Perjanjian Pranikah dan Pascanikah, Apakah Penting Dilakukan Oleh Pasangan Kristen?
Sumber: un

Marriage / 29 March 2022

Kalangan Sendiri

Perjanjian Pranikah dan Pascanikah, Apakah Penting Dilakukan Oleh Pasangan Kristen?

Contasia Christie Official Writer
3047

Beberapa hari lalu Maia Estianty mengunggah postingan yang bertanya pendapat netizen tentang perjanjian pascanikah. Sebelumnya juga pernah ada sejumlah artis yang melakukan perjanjian pranikah. Dan kabar ini begitu viral sehingga banyak orang yang mulai terbuka bahwa ada perjanjian-perjanjian semacam ini dalam pernikahan.

Memang ada pro dan kontra tentang perjanjian pra dan pascanikah ini. Banyak yang bingung karena pernikahan itu sendiri adalah sebuah janji, kenapa beberapa orang melakukan ada janji lagi di atas janji yang sudah disahkan. Sejatinya memang perjanjian pascanikah memiliki landasan hukum dan dibuat dalam bentuk akta notaris selama masih dalam ikatan pernikahan.

Hal tersebut telah diatur dalam UU Perkawinan: Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan). Disebutkan bahwa pembagian harta dalam perkawinan dibagi menjadi tiga macam, yakni Harta Bawaan, Harta Masing-Masing Suami Atau Istri yang Diperoleh Melalui Warisan Atau Hadiah Dalam Perkawinan, dan Harta Bersama Atau Gono-gini, yaitu harta yang diperoleh selama perkawinan.

 Baca juga : 5 Cara Suami untuk Memimpin Pernikahan Secara Spiritual Agar Sesuai Firman Tuhan

 

Perbedaan perjanjian pranikah dan pascanikah

Perbedaan yang pasti terlihat adalah waktu dibuatnya perjanjian itu. Pra berarti sebelum menikah dan pasca adalah saat masih dalam ikatan pernikahan. Untuk pasca menikah, perjanjiannya meliputi pemisahahan harta dari pertama kali menikah sampai perceraian atau kematian, dan tanggung jawab atas hutang yang dibuat semasa perkawinan.

 

Pandangan Kristen tentang perjanjian pranikah dan pasca menikah?

Memang hal ini tidak nyaman untuk membahasnya bersama pasangan, tapi semuanya kembali lagi kepada motif dilakukannya perjajian ini. Yuk kita kembali lagi pada desain Tuhan terhadap pernikahan manusia. Pernikahan Kristen dimaksudkan oleh Tuhan untuk menjadi hubungan seumur hidup yang berkembang antara seorang pria dan seorang wanita yang bertahan melalui pencobaan, penyakit, krisis keuangan, dan tekanan emosional.

Intinya: Pernikahan harus merangkul setiap bagian kehidupan — mental, emosional, moral, spiritual, ekonomi, fisik, dan seksual. Dengan mengingat hal ini, jelas bahwa perjanjian yang disebutkan tidak didasarkan pada mentalitas pernikahan yang bahagia dan sehat.

BACA SELANJUTNYA ------------->

Perjanjian seperti ini akhirnya mengubah pernikahan seakan menjadi kontrak, bukan perjanjian abadi dalam Tuhan. Alih-alih menjadi satu daging atau partner dalam susah dan senang, malah jadinya melindungi kepentingan masing-masing pribadi tanpa sepenuhnya percaya satu dengan yang lain.

Kita tidak bisa meminta kepada Tuhan untuk hubungan pernikahan yang selalu bahagia, tidak pernah ada masalah keuangan, bebas konflik, dan lainnya kan. Jadi apakah boleh ada perjanjian tersebut? Ya boleh saja, tapi ya kembali lagi pada motifnya. Kenapa perjanjian ini perlu dibuat?

 

Apa ada motif yang sah?

Apabila memang mempunyai situasi keuangan yang unik (karena bukan pernikahan pertama – karena perceraian atau meninggal misalnya) dan perlu ditangani dengan hati-hati karena melibatkan banyak pihak. Walaupun kembali lagi, kepercayaan bersama pasangan tetap bisa menciptakan keharmonisan dalam hubungan pernikahan. Jadi ada konflik apapun, masih bisa diselesaikan dengan baik bersama pasangan.

Baca juga : 10 Hal yang Bisa Merusak dan Menghancurkan Pernikahan Anda! Part 1

 

Jika memang belum sanggup, maka Anda bisa berkonsultasi dengan penasihat hukum Kristen untuk mendapatkan masukan dari mereka. Selain itu, Anda juga bisa mendapatkan bantuan dari konselor atau mentor rohani yang bisa mengarahkan Anda pada pandangan dalam hal :

Keterampilan komunikasi dan manajemen konflik.

Nilai-nilai inti dan perbedaan.

Gaya dan kebutuhan komunikasi.

Kerja tim.

Rasa makna bersama.

Dan membahas perjanjian pranikah.

 

Pada akhirnya, pertanyaan tentang perjanjian pranikah atau pasca menikah harus dilakukan atau tidak, itu bukan perhatian utama. Yang jauh lebih penting adalah memastikan Anda berdua siap untuk berkomitmen penuh dan saling percaya, siap mengabdi kepada Tuhan sehingga tidak memerlukan perjanjian pranikah.

Sumber : dari berbagai sumber
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami