Di awal
tahun 2020 ini, masyarakat Internasional dikejutkan dengan kabar perselisihan yang terjadi antara Iran dan Amerika Serikat.
Hal ini
muncul setelah pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani yang diserang oleh pesawat tak berawak AS atas perintah Presiden Donald Trump pada Jumat, 3 Januari 2020 lalu.
Tak terima dengan
tindakan pemerintah AS, Iran pun menjadi geram. Mereka mulai melakukan serangan
balas dendam dengan melayangkan rudal ke dua pangkalan udara Amerika di Irak.
Lalu beberapa jam setelah itu, pesawat Ukraina Internasional Boeing 737-800 yang
berisi 176 penumpang mengalami kecelakaan dan hancur. Banyak yang menduga jika pesawat ini ditembak oleh rudal Iran.
Dari
kondisinya, pesawat tampak hancur berkeping-keping. Hal ini menguatkan dugaan jika pesawat tersebut sengaja dirudal dan hal tersebut masih terus dibicarakan.
Sementara Presiden Amerika Donald Trump menyampaikan pada Kamis, 9 Januari 2020, bahwa dirinya tak percaya dengan pendapat bahwa pesawat mengalami kerusakan mekanis. Pasalnya, sensor intelijen menunjukkan bahwa radar pertahanan udara Iran terkunci di pesawat penumpang. Dengan itu militer Iran kemungkinan meluncurkan dua rudal darat ke udara yang menjatuhkan pesawat tersebut.
Baca Juga:
Jatuhnya pesawat
terjadi tak lama setelah Iran meluncurkan 16 rudal balistik di pangkalan udara
AS di Irak. Bisa saja pesawat Ukraina itu dikira sebagai ancaman pada saat itu sehingga menyasar.
Karena itulah
Trump menolak membagikan teorinya tentang kenapa pesawat itu jatuh dan menyebutnya sebagai peristiwa yang sangat buruk dan menghancurkan.
“Ya, saya punya kecurigaan. Itu sangat, saya tidak ingin mengatakannya…karena orang lain juga punya kecurigaan,” ucapnya.
Pemimpin Agama Iran dan Amerika Angkat Bicara
Para
pemimpin agama pun angkat bicara terkait sederetan kejadian nahas yang melanda Iran dan Amerika.
Tindakan
saling serang yang dilakukan Iran dan Amerika dikuatirkan akan memicu perang
yang lebih besar. Karena itu sejumlah pemimpin agama menyerukan kepada semua umat
beragama untuk berdoa demi menghindari perang yang lebih besar antara Iran dan Amerika.
“Qassem Soleimani
bertanggung jawab atas kematian yang tak terhitung jumlahnya di dalam & di
luar Iran & secara aktif merencanakan lebih banyak serangan teroris. Kita
perlu berdoa agara Tuhan memberi (Presiden Trump) kebijaksanaan & melindunginya,
keluarganya & pasukan kita di wilayah itu dari kejahatan,” tulis Penginjil Franklin Graham dalam Tweet-nya.
Sementara pendukung Trump, Pendeta Mark Burns menyerukan perlindungan dari Tuhan terhadap Amerika.
“Ya Tuhan,
lindungi kami dari Perang Dunia 3. Amerika lebih aman dan lebih terlindungi dari
sebelumnya yang berusaha untuk melukai kami di bawah kepresidenan Anda (Trump),” tulis Burns.
Sementara para
pemimpin iman progresif, seperti aktivis Pendeta William Barber mengecam serangan rudal Iran sebagai keputusan yang gegabah.
“Tolong
jangan hanya menyalahkan Trump untuk posisi kita sekarang…Jika kita berakhir dalam
perang, tidak boleh ada amnesia selektif. Siapa pun yang tidak bicara harus disalahkan,” tulisnya.
Dari pihak
Iran sendiri mengutuk keras tindakan pembunuhan yang dilakukan terhadap
Jenderal Soleimani. Kelompok advokasi Quaker di Washington sendiri menyerukan supaya kedua negara ini menempuh jalur perdamaian.
Iman Mohammad
Elahi, seorang pemimpin lintas agama Syiah di Detroit juga menyerukan hal yang sama terhadap Iran dan Amerika.
“Al-Quran mengingatkan
kita bahwa hidup ini adalah ujian dan para pasien dijanjikan kabar baik dari
Tuhan! Mari kita berdoa agar tidak ada lagi eskalasi perang antara Iran dan AS! Tidak ada alasan untuk semua ketegangan ini!” katanya.
Patriark Katolik
Kasdim di Baghdad Louis Raphael Sako bahkan menggambarkan situasi di Timur
Tengah setelah pembunuhan terhadap Soleimani sebagai gunung berapi yang akan
meletus. Dia pun meminta kepada umat Kristen dan Muslim di Irak untuk berdoa bagi perdamaian dan mencegah jatuhnya lebih banyak korban dari pihak sipil.
“Dalam
keadaan kritis dan tegang seperti itu, adalah bijaksana untuk mengadakan pertemuan
meja bundar bagi semua pihak untuk mendapatkan dialog yang masuk akal dan
beradab yang menyelamatkan Irak dari konsekuensi yang tak terduga,” ucapnya.
Mari berdoa
supaya ketegangan yang terjadi antara Iran dan Amerika tidak semakin membesar. Kiranya
kedua negara ini menempuh jalur perdamaian sehingga perang bisa dihindarkan dan
tak semakin banyak korban sipil yang berjatuhan.