Cryptocurrency Naik Daun, Bolehkah Orang Kristen Ikutan?
Sumber: freepik.com

Kata Alkitab / 20 May 2021

Kalangan Sendiri

Cryptocurrency Naik Daun, Bolehkah Orang Kristen Ikutan?

Claudia Jessica Official Writer
8631

Zaman sekarang ada sebuah istilah yang bernama FOMO. Fomo merupakan singkatan dari Fear Of Missing Out atau yang berarti ketakutan akan sesuatu yang sedang trend di masa sekarang. Nah, kali ini kita akan membahas mengenai trend cryptocurrency.

Cryptocurrency adalah asset instrument. Beberapa contoh dari cryptocurrency adalah bitcoin, ehtereum, dan lain-lain.

Apakah trend ini dapat bertahan di masa mendatang? Kata Alkitab mengupas trend cryptocurrency ini bersama dengan Ken Henderson, seorang Qualified Wealth Planner dan Founder dari Gatrich.

 

Jika kamu lebih suka menonton, simak penjelasannya DI SINI.

 

Melalui Kata Alkitab, Ken Henderson membagikan pelajaran dari suatu ‘trend’. Menurutnya, sesuatu yang sedang populer seperti cryptocurrency ini biasanya akan mendatangkan kerugian. Ken menjelaskan bahwa sesuatu yang trend sedang berada pada titik kesuksesan tertinggi sehingga orang-orang yang baru mengikuti trend cenderung mendapatkan kerugian.

Ken menceritakan pengalamannya ketika mengikuti trend bitcoin yang sempat booming pada tahun 2017. Karena hanya ikut-ikutan trend pada masa itu, ia justru mendapatkan kerugian. Bagaimanapun, investasi di bidang apa saja memerlukan analisa.

Pastor Andy Otniel selaku host Kata Alkitab menyebutkan Firman Tuhan pada Pengkhotbah 1: 9 yang berbunyi, “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.”

Artinya, kita tidak perlu takut kehilangan momen seperti bitcoin yang sempat popular pada tahun 2017.

 

Baca juga: Benarkah Saham Adalah Judi?

 

Ken Henderson menimpali, untuk melakukan investasi, kita tidak perlu terburu-buru. Mulailah dengan apa yang saat ini kita miliki. “Daripada mengejar tren yang lagi naik itu, dan kita belum belajar analisa, mendingan kita fokus sama apa yang sudah ada di tangan kita.”

Ken menambahkan, modal yang paling mahal adalah waktu yang kita habiskan untuk belajar dan menganalisa, bukan berapa banyak uang yang dihabiskan.

 

Baca selanjutnya >>>

 

Tidak ada kata terlambat untuk belajar berinvestasi. Menurut Ken, daripada berfokus pada sesuatu yang sudah populer, lebih baik kita belajar. “Saham ada yang sudah naik, yasudah. Mendingan kita belajar caranya, kita belajar analisanya kita cari mana yang baik. Supaya kita beli yang belum naik. Nanti pas dia udah ngetrend (dan) naik, kita bisa happy, bua bisa jual untuk seperti itu.”

Pastor Andy menegaskan dalam kitab Amsal 24: 3-6 mengatakan, “Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.”

 

Baca juga:

Masih Takut Investasi? Yuk Curi Ilmu Investasi Saham Mudah Dari Pakar Keuangan Ini…

Apakah Kamu Lagi Judi atau Investasi? Yuk Cari Tahu Bedanya di Sini

 

Jadi, kita membutuhkan hikmat untuk mendirikan sesuatu. Kepandaian, pengertian, dan hikmat adalah salah satu instrument dalam berinvestasi yang sehat.

Tidak perlu panik ataupun takut untuk tertinggal oleh tren karena sesuatu yang baru adalah  sesuatu yang belum pasti, dan kalaupun kita tidak mengikutinya, hal tersebut bukanlah masalah besar karena Tuhan tetap memberkati kita.

 

Sumber : jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami