Jumlah kasus mutasi Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia terkonfirmasi bertambah dua kali lipat dari penemuan pertama yang diumkan Kemenkes (Kementrian Kesehatan) pada pekan lalu. Hingga Senin (13/6) Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan sudah ada 8 kasus yang terdeteksi.
Dari 8 kasus itu, ditemukan sebanyak 3 warga negara asing (WNA) diantaranya berasal dari Mauritus, Amerika Serikat dan Brasil. Ketiga WNA tersebut menghadiri delegasi konfrensi Global Platform for Disaster Risk Reduction (23-28/5) di Bali. Sedangkan kelima kasus lainnya merupakan transmisi lokal, empat kasus terdeteksi di Jakarta dan satu kasus lainnya di Bali.
Satu kasus yang ditemukan di Bali itupun merupakan tenaga medis yang datang dari Jakarta. "Jadi memang transmisi lokal ini sudah terjadi di Jakarta," ujar Budi Gunadi dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (13/6).
BACA JUGA: 7 Daftar Makanan yang Harus Dikonsumsi Saat Terinfeksi Omicron
Mayoritas pasien ini tidak bergejala karena sudah mendapatkan vaksin dan booster, hanya satu yang bergejala sedang karena belum mendapatkan booster.
Pada Minggu (12/6), Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan dalam Webinar 'Waspada Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5 dalam Masa Transisi Menuju Endemi' mengatakan, "Pasien 20 tahun, perempuan, Indonesia dan ini gejalanya sedang. Ini satu-satunya gejalanya lebih berat ada batuk, sesak napas, sakit kepala, lemah, mual, muntah, dan nyeri abdomen."
Menurut Erlina, sesak napas yang diderita pasien tersebut memiliki dua kemungkinan.
"Sesak napas ini ada dua kemungkinan. Pertama, mungkin bahwa memang BA.5 ini replikasinya banyak di saluran napas bawah dibandingkan Omicron yang BA.1 dan BA.2 yang replikasinya banyak di saluran napas. Kemungkinan BA.5 ini di parenkim dan bisa jadi juga karena penyakit yang lain, mungkin asma," terang Erlina.
Oleh sebab itu, pemerintah sangat mendorong masyarakat agar mendapatkan vaksinasi lengkap dan vaksinasi booster, serta tetap menjalani protokol kesehatan. Menurut penjelasan Budi Gunadi, dua subvarian Omicron ini mampu meningkatkan kasus baru Covid-19 di berbagai belahan dunia saat ini.
Adapun gejala yang ditimbulkan bila terinveksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sebagai berikut:
Budi Gunadi memprediksi peningkatan kasus bakal terjadi sebulan setelah varian baru ini ditemukan. Meski begitu, ia meminta masyarakat tak terlalu khawatir dengan varian baru virus ini.
BACA JUGA: Pantangan yang Harus Dilakukan Setelah Menerima Vaksin Booster
"Kasus kematiannya 1 per 10 dari kasus kematian di varian Delta dan Omicron," kata Budi Gunadi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (13/6).
Budi menyebut BA.4 dan BA.5 ini memang menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara di dunia. Akan tetapi, puncak dari kenaikan kasus, hospitalisasi, maupun kematiannya jauh lebih rendah dibandingkan Omicron yang awal.
Sumber : CNN Indonesia