Sebelum Terjebak! Bijak Bedakan Antara Gaya Hidup Dan Kebutuhan Hidup
Sumber: Canva

Finance / 16 December 2023

Kalangan Sendiri

Sebelum Terjebak! Bijak Bedakan Antara Gaya Hidup Dan Kebutuhan Hidup

Puji Astuti Official Writer
863

Miris membaca berita tentang keluarga yang bunuh diri karena terlilit hutang. Namun itu adalah kenyataan yang ada di masyarakat kita. Banyak orang terjebak oleh hutang karena lemahnya literasi keuangan. Padahal kesejahteraan sebuah keluarga bukan ditentukan oleh seberapa besar penghasilan yang dimiliki, tapi bagaimana kita mengatur keuangan yang ada sebaik mungkin.  

Karena sudah banyak juga yang memiliki penghasilan yang terbilang lebih dari cukup, namun karena tidak bisa mengatur keuangannya dengan bijak, pada akhirnya juga mengalami kebankrutan atau terlilit berbagai hutang. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Beda Gaya Hidup dan Kebutuhan Hidup

Salah satu yang umum adalah karena mereka tidak bisa membedakan mana yang merupakan gaya hidup dan mana yang kebutuhan hidup. Memang apa bedanya? 

1. Gaya Hidup: mencakup pilihan-pilihan ekonomi dan keputusan-keputusan pengeluaran yang lebih bersifat pribadi atau sebuah pilihan yang bukan kebutuhan utama. Ini mencakup hal-hal seperti makan di luar, liburan, hobi, mode, dan barang-barang mewah. Memahami batasan dan prioritas dalam hal gaya hidup adalah kunci untuk mencegah kelebihan pengeluaran yang dapat merugikan keuangan keluarga. 

2. Kebutuhan Hidup: adalah biaya dasar yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan sehari-hari, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu harus menjadi prioritas utama dalam mengelola keuangan keluarga. Memastikan bahwa kebutuhan dasar tercukupi sebelum memikirkan pengeluaran tambahan untuk gaya hidup adalah langkah penting. 

Beberapa alasan mengapa keluarga keuangan bisa hancur karena tidak dapat mengatur gaya hidup meliputi: 

- Utang yang Berlebihan: Gaya hidup yang melampaui kemampuan keuangan dapat menyebabkan akumulasi utang yang sulit untuk dilunasi. 

- Kurangnya Tabungan dan Investasi: Fokus terlalu banyak pada gaya hidup dapat mengakibatkan kurangnya dana untuk ditabung atau diinvestasikan, yang penting untuk masa depan keuangan. 

- Ketidakstabilan Keuangan: Gaya hidup yang tidak terkendali dapat menyebabkan fluktuasi keuangan yang signifikan, meningkatkan risiko kehancuran finansial. Jika pasangan tidak memiliki kesepakatan dalam menentukan seperti apa standar kehidupan yang bisa mereka jalani, dan hal apa yang harus direlakan demi tujuan yang lebih besar, hal tersebut akan menimbulkan konflik berkepanjangan dalam pernikahan.  

Untuk menghindari masalah ini, penting bagi keluarga untuk membuat anggaran, mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan, serta memprioritaskan pengeluaran dengan bijak. Selain itu, orangtua juga perlu mengajarkan kepada anak-anak tentang apa itu gaya hidup dan apa yang menjadi kebutuhan hidup sehingga mereka bisa belajar sejak dini mengatur ekspektasi dan juga keuangan mereka.  

BACA JUGA : 
Sedang Terlilit Hutang, Apakah Harus Memberi Persembahan?

Cek Sekarang, Sehatkah Keuanganmu Sebelum Memasuki 2024?

Hanya 9% Orang Indonesia Punya Dana Darurat, Apakah Anda Salah Satunya?

Mengajar Anak Tentang Konsep Keuangan

Berikut adalah panduan umum mengenai kapan sebaiknya anak-anak mulai belajar tentang konsep seperti gaya hidup dan kebutuhan hidup: 

Usia Pra-Sekolah (3-5 Tahun): 

Pada usia ini, fokus pada konsep dasar seperti membedakan antara barang dan jasa, mengenali perbedaan antara kebutuhan dan keinginan sederhana. Anda dapat menggunakan kegiatan seperti bermain peran atau cerita pendek yang melibatkan pengeluaran sehari-hari. 

Usia Sekolah Awal (6-10 Tahun): 

Mulailah memperkenalkan konsep keuangan yang lebih kompleks. Anda dapat mengajarkan anak-anak mengenai sumber pendapatan (misalnya, pekerjaan orang tua), menghitung uang saku, dan membuat perbandingan antara harga barang dan kebutuhan keluarga. 

Usia Pra-Remaja (11-13 Tahun): 

Pada tahap ini, terapkan konsep seperti anggaran dan tabungan. Ajarkan mereka pentingnya merencanakan pengeluaran, memprioritaskan kebutuhan, dan menabung untuk tujuan tertentu. Ini juga bisa menjadi waktu yang baik untuk membahas perbedaan antara gaya hidup dan kebutuhan hidup. 

Usia Remaja (14-17 Tahun): 

Perdalam pengetahuan mereka tentang keuangan pribadi dengan membahas topik seperti investasi sederhana, manajemen risiko, dan memahami konsep utang. Berdiskusilah tentang konsep gaya hidup yang sehat dan bagaimana mempertahankan keseimbangan antara keinginan dan kebutuhan. 

Penting untuk disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan minat anak-anak. Gunakan pendekatan yang kreatif, seperti permainan atau simulasi keuangan, untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan praktis. Selain itu, melibatkan anak-anak dalam keputusan keuangan keluarga dapat memberi mereka pemahaman langsung tentang bagaimana keputusan keuangan diambil dan memengaruhi kehidupan sehari-hari, bahkan masa depan mereka.  

Seperti nasihat para orang bijak jaman dulu, jika kita mengatur ekspektasi kita dengan baik, maka kita pasti bisa mengendalikan keuangan dengan baik. Karena kesulitan hidup seringkali terjadi karena kita mengejar keinginan-keinginan yang tidak ada habisnya. Yakobus 1:15 menyatakan, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.”  

Jadi mari kita belajar untuk belajar mengendalikan keinginan, sehingga kita tidak terjebak dalam gaya hidup yang pada akhirnya akan menyiksa diri kita, dan bahkan keluarga kita. Tuhan Yesus memberkati.  

Apakah Anda saat ini sedang menghadapi masalah finansial ataupun permasalahan keluarga? Jangan putus asa, Anda tidak sendirian. Kami rindu berdoa dan menguatkan Anda untuk bisa keluar dari permasalahan Anda. Mari hubungi Layanan Doa dan Konseling CBN dengan KLIK DISINI. 

Sumber : Puji Astuti / Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami