Wisuda sekolah, yang seharusnya menjadi momen kebanggaan bagi siswa dan orang tua, kini menuai pro dan kontra di masyarakat. Di satu sisi, acara ini dianggap sebagai perayaan pencapaian anak sekaligus sarana silaturahmi antara keluarga dan sekolah. Namun di sisi lain, muncul kritik bahwa wisuda justru menjadi beban finansial dan menggeser makna pendidikan itu sendiri. Lantas, bagaimana seharusnya orang tua Kristen menyikapi hal ini?
Wisuda dalam Pandangan Pemerintah dan Realita Sosial
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyatakan bahwa wisuda boleh dilaksanakan asalkan tidak memberatkan orang tua dan siswa. "Wisuda bisa menjadi momen silaturahmi, tetapi harus dilakukan secara sederhana tanpa berlebihan," tegasnya.
Namun, di beberapa daerah, wisuda justru dilarang karena dinilai tidak esensial dan membebani keluarga dengan biaya tambahan, seperti sewa gedung, pembelian toga, atau dokumentasi profesional. Tak jarang, orang tua merasa tertekan karena tuntutan sosial agar acara berlangsung "mewah," sehingga menjadikan acara wisuda menjadi beban finansial.
Sebagai orang percaya, Alkitab mengajarkan kita untuk bersyukur atas setiap pencapaian (1 Tesalonika 5:18), termasuk kelulusan anak. Namun, firman Tuhan juga mengingatkan agar kita "hidup dengan bijak, bukan seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif" (Efesus 5:15).
Apakah wisuda yang megah benar-benar mencerminkan rasa syukur, atau justru menjadi ajang pamer dan konsumtif?
Beberapa prinsip yang bisa dipertimbangkan:
Bijak Menyikapi Tuntutan Sosial
Tidak mudah menolak arus ketika lingkungan menuntut wisuda mewah. Namun, sebagai keluarga Kristen, kita dipanggil untuk "tidak serupa dengan dunia ini" (Roma 12:2). Orang tua bisa:
Apakah Wisuda Perlu Ditiadakan?
Tidak harus. Wisuda tetaplah momen berharga jika dilaksanakan dengan hati yang benar. Namun, jika berubah menjadi ajang komersialisasi dan kesombongan, mungkin inilah saatnya untuk mengevaluasi kembali. Sebagai orang percaya, mari menjadikan setiap perayaan sebagai kesempatan memuliakan Tuhan, bukan diri sendiri.
Sumber : Berbagai sumber | Jawaban.com