Seorang
pendeta kelahiran Myanmar dan tiga orang lainnya menghadapi ancaman penjara
selama 3 tahun karena membuat ibadah dalam kerumunan besar di masa wabah corona.
Pendeta dengan
paspor Kanada bernama David Lah, dan tiga orang lainnya yang berada di Yangon dituntut
dengan Undang-undang Manajemen Bencana Natural 2013 oleh pemerintah Myanmar. Menurut lembaga
International Christian Concern (ICC) yang berbasis di Amerika, David Lah dan
tiga orang lainnya menghadapi ancaman penjara selama 3 tahun dan kemungkinan
denda.
Berdasarkan
keterangan komite penanganan COVID-19 di wilayah Yangon, David Lah dan dua
orang temannya mengadakan pertemuan besar di Yangon pada 13 Maret lalu, sedangkan
satu orang terdakwa lagi adalah seorang anggota jemaat, demikian laporan yang
dikutip dari Reuters.
Dalam
kotbahnya yang diposting pada akhir Maret
lalu, David berkata, "Jika kamu mendengarkan firman Tuhan, virus tidak akan
mendekat kepadamu, aku nyatakan ini dengan roh Yesus Kristus."
Beberapa minggu kemudian, sekitar 20 orang yang hadir dalam pertemuan tersebut dites dan dinyatakan positif COVID-19, diantaranya adalah David Lah sendiri, seorang pendeta terkenal di Myanmar, dan bintang music rock Myo Gyi.
Baca juga :
Ketahuan Lakukan Pertemuan Ibadah, Pendeta Myanmar Ini Dijatuhi 6 Bulan Penjara
Doakan Penemuan Vaksin Corona, 14 Mei Jadi Hari Puasa Seluruh Umat Beragama di Dunia
Karena
kejadian ini, ICC melaporkan bahwa orang Kristen Myanmar menghadapi kritikan
dan juga rasa permusuhan dari masyarakat yang mayoritas adalah penganut Budha.
Para
pemimpin Kristen Myanmar mengajak masyarakat untuk bekerja sama dalam melawan
COVID-19 ini dalam kesatuan dan kasih, mereka
juga mengajak untuk jangan mengunggah atau membagikan berita bohong, foto atau
video di Facebook yang mungkin bisa menyinggung agama. Namun di saat bersamaan sentiment
anti-Kristen meningkat di social media.
Pada 7 Mei
lalu, Pendeta David Lah sudah keluar dari rumah sakit dan menjalani karantina selama
21 hari di sebuah hotel di Yangon. David
Lah adalah seorang pendeta kelahiran Myanmar yang tinggal di Toronto, Kanada yang
melalui akun Facebooknya mengatakan bahwa saat ini ia sedang melakukan “touring
ke berbagai penjuru dunia untuk memberitakan Injil.”
Negara yang
dulu dikenal dengan nama Burma ini dipimpin oleh rezim militer. Walau demikian,
saat ini untuk pertama kalinya Myanmar memiliki seorang wakil presiden beragama
Kristen.
Hingga hari
Minggu (17/05/2020) lalu, di Myanmar sudah ada 184 orang positif COVID-19, 97
orang sembuh dan 6 orang meninggal.
Masa wabah
corona ini ada banyak perubahan yang harus terjadi, termasuk dalam tata cara
ibadah. Untuk itu orang Kristen harus berhikmat dan juga tetap mentaati aturan
yang diberikan oleh pemerintah. Sebab aturan social distancing yang
diberlakukan hampir di semua negara ini pada dasarnya untuk menjaga agar penyebaran
virus tidak semakin meluas.
Yuk berdoa agar wabah ini bisa segera di atasi, berbagai usaha untuk menemukan obat dan vaksin dapat segera membuahkan hasil dan agar masyarakat diberikan kesabaran dan kekuatan dalam menjalani masa-masa sulit ini.
#LOVEINACTION : Yuk bantu sesama yang terdampak COVID-19 dengan pemberian sembako, donasi KLIK DISINI