Menyadari dampak perubahan iklim yang semakin nyata belakangan
ini, negara-negara di Eropa pun mulai menggalakkan gerakan hijau di berbagai lini.
Gak ketinggalan, pemerintahpun ikut melibatkan gereja dalam mencegah risiko perubahan iklim yang semakin meluas.
Ajakan ini pun disambut baik oleh gereja-gereja di Eropa dengan
baik. Ribuan gereja pun mendukung program yang ditawarkan pemerintah dengan mengadopsi kebijakan ramah lingkungan.
Beberapa gereja di Denmark, Kopenhagen, misalnya, tak lagi menghiasi
altarnya dengan tulip dan mawar dari Kenya. Mereka memilih untuk memasang bunga-bunga lokal dan juga menghidangkan roti dan anggur perjamuan organik.
“Krisis iklim sudah tiba. Jadi apa yang akan kita lakukan?” kata Hanna Smidt, salah satu dari jemaat gereja.
Program ini sendiri dikelola langsung oleh Dewan Gereja Nasional Denmark. Dimana bagi setiap gereja yang berpartisipasi harus mengikuti 25 dari 48 kriteria yang sudah ditetapkan, diantaranya mengurangi konsumsi energi, memakai produk pupuk kompos dari sampah organik, menggelar pertemuan jarak jauh online untuk mengurangi asap kendaraan dan m menyampaikan pesan seputar krisis iklim saat menggelar ibadah.
Baca Juga: Dibaptis, Pesepakbola Liverpool Ini Sebut Yesus Cinta dan Gelar Terbaiknya
Gagasan Gereja Hijau ini sendiri muncul ketika seorang
pendeta gereja Lutheran Balmer Hansen mengikuti Konferensi Gereja Eropa tahun 2007 silam. Dari sana dia terinspirasi oleh pemaparan tentang perubahan iklim.
“Pidato itu membuka mataku. Aku pikir, kalau bumi adalah
hadiah dari Tuhan, kita di gereja harus bersuara mengenai hal ini. Gereja Lutheran di Denmark biasanya menghindar dari isu-isu politik,” jelasnya.
Sejak saat itu, dia mulai memberikan pemahaman sedikit demi
sedikit kepada gereja soal perubahan iklim. Dan gereja pada akhirnya terbuka untuk
memikirkan situasi ini dengan serius setelah Paus Fransiskus menegaskan bahwa darurat
iklim global sedang terjadi. Sehingga gereja didesak untuk berpartisipasi mengurangi dampak perubahan iklim ini.
Di Denmark sendiri, sebanyak 232 gereja telah menggalakkan gereja
hijau. Gereja-gereja ini bahkan sudah memenuhi 29 dari 48 kriteria gereja hijau.
Sementara di Inggris, sebanyak 2000 gereja mulai mendaftar untuk ikut dalam gereja ini dan beralih memakai energi terbarukan.
“Komunitas umat beragama harus melakukan sesuatu. Untuk bisa mewujudkan
prinsip cintai tetanggamu pada era modern ini kita harus mencintai sistem yang membantu
tetangga kita. Atmosfer bumi adalah milik kita semua, air adalah milik kita
semua. JAdi bertindak secara lokal dan berpikir global memiliki resonansi yang sama
sekali baru dalam hal ini,” kata Deborah Colvin, pengurus gereja St. James’s
Piccadilly, London.
Dengan apa yang terjadi saat ini, gereja menghimbau masyarakat
internasional jangan menganggap remeh soal isu perubahan iklim. Karena dampaknya
terjadi secara langsung terhadap bumi.