Ternyata, Alkitab Juga Mencatat Kasus Korupsi! Apa Hukuman yang Mereka Terima?
Sumber: Kritchanut from Getty Images Pro

Kata Alkitab / 5 March 2025

Kalangan Sendiri

Ternyata, Alkitab Juga Mencatat Kasus Korupsi! Apa Hukuman yang Mereka Terima?

Claudia Jessica Official Writer
3489

Korupsi masih menjadi momok besar di Indonesia. Setiap tahun, kasus-kasus baru muncul dengan jumlah kerugian negara yang semakin fantastis.

Beberapa waktu terakhir, publik dikejutkan dengan beberapa skandal besar yang menunjukkan betapa korupsi telah merajalela di berbagai sektor.

Salah satunya adalah kasus korupsi di Pertamina Patra Niaga, yang berpotensi merugikan negara hingga Rp 968,5 triliun dalam periode 2018-2023.

Skandal ini melibatkan manipulasi dalam distribusi BBM, di mana konsumen tanpa sadar membeli bahan bakar dengan kualitas “oplosan”, sementara keuntungan ilegal masuk ke kantong para pelaku.

Di sektor pertambangan, PT Timah mengalami kasus korupsi yang mengakibatkan kerugian Rp 300 triliun.

Kasus ini melibatkan pengelolaan ilegal atas komoditas timah di wilayah izin usaha pertambangan, yang tidak hanya merugikan ekonomi negara tetapi juga menyebabkan kerusakan lingkungan yang masif.

Tak hanya itu, publik juga dikejutkan dengan skandal emas batangan Antam palsu, di mana sebanyak 109 ton emas diproduksi secara ilegal dengan menggunakan logo PT Antam.

 

BACA JUGA: 7 Dampak Korupsi Bagi Diri Sendiri, Jadi Untung atau Malah Rugi?

 

Para pelaku yang merupakan mantan General Manager PT Antam memalsukan emas dan menjualnya bersama emas asli, sehingga menipu banyak konsumen.

Melihat besarnya dampak dari korupsi ini, kita mungkin berpikir bahwa praktik ini hanya ada di era modern. Namun, ternyata kasus korupsi sudah ada sejak zaman Alkitab!

Bahkan, beberapa tokoh Alkitab melakukan penyalahgunaan wewenang dan ketidakjujuran demi keuntungan pribadi. Bagaimana hukuman yang mereka terima?

1. Hofni dan Pinehas – Korupsi dalam Ibadah (1 Samuel 2:12-17, 22-25; 1 Samuel 4:11)

Hofni dan Pinehas adalah anak-anak dari Imam Eli, pemimpin rohani Israel pada masanya. Sebagai imam di Kemah Pertemuan, mereka seharusnya memimpin umat dalam ibadah dengan integritas.

Namun, mereka justru menyalahgunakan jabatan dengan mengambil bagian terbaik dari persembahan korban untuk diri mereka sendiri.

Selain itu, mereka juga melakukan perbuatan amoral dengan perempuan yang melayani di pintu Kemah Suci.

Tindakan mereka ini mendatangkan murka Tuhan dan mereka pun mendapatkan hukuman berat. Hofni dan Pinehas mati pada hari yang sama dalam pertempuran melawan orang Filistin.

Lebih tragis lagi, ketika Eli mendengar berita tentang kematian anak-anaknya, ia jatuh dari kursinya dan meninggal. Kejahatan mereka membawa malapetaka bagi keluarga mereka sendiri.

 

Halaman selanjutnya →

2. Yudas Iskariot – Mengkhianati Yesus demi 30 Keping Perak (Matius 26:14-16; Matius 27:3-5)

Yudas Iskariot adalah salah satu dari 12 murid Yesus, namun ia dikenang sebagai sosok yang mengkhianati Gurunya sendiri. Yudas menerima 30 keping perak dari imam-imam kepala untuk menyerahkan Yesus kepada mereka.

Tindakan ini bisa dianggap sebagai bentuk korupsi, di mana ia menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya demi keuntungan pribadi.

Namun, setelah Yesus ditangkap dan dihukum, Yudas diliputi penyesalan yang luar biasa. Ia mengembalikan uang tersebut kepada imam-imam kepala, tetapi mereka menolak menerimanya kembali.

Yuda yang tidak mampu menanggung rasa bersalah, akhirnya mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri. Ini adalah contoh tragis bagaimana korupsi dan pengkhianatan dapat membawa kehancuran total bagi pelakunya.

 

BACA JUGA: Apa Kata Alkitab Mengenai Korupsi?

 

3. Ananias dan Safira – Menipu tentang Persembahan (Kisah Para Rasul 5:1-11)

Sepasang suami istri, Ananias dan Safira, juga melakukan bentuk korupsi di tengah jemaat mula-mula. Mereka menjual sebidang tanah dan berjanji untuk memberikan hasil penjualannya kepada para rasul.

Namun, diam-diam mereka menahan sebagian dari uang tersebut dan hanya menyerahkan sebagian kecil, sambil berpura-pura memberikan semuanya.

Ketika Ananias datang terlebih dahulu, Rasul Petrus menegurnya, “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus?” (Kis. 5:3). Seketika itu juga, Ananias mati di tempat.

Beberapa saat kemudian, Safira datang tanpa mengetahui apa yang telah terjadi. Ketika ia mengulangi kebohongan yang sama, Petrus mengatakan bahwa ia akan mengalami nasib yang sama dengan suaminya. Safira pun jatuh dan meninggal seketika itu juga.

Kematian mereka menjadi peringatan keras bagi jemaat mula-mula bahwa Tuhan tidak menoleransi ketidakjujuran dan penipuan, terutama dalam hal persembahan kepada Tuhan.

 

Halaman selanjutnya →

4. Gehazi – Korupsi dengan Menipu Nabi (2 Raja-raja 5:20-27)

Gehazi adalah hamba dari Nabi Elisa. Ia melakukan korupsi dengan cara yang licik. Saat seorang panglima tentara Aram bernama Naaman disembuhkan dari penyakit kustanya oleh Elisa, ia ingin memberikan hadiah kepada Elisa, tetapi Elisa menolaknya. Namun, Gehazi menginginkan hadiah itu.

Ia mengejar Naaman dan berbohong bahwa Elisa sebenarnya membutuhkan beberapa barang dan uang. Naaman, yang tidak tahu bahwa ini adalah kebohongan, memberikannya dengan sukarela.

Ketika Gehazi kembali, Elisa mengetahui apa yang telah terjadi dan menegurnya dengan keras. Sebagai hukuman, Gehazi mendapatkan penyakit kusta yang sebelumnya diderita oleh Naaman.

Lebih mengerikan lagi, kutukan ini tidak hanya berlaku bagi Gehazi, tetapi juga bagi keturunannya selamanya. Ini menunjukkan bahwa dosa korupsi dapat membawa dampak yang jauh lebih besar dari yang dibayangkan.

 

BACA JUGA: Saat Pemimpin Gereja Jatuh Dalam Dosa, Apa yang Harusnya Orang Kristen Lakukan?

 

Dari keempat kisah di atas, kita dapat melihat bahwa korupsi bukanlah hal yang baru. Sejak zaman Alkitab, manusia sudah tergoda untuk menyalahgunakan kekuasaan, mencuri, dan berbuat curang demi keuntungan pribadi.

Namun, satu hal yang pasti, Tuhan tidak pernah membiarkan dosa ini tanpa hukuman.

Di tengah dunia yang penuh dengan kasus korupsi, kita dipanggil untuk hidup dalam kejujuran dan takut akan Tuhan. Sebab, meskipun manusia bisa lolos dari hukum dunia, tidak ada yang bisa lolos dari penghakiman Tuhan.

 

Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami