Kunci yang Benar Agar Kita Memiliki Sukacita Dan Damai Sejahtera
Kalangan Sendiri

Kunci yang Benar Agar Kita Memiliki Sukacita Dan Damai Sejahtera

Inta Official Writer
      3771

Yesaya 33:6

"Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion."

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 108; Yakobus 5; Yehezkiel 21-22

Saya memutuskan untuk melakukan sedikit perubahan di rumah. Untuk itu, saya perlu bolak-balik ke gudang untuk mengambil beberapa kursi dan hiasan lainnya. Saya mencari-cari beberapa kunci yang saya pikir bisa membuka beberapa pintu di gudang nanti.

Saat kunci tersebut saya pakai untuk membuka sebuah lemari besar untuk mengambil apa yang ada di dalamnya, ternyata tidak ada yang masuk. Sudah lama sekali saya tidak membuka lemarinya, sehingga saya tidak ingat kunci mana yang harus digunakan.

Alhasil, saya harus kembali ke dalam rumah dan mencari kunci yang lain. Setelah sepuluh menit saya mencari-cari kunci yang tepat, saya mendapati sebuah kunci dengan tulisan 'lemari gudang' yang menggantung di cincin gantunganya.

Menggunakan kunci yang salah untuk membuka lemari gudang itu sangat bikin frustasi, buang-buang waktu, dan bikin saya harus bolak-balik ke rumah. Namun, pada saat inilah, saya teringat pada kunci-kunci yang sering digunakan dalam kehidupan ini.

Ketika dihadapkan pada sebuah keputusan, kita lebih memilih apa yang kita tahu dibandingkan kunci bijaksana. Kita pikir, kita sudah punya semua fakta yang bisa dipertimbangkan, tapi semua itu tidak mengantarkan kita pada sebuah keputusan yang bijaksana.

Yakobus 1:5 mengingatkan kita soal cara mendapatkan kebijaksanaan tersebut. “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit —, maka hal itu akan diberikan kepadanya.”

Ayat di atas mengajak kita untuk meminta hikmat kepada Tuhan. Siapa yang meminta, maka kita akan mendapatkannya.

Nggak jarang kita lebih pilih kunci-kunci yang penuh dengan kecemasan dan rasa tidak sabar. Setiap kita mungkin harus kerja dengan orang yang sulit, ada pula yang kesulitan membayar tagihan kesehatan, atau frustasi karena harus sering terkena macet yang parah setiap harinya.

Rasul Paulus mengingatkan kita dalam Filipi 4:6-7,

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Doa merupakan kunci yang harus kita miliki. Dengan berdoa, kita akan membukakan pintu damai sejahtera.

Mungkin saja pekerjaan atau hubungan yang sedang kita jalani ini tidak sesuai dengan apa yang kita mau. Saat berada dalam kondisi tersebut, kita sedang memegang kunci kekecewaan di tangan. Namun, percayalah, kalau kunci tersebut tidak akan membukakan pintu kemana pun. Ini waktunya kita kembali ke rumah dan mencari kunci yang membawa kelegaan. =

Alkitab menunjukkan sikap yang dilakukan oleh Rasul Paulus saat ia mengalami pergumulan. Filipi 4:11, “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.”

Coba pikirkan tentang kunci-kunci yang kita coba pakai untuk membuka pintu damai sejahtera yang kita inginkan. Saat kita pkai kunci yang salah, maka kita harus menunggu dan menghabiskan lebih banyak lagi waktu untuk membukanya.

Yesaya berkata bahwa rasa takut akan Tuhan adalah kunci yang mengarah pada dasar yang pasti, dan rasul Paulus menambahkan hal lainnya dalam 1 Timotius 6:19, "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan."

Kita mau sebuah dasar yang stabil, rasa aman, damai sejahtera dan kehidupan yang sejati. Mari kita temukan dengan kunci yang tepat.

Hak Cipta © Marilyn Nutter, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami