Krisis iklim menjadi salah satu topik pembicaraan penting yang diangkat dalam pertemuan KTT G20 pada 15-16 November 2022 di Bali. Negara-negara yang terlibat kembali meneguhkan komitmen terkait pengelolaan lingkungan melalui pengendalian emisi karbon, yang menyumbang kerusakan iklim global.
Bagaimanapun, krisis iklim harus dicegah secara kolaboratif karena dampaknya bisa sangat mengancam generasi masa depan, khususnya anak cucu kita. Karena itulah muncul slogan yang berkata bahwa krisis iklim adalah krisis hak anak.
Sebagaimana disampaikan di dalam laporan global Unicef pada tahun 2021 lalu berjudul ‘The Climate Crisis Is a Child Rights Crisis: Introducing the Children's Climate Risk Index’, bahwa guncangan iklim dan lingkungan hidup seperti badai dan gelombang panas berdampak secara langsung terhadap kesejahteraan anak. Laporan ini bahkan menjabarkan bahwa Indonesia, menjadi peringkat ke-46 negara dengan risiko krisis iklim yang tinggi terhadap anak. Seperti risiko keterpaparan tinggi terhadap penyakit tular vektor, pencemaran udara dan banjir rob. Namun investasi pada layanan sosial, khususnya kesehatan dan nutrisi, pendidikan, perlindungan sosial dan inklusi keuangan, dianggap sangat membantu dalam melindungi masa depan anak dari dampak perubahan iklim.
Baca Juga: Sedih! Anak Ini Menangis Gara-gara Badai Seroja Hanyutkan Perlengkapan Sekolahnya
Generasi anaklah yang menanggung beban berat dari dampak krisis iklim. Untuk itu, penting ada upaya untuk memenuhi hak anak sebagai langkah membangun ketahanan dimulai peningkatan kesadaran akan adaptasi krisis iklim, dukungan ekonomi keluarga, penyediaan akses kesehatan, perlindungan sosial dan akses pendidikan yang mudah.
Untuk mendukung ketahanan anak terhadap krisis iklim, pelayanan CBN Indonesia hadir membawa secercah harapan bagi anak-anak di seluruh Indonesia. CBN Indonesia telah menyediakan akses pendidikan yang layak bagi jutaan anak di berbagai belahan daerah.
Pada tahun 2021, misalnya, saat Badai Seroja meluluhlantakkan sejumlah kampung di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), akses pendidikan anak pun hilang. Banyak sekolah yang rusak dan anak kehilangan seluruh perlengkapan sekolah karena rumahnya disapu oleh badai. Menyaksikan kondisi ini, CBN Indonesia akhirnya memberikan pelayanan pendidikan melalui program Superbook dan Sanggar Belajar Anak. Tak berhenti di situ, CBN Indonesia juga membangun sekolah PAUD Super5 bagi anak-anak usia 0-5 tahun.
Baca Juga: Desa Ini 14 Hari Terisolasi Karena Badai Seroja, Warganya Cari Makan Sampai ke Hutan Loh!
Melalui sekolah PAUD Super5, anak diberikan akses pendidikan formal sejak dini. Kemudian anak juga diedukasi dan dibimbing dalam belajar agar berprestasi di sekolah melalui Sanggar Belajar Anak. Dan melalui Superbook, anak dimuridkan untuk membentuk mental, karakter dan kerohanian yang berpusat kepada Kristus. CBN Indonesia berharap, melalui pelayanan pendidikan anak ini ancaman krisis iklim terhadap generasi anak bisa dicegah sejak dini.
Seperti anak panah di tangan pahlawan adalah harapan yang ingin diwujudkan CBN Indonesia atas setiap anak. Ini adalah pekerjaan besar yang membutuhkan banyak sekali dukungan dari banyak orang. Jika Anda rindu generasi anak diselamatkan dari krisis iklim yang semakin mengancam ini, Anda bisa terus mendukung perjuangan kami dengan berdonasi melalui pelayanan ini.
Sumber : Jawaban.com