Tanah Minahasa, sebuah wilayah di Sulawesi Utara, menyimpan sejarah panjang yang memainkan peran penting dalam perkembangan kekristenan di Indonesia.
Di sini, kekristenan tidak hanya membawa perubahan spiritual, tetapi juga berdampak besar pada pendidikan, budaya, dan toleransi yang tetap kuat hingga hari ini.
Kisah kekristenan di Tanah Minahasa dimulai pada tahun 1563 dengan kedatangan bangsa Portugis. Mereka tidak hanya datang untuk berdagang, tetapi juga menyebarkan iman Katolik.
BACA JUGA: Sejarah Kristen di Indonesia: Jejak Kekristenan
Pastor Diego De Magalaes adalah tokoh pertama yang berhasil membaptis Raja Manado beserta 1.500 rakyatnya.
Namun, upaya penyebaran Injil tidak mudah. Konflik antara Portugis dan Kerajaan Ternate pada tahun 1570 menghambat perkembangan misi ini.
Pada abad ke-17, Spanyol sempat mengambil alih wilayah tersebut.
Namun, berbagai kendala seperti kecelakaan laut dan perlawanan dari masyarakat setempat membuat misi Katolik terhenti pada tahun 1645.
Era baru penyebaran Kristen dimulai dengan kedatangan VOC pada abad ke-17.
Selain untuk kepentingan perdagangan, VOC juga mendukung penyebaran Kristen Protestan, termasuk di Tanah Minahasa.
Pada tahun 1663, pendeta Yohanes Burun memulai pembaptisan massal. Meski begitu, misi ini mengalami pasang surut, terutama setelah kebangkrutan VOC pada tahun 1799.
BACA JUGA: Sejarah Kristen di Indonesia: Jejak Kekristenan di Sulawesi Tengah
Tahun 1817 menandai kebangkitan kembali misi Kristen melalui kehadiran Joseph Kam, seorang penginjil Belanda.
Ketika tiba, Kam menemukan sekitar 3.500 umat Kristen di Minahasa yang terlantar secara rohani.
Dengan penuh dedikasi, ia memberikan pengajaran Alkitab, menyediakan literatur rohani, dan menguatkan iman jemaat.
Misionaris seperti Gary Jan Hendorn, Johan Riedel, dan Johan Schwarz memainkan peran besar dalam membangun pendidikan di Tanah Minahasa.
Pada tahun 1827, Hendorn mendirikan sekolah-sekolah bagi penduduk pribumi.
Johan Riedel dan Johan Schwarz melanjutkan misi ini dengan mengajarkan keterampilan praktis, mendirikan gereja, dan melatih pemimpin jemaat.
Upaya mereka tidak hanya memperkokoh iman Kristen, tetapi juga menciptakan masyarakat yang terdidik dan mandiri.
Tanah Minahasa juga menjadi teladan dalam hal toleransi antarumat beragama.
Pada tahun 1830, Kiai Mojo, seorang tokoh Islam dari Jawa, diasingkan ke wilayah ini.
Ia dan pengikutnya hidup berdampingan dengan penduduk Kristen, bahkan menjalin hubungan harmonis dengan para pemuka agama setempat.
BACA JUGA: Sejarah Kristen di Indonesia: Jejak Kekristenan di Tanah Batak
Kehidupan mereka mencerminkan semangat toleransi yang telah mengakar kuat di Tanah Minahasa.
Sejarah kekristenan di Indonesia tidak akan lengkap tanpa menyebut Tanah Minahasa.
Wilayah ini menjadi saksi bagaimana iman Kristen tidak hanya menyebar, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam pendidikan dan budaya.
Hingga kini, jejak kekristenan tetap terjaga melalui gereja-gereja yang berdiri kokoh dan semangat toleransi yang menjadi teladan bagi bangsa.
Penasaran dengan kisah lebih lengkap tentang jejak kekristenan di Tanah Minahasa dan tanah lain? Tonton video lengkapnya di kanal YouTube Jawaban Channel!
Sumber : YouTube Jawaban Channel