Mencegah dan Meminimalisir Kerugian Emosional Akibat Perselingkuhan
Sumber: Canva.com

Marriage / 20 June 2024

Kalangan Sendiri

Mencegah dan Meminimalisir Kerugian Emosional Akibat Perselingkuhan

Aprita L Ekanaru Official Writer
1189

“Apakah benar cinta sejati tidak pernah berakhir? Bagaimana jika perselingkuhan merusak semua mimpi indah itu?”

Dalam sebuah hubungan asmara, tidak semua berjalan mulus, apalagi asmara dalam pernikahan. Banyak perbedaan yang muncul, mulai dari karakteristik, perspektif, preferensi, hingga perilaku. Salah satu ancaman terbesar yang bisa merusak dan bahkan menghancurkan hubungan adalah perselingkuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perselingkuhan berarti menyeleweng atau menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang atau tidak jujur.

Conscious Marriage Advocate Certified Couple Therapist & PreMarital Consultant, Rani Anggraeni Dewi, menjelaskan bahwa pada tahun 2023 ini, kasus gugat cerai yang diajukan oleh pihak istri mencapai 76% dari total perceraian, berdasarkan Data Statistik Nasional.

Setidaknya ada dua jenis perselingkuhan yang umum terjadi dalam suatu hubungan: physical affair dan emotional affair. Physical affair biasanya dilakukan tanpa keterlibatan perasaan cinta, seperti saat salah satu pasangan berhubungan intim dengan prostitusi. Sedangkan emotional affair melibatkan rasa nyaman, peduli, dan kasih sayang pada orang lain selain pasangan.

Emotional affair sering kali lebih rumit untuk dikenali. Rani menjelaskan bahwa apa pun yang melibatkan perasaan, walaupun hanya sekedar rasa nyaman karena adanya pertukaran curahan hati, baik secara langsung atau melalui chat, bisa dianggap sebagai perselingkuhan emosional.

Ada beberapa alasan yang mendorong individu melakukan perselingkuhan, antara lain:

  • Merasa kesepian
  • Membutuhkan variasi dalam hubungan seksual
  • Suasana rumah tangga yang monoton
  • Merasa diabaikan oleh pasangan
  • Tidak mampu membuat batasan atau boundaries
  • Tidak mencintai pasangan lagi
  • Harapan yang tidak terpenuhi
  • Tidak mampu mengendalikan diri
  • Membutuhkan pengakuan dari orang lain
  • Trauma masa kecil

Perselingkuhan paling sering terjadi pada individu yang mengalami quarter life crisis (usia 25-40 tahun) dan mid life crisis (usia 50-65 tahun). Banyak individu yang lebih tua menginginkan pengakuan dan validasi dari yang lebih muda dalam hidup mereka.

Untuk mencegah perselingkuhan, Rani menyarankan beberapa cara:

  • Meningkatkan awareness dan pengendalian diri terhadap diri sendiri dan lingkungan.
  • Membatasi diri dengan boundaries untuk diri dan pasangan.
  • Meningkatkan rasa empati kepada pasangan, orang lain, dan diri sendiri.
  • Menyadari tanda-tanda “terlalu dekat” dan tegas untuk berhenti.

Untuk meminimalisir kerugian emosional akibat perselingkuhan, Anda bisa melakukan:

  • Meningkatkan edukasi dengan memperbanyak literasi mengenai hubungan asmara dan rumah tangga.
  • Mempersiapkan mental sebelum menikah dengan menyadari adanya fase-fase tantangan dalam pernikahan.
  • Meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual untuk menyadari alasan luhur dalam menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangan.

Melalui penjelasan ini, diharapkan Anda bisa mulai mempelajari, menyadari, dan berefleksi dalam membina hubungan asmara dengan pasangan agar hal-hal yang tak diinginkan tidak terjadi pada pernikahan Anda di masa depan.

 

Jika Anda dan pasangan Anda sedang menghadapi tantangan dalam hubungan atau memiliki pertanyaan seputar pernikahan, kami mengundang Anda untuk menghubungi Layanan Doa dan Konseling CBN dengan KLIK DI SINI. Kami siap dengan senang hati memberikan bantuan dan dukungan untuk Anda.

 

BACAAN TERKAIT:

Pasangan Selingkuh Tapi Ga Boleh Cerai, Gimana Cara Orang Kristen Responinya?

Tips dari Psikolog Untuk Menjaga Pernikahan Agar Terhindar Dari Perselingkuhan

Sumber : weddingku.com
Halaman :
1

Ikuti Kami