Anak Tunggal Pasti Manja; Realita atau Stereotype Saja?
Sumber: Canva

Single / 25 April 2025

Kalangan Sendiri

Anak Tunggal Pasti Manja; Realita atau Stereotype Saja?

Sekar Karinta Official Writer
1156

Hidup tanpa kehadiran seorang kakak dan adik, anak tunggal kemungkinan besar memiliki pengalaman yang cenderung unik dan berbeda dibandingkan anak sulung, tengah, atau bungsu.

Tidak jarang stereotype mengenai anak tunggal ini muncul. Dianggap manja, kesepian, dan hidup dalam kesendirian oleh orang-orang sepertinya sudah sering dialami oleh seorang anak tunggal.

Namun, di balik semua stereotype ini, bagaimana sebenarnya hidup sebagai seorang anak tunggal? Apakah yang dikatakan orang-orang itu benar?

Sekarang, mari kita bahas mengenai suka dan duka yang dialami para anak tunggal.

Rasa suka yang dirasakan sebagai anak tunggal

1. Perhatian penuh dari orang tua

Sebagai anak semata wayang, tidak heran kalau perhatian dari orang tua untuk anaknya tidak akan terbagi. Biasanya, seorang anak tunggal juga akan tumbuh sangat dekat dengan kedua orang tuanya karena hal ini. Teman mengobrol di rumah hanyalah kedua orang tua, yang membuat relasi antara orang tua dan anak semakin kuat.

2. Kemandirian yang berkembang

Terbiasa sendiri di rumah saat tidak ada orang tua, anak tunggal akan melakukan banyak hal sendiri tanpa ada saudara yang menemani. Kebiasaan ini akan membuat anak semata wayang semakin mandiri dan mengeksplor banyak hal dengan sendirinya.

3. Privasi lebih

Beberapa anak yang bersaudara akan sering main bersama, atau bahkan sampai memiliki kamar yang dibagi. Sebagai anak tunggal, privasi akan lebih terjaga dan waktu sendiri akan menjadi lebih tenang tanpa adanya gangguan dari orang lain.

4. Fasilitas lebih

Anak tunggal jarang sekali mendapatkan barang angsuran atau bekas. Biasanya, seorang adik akan mendapatkan barang bekas kakaknya, namun tentu saja hal ini tidak akan terjadi kepada anak tunggal, yang membuat mayoritas fasilitas dan barang yang mereka dapatkan adalah sesuatu yang baru dan tidak pernah dipakai sebelumnya.

Rasa duka yang dirasakan sebagai anak tunggal

1. Kesepian

Meskipun bisa menghabiskan waktu dengan orang tua, tentu saja rasanya tetap berbeda dengan menghabiskan waktu bersama seseorang yang sebaya atau tidak terpaut umur yang jauh. Anak tunggal tidak punya saudara kandung untuk diajak main atau curhat. Jadi, kalau orang tua sibuk atau tidak bisa menemani, mereka akan sendirian.

2. Ekspektasi dan tekanan tinggi

Semua harapan diberikan pada seorang anak tunggal. Hal ini membuat mereka sering cemas atas pencapaian ataupun masa depan mereka karena tidak ingin mengecewakan kedua orang tua. Anak tunggal bisa merasakan tekanan karena ekspektasi tersebut.

3. Rasa takut kehilangan orang tua

Tentu saja takut kehilangan orang tua dirasakan setiap anak, apapun posisi mereka di keluarga. Tetapi, karena hubungan anak semata wayang biasanya sangat dekat dengan orang tua akibat tidak adanya orang lain di rumah, kehilangan orang tua bisa terasa sangat berat dan sepi karena tidak ada saudara untuk saling menguatkan.

Begitulah suka dan duka yang dirasakan seorang anak tunggal. Tentu saja setiap orang memiliki suka, duka, dan kesulitannya masing-masing. Jadi, alangkah baiknya jika kita tidak menghakimi dan memberikan stereotype negatif untuk seseorang, apapun situasi mereka.

Mari kita hormati dan berbuat baik akan satu sama lain. Tuhan saja tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan luar, melainkan berdasarkan hati atau karakter mereka. Tertulis dalam 1 Samuel 16:7, "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Halaman :
1

Ikuti Kami