Belakangan ini, cuplikan dari sebuah acara anak My Golden Kids ramai dibicarakan di media sosial. Seorang anak berbaju ungu terlihat berniat bercanda dan ingin lucu-lucuan dan bermain bersama teman-temannya.
Namun, sayangnya, tingkah lakunya justru dianggap tidak sopan oleh banyak penonton.
Ia menghancurkan blok mainan yang telah dibangun teman-temannya, mengambil makanan gurunya tanpa izin, dan bahkan tetap bersikap seenaknya meskipun sudah diperingatkan.
Anak tersebut tampak tidak menyadari bahwa perbuatannya membuat orang lain tidak nyaman. Ia merasa sedang bercanda, tetapi lingkungan sekitarnya merasa terganggu.
Hal semacam ini bukan hanya sekadar kejadian viral, tetapi bisa menjadi cermin nyata dalam membimbing anak-anak masa kini.
Mengapa Orangtua Perlu Terlibat?
Dalam dunia anak-anak, batas antara bercanda dan berbuat tidak sopan bisa sangat tipis sehingga sulit bagi mereka untuk membedakannya.
Jika tidak diarahkan dengan benar, anak bisa tumbuh dengan pemahaman yang keliru tentang bagaimana bersikap di tengah masyarakat.
Bahkan, tanpa sadar mereka bisa dijauhi oleh teman-temannya karena dianggap menyebalkan atau tidak tahu diri.
Sebagai orangtua, kita memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan anak bahwa bercanda pun ada aturannya.
Tujuannya bukan sekadar untuk mereka tidak membuat orang lain marah, tapi juga agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang disukai, sopan, dan punya empati.
Cara Membimbing Anak Agar Bercanda dengan Sopan
Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua untuk membimbing anak:
1. Koreksi Saat Anak Kelewatan
Jika anak bertingkah berlebihan, jangan ragu untuk menegur. Ucapkan dengan tegas dan jelas, misalnya, “Stop dulu. Kamu ambil barang tanpa izin, itu tidak sopan. Balikin sekarang.”
2. Ajarkan Perbedaan Antara Lucu dan Menyebalkan
Jelaskan bahwa candaan yang sehat adalah yang membuat semua orang tertawa bersama. Tapi kalau hanya dirinya yang tertawa, itu berarti bukan lucu, melainkan mengganggu.
3. Tunjukkan Dampaknya ke Orang Lain
Bantu anak memahami ekspresi orang lain. Tanyakan, “Lihat deh wajah temannya. Senang nggak?” Anak perlu belajar membaca suasana dan merespons dengan bijak.
4. Konsisten Memberi Konsekuensi
Jika anak tetap mengganggu meski sudah diingatkan, berikan konsekuensi yang mendidik. Misalnya, minta anak untuk duduk tenang selama 20 menit dan merenungkan perbuatannya.
5. Validasi Niat, Koreksi Perilaku
Katakan bahwa Anda paham ia ingin membuat orang tertawa, tetapi ingatkan bahwa caranya harus tetap sopan dan tidak merugikan orang lain.
6. Ajarkan Empati Lewat Imajinasi
Gunakan pertanyaan seperti, “Kalau kamu lagi makan es krim, terus temanmu ambil dan buang, kamu senang nggak?” Latihan seperti ini melatih hati anak untuk lebih peka.
7. Jadilah Teladan yang Baik
Anak adalah peniru ulung. Jika kita sering bercanda secara berlebihan tanpa meminta maaf, anak pun bisa meniru hal yang sama. Maka, jadilah teladan dalam berkata dan bersikap, termasuk dalam hal bercanda.
Membesarkan anak yang sopan bukan berarti mengekang keceriaan mereka. Justru, di situlah letak tantangan mendidik, menumbuhkan anak yang gembira tanpa melukai orang lain.
Saat anak belajar bercanda dengan cara yang tepat, ia akan lebih disukai, juga tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana dan berempati.
Sebagaimana tertulis dalam Amsal 22:6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
Pendidikan tentang sopan santun serta empati dimulai dari rumah dan hari ini adalah waktu terbaik untuk memulainya.
Sumber : Berbagai Sumber