Hukum bisa membunuh kita, tapi Roh memberi kehidupan di dalam kita.
Di sini kita melihat bagaimaan teladan dari Yesus. Seperti yang
Yesus lakukan kepada seorang perempuan yang berzinah dan yang akan dilempari batu sebagai hukuman (Yohanes 8: 1-12).
Perempuan itu sudah seharusnya mati atas perbuatannya. Dan
orang Farisi siap untuk memberikan hukuman itu. Tapi Yesus justru melakukan hal
yang unik. Dia membungkuk ke tanah dan menulis sesuatu. Mungkin dia mulai
menulis salah satu hukum yang tertulis dalam Hukum Taurat, entah itu ’Jangan mengingini..’ Saat membaca tulisan itu, mereka justru menari diri dari kerumunan.
Sebagai manusia, godaan untuk berbuat dosa bisa muncul begitu
saja membuat kita bereaksi dengan cara yang kita tahu jahat. Kita bisa sombong,
bisa membenci, bisa berkata jahat, dengki dan sebagainya. Waktu membaca tulisan
Yesus, orang-orang itu seperti mulai merasa bersalah. Tak satupun dari mereka merasa hidupnya kudus.
Lalu Yesus berkata kepada perempuan itu, “Aku juga tidak menghukummu; pergi dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Perjanjian Baru jadi penggenapan injil yang telah mematahkan semua
pandangan lama orang-orang agamawi. Tak seorangpun tak berdosa. Tapi bukan
berarti kita tidak mendapatkan pengampunan. Karena di melalui Yesus sendirilah, kita beroleh pengampunan itu sendiri.
Tapi sebagai catatan, Yesus menekankan supaya ‘Jangan berbuat
dosa lagi!’ Dia memberi kita kuasa melalui Roh Kudus, sehingga melaluinya kita mendapatkan kehidupan yang baru.
Mendapatkan kesempatan kedua jelas jauh lebih baik daripada
harus dihukum mati. Kalau di Perjanjian Lama kita hanya dihantui rasa takut
berdosa karena konsekuensi yang akan kita terima, maka di Perjanjian Baru kita disebut
sebagai pendosa karena itulah kita memerlukan penyelamat karena kecenderungan kita terhadap dosa.
Siapapun yang sudah menerima pengampunan di dalam Yesus, akan
mengalami kehidupan yang sama sekali baru. Karena pemahaman akan kasih Yesus
yang besar membuat orang-orang percaya tidak pantas untuk berlaku dosa. Konsep penghukuman benar-benar berubah.
Paulus adalah seorang Farisi yang sangat paham soal hukum. Dia
tahu hukuman apa yang harus dijatuhkan kepada setiap orang yang melakukan
pelanggaran. Tapi dia sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya melatarbelakangi
seseorang melanggar hukum tersebut. Kita hanya bisa menghakimi orang lain atas apa
yang kita lihat, dan tidak mau tahu alasan kenapa orang itu jatuh dalam dosa. Karena itulah penting untuk hidup dipimpin oleh Roh Kudus.
“Dengan diri kami
sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan
kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat
kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang
tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. (2 Korintus 3: 5-6)
Saat dalam pelayanannya, Paulus juga lemah dan ketakutan. Dia
menyampaikan kepada jemaat di Korintus kalau dia gak mengandalkan hikmat manusia
melainkan hikmat yang berasal dari Roh Tuhan (1 Korintus 2: 3-5). Dia tidak mau
dikuasai oleh hikmat yang dipelajarinya selama menggali firman Tuhan. Dia mau menjadi
pribadi yang melayani dengan tuntutan Roh Kudus. Karena hanya Roh Kudus yang bisa
mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi. Karena itulah dia datang dalam kelemahan
dan ketakutan karena dia tidak mau melakukan apapun karena kekuatannya sendiri.
Dia tahu pelanggaran bukan masalah hukuman, tapi bagaimana dia membawa orang lain masuk ke dalam kehidupan yang baru di dalam Yesus.
Di dalam kitab Yesaya 55: 8-9, Tuhan berkata “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.’
Baca Juga :
Kita perlu disunat dari semua hal-hal duniawi. Lalu pikiran
kita perlu terfokus kepada hal-hal yang kekal, sehingga kita dibangkitkan
bersama dengan Kristus. Kita harus masuk ke dalam pikiran Tuhan melalui Roh pewahyuan-Nya. Supaya kita bisa mendengar suara Roh Kudus.
“Sebab
Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.” (2 Korintus 3: 17)
Saat hidup dalam Roh, kita tidak akan merasa leluasa untuk melakukan
apa yang kita inginkan. Karena kita menaruh segala pikiran itu di bawah kuasa Tuhan.
Dan di dalam Yesuslah kita aka mengalami kebebasan sejati yang ditransformasi dari
kemuliaan kepada kemuliaan.
“Dan kita
semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan
karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah
menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2
Korintus 3: 18)