Seorang pendeta menikam istrinya ditengah berjalannya
ibadah kemudian bunuh diri dengan yang disaksikan oleh jemaatnya, jelas polisi
setempat kepada CNN, Senin.
Pada hari Minggu, Elijah Misiko, pendeta pembantu di Gereja
Ground for Gospel di Mombasa, Kenya pergi meninggalkan kursinya yang berada
dibagian depan dan mendatangi istrinya, pendeta senior Ann Mughoi yang berada
di mimbar dan menikamnya dengan sebuah pisau yang disembunyikannya di dalam
amplop, kata polisi menjelaskan apa yang dikatakan saksi mata pada mereka.
“Dia berjalan ke arah istrinya sementara jemaat tengah
berdoa, dia datang seolah ingin membisikkan sesuatu padanya.” Julius Kiragu,
seorang petugas kepolisian menjelaskan. “Kemudian dia mengambil sebuah pisau
dan menikam istrinya sebanyak dua kali. Dia yakin bahwa istrinya telah
meninggal. Kemudian dia menikam dirinya sendiri sebanyak tiga kali ini di perutnya
dan menggorok lehernya.”
Misiko langsung mati karena luka tusukannya dan Mughoi
meninggal di rumah sakit setempat beberapa jam kemudian, terang pihak polisi.
Pasangan itu sempat terlibat dalam peselisihan yang
panjang tentang kepemimpinan dan kepemilikan gerejanya, kata Kiragu kepada CNN.
Di tahun 2017, Misiko pernah ditahan oleh kepolisian
Mombasa setelah istrinya menduga dia memiliki rencana untuk membunuhnya, kata
Kiragu.
Misiko dibebaskan pada hari berikutnya setelah polisi
mengatakan mereka menemukan tuduhan itu tidak benar, kata Kiragu. Pasangan ini
memiliki empat orang anak yang tinggal terpisah sejak perselisihan yang terjadi
dua tahun belakangan, jelas polisi.
“Mughoi mencoba menjauh dari suaminya sejak sengketa
kepemilikan gereja dimulai.” Kiragu mejelaskan pada CNN. "Mereka bahkan
melaporkan masalah ini kepada para pemimpin gereja tetapi mereka tidak dapat
menyelesaikan perselisihannya."
Misiko meninggalkan catatan bunuh diri sebanyak 17
halaman di mana dia menuduh Mughoi mengubah kepemilikan gereja, yang dia
katakan didirikan oleh pasangan itu, namun diklaim hanya didirikan oleh istrinya,
kata polisi.
Tidak sedikit gereja yang mengalami sengketa serupa dan
bahkan mengalami perpecahan. Namun sebagai umat percaya kita seharusnya
menyadari bahwa gereja dan jemaat adalah domba-domba milik Tuhan, dan bukanlah
asset atau sesuatu yang harus diperebutkan untuk kepentingan pribadi atau suatu
pihak. Selain itu pendeta adalah hamba Tuhan dan pelayan umat, hal seperti ini
seharusnya tidak terjadi.