sangat timpang dengan kondisi rakyat kecil.

“Saya datang untuk menjalankan aksi tanpa terafiliasi aliansi apapun. Aksi ini Inisiatif pribadi sebagai keresahan saya sebagai rakyat terkait isu kenaikan gaji anggota dewan yang ironi di tengah sulitnya kondisi ekonomi,” ucapnya sebagaimana dikutip dari Liputan6.com.

Bagaimana Peran Orang Kristen dalam Situasi Ini?

Sebagai orang Kristen, kita diajak untuk menanggapi isu bangsa dengan hati yang tenang dan penuh hikmat. Firman Tuhan berkata, “Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.” (Yakobus 1:19)

Dalam situasi politik yang semakin memanas saat ini, bersikap seperti ini menolong kita agar tetap menjadi pembawa damai dan tidak ikut memperkeruh keadaan.

Namun, penting juga diingat bahwa orang Kristen tidak boleh bersikap apatis atau anti-politik. Justru kita dipanggil untuk terlibat, setidaknya melalui doa, agar bangsa ini tetap hidup dalam damai sejahtera.

Kita juga perlu berdoa supaya Tuhan membangkitkan para pemimpin yang berintegritas, yang mau melayani rakyat dengan hati yang benar.

Dengan demikian, suara kita sebagai umat Tuhan tetap terdengar, bukan lewat kemarahan, melainkan lewat doa dan tindakan kasih yang membawa terang bagi bangsa.

 

Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami