Sekitar 80 orang Muslim di sebuah kamp pengungsi di Hamburg
Jerman memutuskan untuk dibaptis dan percaya Yesus sekalipun mereka mengalami pelecehan secara fisik dan seksual.
"Sementara orang-orang Kristen yang bertobat di sana
harus menderita di Jerman, namun sekitar
80 pengungsi disana baru-baru ini dibaptis dan masuk agama Kristen, "International Christiant Concern mencatat pada Selasa lalu.
Sementara itu, sebuah media yakni Mohabat News melaporkan bahwa Pastor Albert Babajan melakukan pembaptisan massal di kamp yang terletak di Hamburg dan mengatakan bahwa motif utama pertobatan orang Muslim tersebut dikarenakan mereka kecewa terhadap agama Muslim.
BACA JUGA : Setelah Menyanyikan Lagu ‘I Have Decided To Follow Jesus’ Keluarga India Ini Dibunuh!
Salah satu mualaf ke Kristen bernama Shima menjelaskan bahwa
keputusannya tersebut dia amil karena dia tak pernah menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam agamanya sebelumnya.
"Saya telah mencari ke seluruh hidup saya sebuah
kedamaian dan kebahagiaan, tapi dalam Islam saya tidak menemukannya. Menjadi seorang Kristen justru membuat saya bahagia," kata Shima.
Namun, meski demikian pendeta juga mengatakan bahwa ada cara
untuk melihat apakah seseorang tersebut benar-benar asli dan jujur dalam imannya dan keyakinannya atau nggak.
"Karena iman Kristen itu mengubah cara berpikir,
pandangan terhadap dunia. Jika seseorang mengatakan kepada saya bahwa pada
malam hari dia bisa kembali tidur dan sudah mengampuni dosa masa lalunya, maka saya tahu bahwa dalam hatinya dia adalah seorang Kristen, "katanya.
Meskipun banyak pengungsi yang berusaha mencari perlindungan
di kamp pengungsi Jerman tersebut, pada
awal Mei kemarin, kelompok pengawas Open Doors tetap saja menemukan bahwa ada
lebih dari 300 insiden orang Kristen
yang dianiaya atau dilecehkan secara fisik ataupun seksual oleh orang-orang Muslim yang berada di kamp pengungsi di negara tersebut.
Ada banyak insiden seperti itu yang sering sekali diremehkan oleh otoritas Jerman.
"Meskipun ada laporan yang begitu meningkat tentang
permasalahan ini baik di media, badan amal, organisasi hak asasi manusia,
pemimpin gereja ataupun organisasi Jerman, otoritas Jerman dan politisi hampir
tidak pernah melakukan penyelidikan, "ungkap kelompok pengawas Open Doors tersebut.
"Sebaliknya, kami percaya bahwa insiden sengaja
diremehkan bahkan ditutup-tutupi. Selama melakukan diskusi secara rahasia
dengan para peneliti dari Open Doors, telah diketahui bahwa bahkan dikantor
polisi, serangan bermotivasi keagamaan terhadap pengungsi Kristen tidak didokumentasikan seperti itu, "tambahnya.
Sebagai orang Kristen, mari terus berdoa buat bangsa ini ya. Biar kemuliaan Tuhan dinyatakan dan bangsa-bangsa penuh dengan kasih dan damai.