Sebagai orang tua, kita pasti ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Tapi bagaimana jika masa lalu justru membuat kita takut untuk mendidik mereka?
Inilah kisah perubahan luar biasa dari Pak Bibit, seorang ayah muda asal Jebres, Jawa Tengah, yang awalnya merasa enggan untuk mengasuh anak hingga akhirnya dipulihkan melalui The Parenting Project (TPP).
Pak Bibit, 34 tahun, adalah seorang ayah dari dua anak. Anak pertamanya berusia delapan tahun, sedangkan anak keduanya baru saja lahir.
Sejak awal, ia merasa enggan untuk menasihati atau mendidik anaknya. Alasannya sederhana tapi mendalam, "Anak saya masih kecil, nanti saja kalau sudah besar baru aku kasih tahu," begitu pikirnya.
BACA JUGA: “Dulu Saya Sering Mencubit Anak, Tapi Saya Belajar Jadi Orang Tua yang Lebih Baik” – Edyta
Namun ternyata, ada alasan yang lebih dalam di balik sikap pasifnya ini. Semasa kecil, Pak Bibit tumbuh di bawah asuhan seorang ayah yang pemabuk dan penjudi. Trauma itu membekas kuat.
Ayahnya kerap pulang dalam kondisi mabuk, membuat keributan, merusak barang-barang, bahkan pernah mengusir Pak Bibit dan ibunya dari rumah untuk tidur di luar.
Ia tumbuh dengan ketakutan, dan berjanji pada dirinya sendiri, kalau nanti punya anak, Pak Bibit tidak akan membuat anaknya merasakan hal yang ia alami saat itu.
Ironisnya, karena takut marah seperti ayahnya, Pak Bibit justru memilih diam. Ia membiarkan anaknya berbuat sesuka hati, tak berani menegur karena takut menyakiti hati anaknya.
Sampai suatu hari, sang istri mengajaknya mengikuti The Parenting Project yang diadakan gereja mereka, Gereja Anugrah Injil Sepenuh Gideon di Solo.
BACA JUGA: Ibu Ini Temukan Satu Peran yang Seringkali Terlupakan di Keluarga dan Mengubah Keluarganya
Awalnya, Pak Bibit menolak. "Ngapain ikut parenting? Anak kita kan masih kecil," katanya kepada Sang Istri. Tapi berkat bujukan sang istri, akhirnya ia bersedia ikut.
Dan di luar dugaan, sesi pertama langsung membuka pikiran dan mengetuk hatinya.
"Ternyata jadi orang tua itu berat ya, banyak yang harus dikerjakan. Saya pikir nanti saja kasih tahu anak kalau sudah besar, ternyata justru harus dari kecil supaya anak bertumbuh punya karakter yang benar di dalam Tuhan," tuturnya.
Sejak hari itu, Pak Bibit tak pernah absen mengikuti setiap pertemuan The Parenting Project hingga selesai 11 sesi penuh.
Modul yang paling berkesan baginya adalah tentang Tangki Emosi Anak. Ia tersadar, bahwa anak-anak juga butuh kedekatan, waktu berkualitas, dan kehadiran orang tua. Dan saat ia mulai hadir secara emosional bagi anaknya, perubahan pun mulai tampak.
"Dulu saya kerja shift malam di pabrik. Ketika pulang, anak sudah tidur. Pagi anak sekolah. Kami jarang sekali punya waktu bersama," ujarnya.
Sampai suatu hari, anaknya mengatakan, “Bapak kerja terus, kapan main sama aku?”
Perkataan itu menusuk hatinya. Pak Bibit akhirnya mengambil keputusan besar: ia resign dari pekerjaannya dan memilih menjadi ojek online demi waktu yang lebih fleksibel agar bisa lebih sering bersama keluarga.
Kini, setiap kali anaknya marah atau rewel, ia tak lagi diam. Ia ajak anaknya jalan-jalan, berbicara dari hati ke hati, dan menasihatinya dengan lembut. Hasilnya sekarang anak jadi lebih tenang dan penurut.
Setelah menyelesaikan semua modul The Parenting Project, Pak Bibit merasa punya bekal yang kuat untuk menjadi ayah yang hadir, bijak, dan penuh kasih. Ia pun bersyukur atas perubahan besar yang terjadi dalam hidupnya.
"Saya dan istri sekarang punya modal jadi orang tua yang lebih baik. Terima kasih CBN dan The Parenting Project yang sudah jadi alat Tuhan untuk memulihkan saya," ungkapnya dengan tulus.
Tertarik mengalami perubahan seperti Pak Bibit? Kalau Anda ingin belajar lebih dalam tentang bagaimana membesarkan anak dengan nilai-nilai Firman Tuhan dan jadi orang tua yang hadir secara utuh, Anda bisa langsung kunjungi website resmi The Parenting Project di www.theparentingproject.id.
Anda bisa menemukan informasi lengkap seputar program, modul, dan bagaimana cara bergabung.
Sumber : Jawaban.com