Ketahuan Lakukan Pertemuan Ibadah, Pendeta Myanmar Ini Dijatuhi 6 Bulan Penjara
Sumber: Youtube.com

Internasional / 16 April 2020

Kalangan Sendiri

Ketahuan Lakukan Pertemuan Ibadah, Pendeta Myanmar Ini Dijatuhi 6 Bulan Penjara

Lori Official Writer
5521

Komite Kontrol dan Tanggap Darurat COVID-19 Wilayah Yangon, Myanmar menuntut Pendeta Daniel Lah karena ketahuan melakukan pertemuan publik yang dianggap melanggar aturan yang dikeluarkan pemerintah terkait pencegahan penyebaran wabha virus corona di negara itu.

Pihak Komite Kontrol dan Tanggap Darurat COVID-19 Wilayah Yangon menyampaikan dalam sebuah pernyataan bahwa Pendeta David Lah dan tiga orang lainnya tetap mengadakan ibadah bersama setelah larangan keluar sejak Jumat, 13 Maret 2020 lalu. Atas pelanggaran ini mereka akan dijatuhi hukuman sekurangnya 6 bulan penjara.

Pertemuan ibadah yang dilakukan di awal April 2020 itu sendiri telah menyebabkan 20 orang terinfeksi virus, termasuk Pendeta David sendiri.

Kementerian Kesehatan Myanmar menyayangkan lonjakan kasus COVID-19 yang sudah mencapai 62 itu lebih banyak disebarkan saat mengadakan pertemuan keagamaan.

"Pendeta, pengkhotbah, bintang terkenal dan anggota keluarganya termasuk di antara kasus-kasus baru dan sekarang dirawat di Yangon," ungkap salah satu pejabat setempat.


Baca Juga: Tetap Lakukan Ibadah Minggu di Tengah Corona, Pendeta Megachurch Ini Akhirnya Ditangkap


Saat ini, kediaman sang pendeta yang terletak di Gereja Baptis di kota Insein Yangon dan tujuh tempat lainnya sudah dijaga ketat oleh pihak kepolisian.

Sementara Pendeta Daniel Lah sendiri dikenal sebagai pengkhotbah yang kontroversial di Myanmar. Dia mendirikan DREAM Ministry International, sebuah lembaga injil pada tahun 2014 dan melakukan tur keliling dunia untuk mengabarkan injil.

Sebelum terinfeksi COVID-19, dia sempat berkhotbah dan meyakinkan bahwa orang Kristen yang berseru kepada Tuhan tidak akan bisa tertular virus corona. Dia menolak pandangan bahwa perkumpulan keagamaan bisa jadi sarana penyebaran virus secara massal.

“Saya bisa menjamin jika gereja Anda benar-benar percaya kepada Yesus, Anda tidak akan terjangkit virus COVID-19,” ucapnya.

Hal serupa tidak hanya terjadi di Myanmar. Di Virginia, seorang uskup bernama Gerald Glenn harus menerima akibatnya karena masih mengadakan pertemuan ibadah di tengah wabha virus corona. Setelah dinyatakan positif Covid-19, nyawa Glenn dan tak tertolong dan meninggal dunia.

Dia diketahui sempat menyampaikan pernyataan tentang virus corona pada 22 Maret 2020 lalu. Katanya, “Saya sangat percaya bahwa Tuhan lebih besar dari virus yang ditakuti ini.”

Pada tanggal 4 April, putrid Glenn memposting sebuah video dan menyampaikan bahwa kedua orangtuanya positif terjangkit virus corona. Tak lama setelah itu, pihak gereja mengumumkan jika Pendeta Gerald Glenn telah meninggal dunia.

“Sementara mereka berduka karena kehilangan ayah dan ayah rohani mereka, mereka juga memiliki anggota keluarga lain yang berjuang untuk selamat dari pandemi yang menakutkan ini,” katanya.

Dua kasus di atas harusnya jadi pelajaran bagi seluruh gereja. Ada dua hal yang bisa kita pelajari dari kasus ini yaitu sebagai warga negara sudah sepantasnya kita mengikuti aturan negara. Dan sebagai orang percaya, kita mengamini kalau Tuhan jauh lebih besar dari penyakit apapun yang ada di dunia. Tapi Dia juga meminta kita untuk tetap berhikmat, bijaksana dan bisa jadi berkat bagi orang lain. Jangan sampai kita jadi batu sandungan karena dianggap sebagai orang Kristen yang tidak taat aturan.

Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami