Baru-baru ini, Justin Bieber penyanyi asal Kanada,
mengungkapkan bahwa dirinya baru didiagnosa menderita penyakit Lyme yang ternyata sumber dari masalah depresi dan kelelahannya.
Seperti disampaikannya lewat Instagram, bahwa penyakit yang dialaminya
cukup serius karena telah mempengaruhi fungsi otak, kelelahan dan kesehatannya secara keseluruhan.
Sementara dari penjelasan medis, penyakit lyme, yang ditularkan
dari gigitan kutu yang terinfeksi bakteri Borrelia burgdorferi ini bisa menyebabkan depresi dan gejala lainnya.
Gejala Penyakit Lyme
Seseorang yang menderita penyakit ini bisa dikenali dengan ciri-ciri gejala yang berlangsung selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Setelah kutu mengigit tubuh seseorang, reaksinya bisa muncul dalam waktu 3 sampai 30 hari.
Gejala umum yang dialami oleh penderita adalah demam, sakit kepala, kelelahan dan ruam erythema migrans di bagian kulit.
Jika kondisi ini tidak ditangani dengan segera, maka bakteri akan
bermigrasi ke area tubuh yang lain. Parahnya, bakteri bisa menembus organ bagian dalam seperti sistem saraf, jantung dan juga bagian sendi.
Saat bakteri sudah masuk ke dalam tubuh, gejalanya bisa jadi sangat
parah diantaranya penderita akan mengalami kelelahan, berkeringat di malam
hari, leher kaku, sakit kepala, gangguan tidur dan depresi. Gejala ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Penyakit Lyme dan Risiko Depresi
Salah satu gejala paling parah yang bisa disebabkan oleh
bakteri Borrelia burgdorferi adalah depresi dari berbagai tingkatan, mulai dari yang sedang sampai berat.
John Aucott, Direktur Johns Hopkins Lyme Disease Research Center
di Baltimore, menyampaikan bahwa para penderita pasca Lyme desease (PTLDS) akan
mengalami depresi dari tingkat yang ringan sampai sampai berat. Parahnya, penderita
penyakit ini bisa mengalami depresi berat yang berujung pada pikiran bunuh diri.
Di sisi lain, gak mudah bagi para dokter untuk mendiagnosa perbedaan gejala depresi pada penderita penyakit Lyme.
"Survei gejala penyakit Lyme yang kami lakukan baru-baru ini,
tidak bisa membedakan Lyme dan depresi. Terutama gejala vegetatif seperti kelelahan, gangguan tidur dan lain-lain," kata Aucott.
Sementara hasil temuan dari penelitian lain yang dilakukan oleh
Suffering the Silence menyatakan bahwa penyakit Lyme bisa menyebabkan risiko jangka panjang seperti gangguan pada kesehatan mental.
“Saat seseorang sakit dalam jangka waktu yang lama, kesehatan
mental mereka akan menderita. Jika seseorang sakit mental untuk jangka waktu
yang lama, kesehatan fisik mereka kemungkinan menderita juga,” kata Allie Cashel, pendiri dari Suffering the Silence.
Akibat dari gigitan kutu yang terinfeksi bakteri ini memang sangat
berisiko bagi kesehatan. Meski begitu, pada kenyataannya gak banyak penderita
menyadari gigitan ini. Bahkan mereka baru tahu terkena penyakit Lyme setelah beberapa waktu lamanya.
Baca Juga: Mengenal Penyakit Lyme Avril Lavigne
Bahkan dokter sendiri kesulitan untuk menemukan akar dari
masalah kesehatan penderita penyakit Lyme yang kebanyakan mengalami keluhan kelelahan
dan berkurangnya fungsi otak. Seringnya dokter malah bisa membuat diagnosa dengan kondisi lain seperti depresi atau kecemasan.
Hal ini terjadi karena belum ditemukannya uji laboratorium untuk
penyakit Lyme. Satu-satunya cara yang biasanya dokter lakukan adalah dengan menggunakan tes antibody dengan mengukur respon sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri.
Sayangnya, penderita penyakit ini harus menjalani perawatan secara
rutin. Karena gejala dari infeksi bakteri bisa dirasakan selama bertahun-tahun.
Satu-satunya pengobatan yang memungkinkan adalah dengan pemberian antibiotik. Dan
bagi penderita yang sudah mencapai jantung membutuhkan perawatan intravena dengan
antiobiotik.
Meskipun di Indonesia penyakit ini bisa dibilang tidak
populer, tapi kita perlu berhati-hati ya. Jangan anggap remeh saat kamu digigit
oleh serangga. Sebaliknya, segera periksakan diri dan lakukan pengobatan sesuai
dengan anjuran dokter.