Biar Hubungan Sama Anak Harmonis, Jangan Toxic Seperti Ini Ya!
Sumber: jawaban.com

Parenting / 6 March 2024

Kalangan Sendiri

Biar Hubungan Sama Anak Harmonis, Jangan Toxic Seperti Ini Ya!

Claudia Jessica Official Writer
4292

Salah satu alasan Anda tidak bisa dekat dengan anak adalah anak-anak merasa tidak nyaman berada di dekat Anda. Pernahkah Anda berpikir tentang hal ini?

Hubungan orang tua-anak yang tidak harmonis sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang anak. Seperti pertumbuhan emosinya, mental, pikiran hingga psikologis anak. Pertumbuhan anak-anak sudah dimulai sejak ia berumur 3-4 tahun. Artinya, jika Anda ingin anak tumbuh dengan baik, maka Anda harus menjadi orang tua yang baik dari sekarang.

Orang tua seharusnya menjadi sosok ternyaman bagi anak. Namun bagi anak yang memiliki hubungan toxic parents, hal ini adalah mimpi buruk yang menjadi sumber masalah hingga menyebabkan ketakutan dan trauma dalam diri mereka.

Toxic parents biasanya berlindung dalam alasan “Kami tahu/ingin yang terbaik untukmu,” atau “Kami lebih berpengalaman dari kamu.” Selain itu, biasanya toxic parents juga jarang atau enggan untuk mengucapkan terima kasih atau menghargai perbuatan anaknya.

Selain itu masih ada banyak lagi ciri-ciri toxic parents lainnya seperti:

1. Ingin mengontrol anak

Toxic parents biasanya ditandai dengan terlalu mengontrol kehidupan anak. Mereka merasa anak akan tersesat atau gagal apabila membuat keputusan sendiri sehingga mereka seringkali membuat keputusan untuk anak tanpa berdiskusi lebih dulu. Mereka kerap berpikir bahwa apa yang dipilihnya adalah yang terbaik bagi anaknya.

Mungkin Anda tidak menyadari bahwa perilaku ini membuat anak merasa tidak percaya diri pada dirinya. Perilaku ini adalah pertanda bahwa Anda telah melakukan emotional abuse (kekerasan emosional) dalam hidup anak. Jika Anda menerapkan pola pengasuhan seperti ini, maka jangan heran jika nantinya anak-anak Anda tidak bisa menentukan pilihan dalam hidup mereka. Baik dalam memilih masa depan, cita-cita, teman, atau bahkan pasangan hidup mereka nantinya.

 

BACA JUGA: Apakah Anda Orangtua yang Toxic? Begini Dampak Buruknya Bagi Anak…

 

2. Melakukan penyiksaan baik secara fisik maupun verbal

Tidak ada satu anakpun yang layak menerima kekerasan fisik maupun verbal.

Kekerasan fisik seperti pukulan, cubitan, tamparan, atau kekerasan verbal seperti panggilan yang tidak baik, mengejek anak dengan kata-kata kasar, atau mendiami anak dalam waktu yang lama akan memberikan dampak buruk bagi pertumbuhan anak secara mental.

Apapun bentuk kekerasan pada anak tidak ada yang dapat dibenarkan. Kekerasan semacam ini menyebabkan fungsi otak dan kesehatan mental terganggu dalam jangka panjang.

Kekerasan pada anak dapat menyebabkan rendahnya kepercayaan diri anak, kesulitan mempercayai orang lain, timbul keinginan melukai diri sendiri hingga bunuh diri.

 

BACA HALAMAN SELANJUTNYA -->

3. Kurang empati

Orang tua yang tidak memiliki empati kepada anak menganggap bahwa kebutuhan orang tua lebih penting daripada kebutuhan anaknya sendiri. Mereka akan menuntut anak mereka untuk melakukan sesuatu demi keuntungan atau kesenangannya pribadi.

Misalnya, menuntut anak untuk selalu mendapatkan nilai bagus dan peringkat tinggi di sekolah demi membanggakan dirinya sendiri. Bisakah Anda memahami bahwa pemikiran ini bukan “demi kebaikan anak” namun untuk kebanggaan Anda semata? Anda tidak mencari tahu apakah anak mampu mendapatkan nilai yang sempurna, Anda tidak peduli jika tuntutan Anda dapat mengganggu kesehatan mental anak.

Kurangnya empati dari orang tua menimbulkan dampak negatif yang besar bagi anak. Mereka akan tumbuh dengan mengabaikan kebutuhannya sendiri, mereka juga kerap menyalahkan diri mereka karena ketidakpuasan orang lain, dan mendorong mereka ke jurang depresi.

4. Tidak menghargai privasi anak

Jika Anda memiliki privasi yang tidak ingin diganggu atau diketahui oleh siapapun, demikian juga dengan anak Anda. Meski mereka adalah anak Anda, mereka layak untuk memiliki area privasinya sendiri.

Perilaku seperti membaca pesan anak dengan teman-teman, membaca buku diary-nya, mengikuti kemana anak pergi temannya benar-benar telah melanggar batasan privasi. Hal ini tentu menimbulkan perasaan tidak nyaman. Selain itu, hal-hal seperti ini dapat menyebabkan perasaan anak merasa tidak dapat diandalkan oleh orang tuanya.

 

BACA JUGA: Inilah 3 Ayat Alkitab yang Orangtua Wajib Ketahui dalam Mendidik Anak untuk Hidup Sehat!

 

5. Beranggapan bahwa anak bertanggung jawab atas kebahagiaan orang tua

Pernahkah Anda meminta anak Anda untuk memilih antara orang tua dan temannya? Atau dengan pasangannya? Atau mungkin Anda pernah menyuruh anak untuk mengorbankan aktivitas yang mereka gemari demi mengabulkan permintaan orang tua?

Mungkin Anda berpikir bahwa perilaku ini akan membangun hubungan yang sehat dengan anak. Namun sebaliknya, Anda telah membangun dinding yang membatasi kedekatan Anda dengan anak. Anak terus dituntut untuk mengorbankan apa yang mereka bahagia dan membatasi mereka sebagai individu yang mandiri.

Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun ketakutan berlebihan dapat memicu over-controlling pada kehidupan anak dan berdampak buruk bagi pertumbuhannya.

Perilaku seperti ini harus segera diperbaiki karena pengalaman-pengalaman buruk seperti ini dapat membekas di hati anak Anda dan mungkin saja mereka akan mewarisi perilaku buruk ini kepada orang lain atau bahkan kepada anak-anaknya kelak.

 

Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. ~ Efesus 6:4 

Sumber : jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami