Komite Kontrol dan Tanggap Darurat COVID-19 Wilayah Yangon,
Myanmar menuntut Pendeta Daniel Lah karena ketahuan melakukan pertemuan publik yang
dianggap melanggar aturan yang dikeluarkan pemerintah terkait pencegahan penyebaran wabha virus corona di negara itu.
Pihak Komite Kontrol dan Tanggap Darurat COVID-19 Wilayah Yangon
menyampaikan dalam sebuah pernyataan bahwa Pendeta David Lah dan tiga orang
lainnya tetap mengadakan ibadah bersama setelah larangan keluar sejak Jumat, 13
Maret 2020 lalu. Atas pelanggaran ini mereka akan dijatuhi hukuman sekurangnya 6 bulan penjara.
Pertemuan ibadah yang dilakukan di awal April 2020 itu sendiri telah menyebabkan 20 orang terinfeksi virus, termasuk Pendeta David sendiri.
Kementerian Kesehatan Myanmar menyayangkan lonjakan kasus
COVID-19 yang sudah mencapai 62 itu lebih banyak disebarkan saat mengadakan pertemuan keagamaan.
"Pendeta, pengkhotbah, bintang terkenal dan anggota
keluarganya termasuk di antara kasus-kasus baru dan sekarang dirawat di Yangon," ungkap salah satu pejabat setempat.
Baca Juga: Tetap Lakukan Ibadah Minggu di Tengah Corona, Pendeta Megachurch Ini Akhirnya Ditangkap
Saat ini, kediaman sang pendeta yang terletak di Gereja
Baptis di kota Insein Yangon dan tujuh tempat lainnya sudah dijaga ketat oleh pihak kepolisian.
Sementara Pendeta Daniel Lah sendiri dikenal sebagai
pengkhotbah yang kontroversial di Myanmar. Dia mendirikan DREAM Ministry
International, sebuah lembaga injil pada tahun 2014 dan melakukan tur keliling dunia untuk mengabarkan injil.
Sebelum terinfeksi COVID-19, dia sempat berkhotbah dan
meyakinkan bahwa orang Kristen yang berseru kepada Tuhan tidak akan bisa
tertular virus corona. Dia menolak pandangan bahwa perkumpulan keagamaan bisa jadi sarana penyebaran virus secara massal.
“Saya bisa menjamin jika gereja Anda benar-benar percaya kepada Yesus, Anda tidak akan terjangkit virus COVID-19,” ucapnya.
Hal serupa tidak hanya terjadi di Myanmar. Di Virginia, seorang
uskup bernama Gerald Glenn harus menerima akibatnya karena masih mengadakan
pertemuan ibadah di tengah wabha virus corona. Setelah dinyatakan positif Covid-19, nyawa Glenn dan tak tertolong dan meninggal dunia.
Dia diketahui sempat menyampaikan pernyataan tentang virus
corona pada 22 Maret 2020 lalu. Katanya, “Saya sangat percaya bahwa Tuhan lebih besar dari virus yang ditakuti ini.”
Pada tanggal 4 April, putrid Glenn memposting sebuah video
dan menyampaikan bahwa kedua orangtuanya positif terjangkit virus corona. Tak
lama setelah itu, pihak gereja mengumumkan jika Pendeta Gerald Glenn telah meninggal dunia.
“Sementara mereka berduka karena kehilangan ayah dan ayah
rohani mereka, mereka juga memiliki anggota keluarga lain yang berjuang untuk
selamat dari pandemi yang menakutkan ini,” katanya.
Dua kasus di atas harusnya jadi pelajaran bagi seluruh
gereja. Ada dua hal yang bisa kita pelajari dari kasus ini yaitu sebagai warga
negara sudah sepantasnya kita mengikuti aturan negara. Dan sebagai orang
percaya, kita mengamini kalau Tuhan jauh lebih besar dari penyakit apapun yang
ada di dunia. Tapi Dia juga meminta kita untuk tetap berhikmat, bijaksana dan
bisa jadi berkat bagi orang lain. Jangan sampai kita jadi batu sandungan karena
dianggap sebagai orang Kristen yang tidak taat aturan.