Duka di Hari Raya Yom Kippur, Penembakan Dekat Sinagoga di Jerman Sebabkan 2 Orang Tewas
Sumber: Google

Internasional / 10 October 2019

Kalangan Sendiri

Duka di Hari Raya Yom Kippur, Penembakan Dekat Sinagoga di Jerman Sebabkan 2 Orang Tewas

Puji Astuti Official Writer
2512

Dua orang tewas dalam penembakan yang dilakukan oleh seorang ekstrimis sayap kiri Jerman yang menyasar sinagoga yang saat itu sedang menjalankan ibadah dalam rangka hari raya Yom Kippur. Peristiwa ini terjadi di Kota Halle, di timur Jerman, pada Rabu (9/10/19) waktu setempat.

Pelaku melakukan live streaming serangan

Fenomena yang cukup mengejutkan dalam serangan ini adalah pelaku melakukan live melalui sosial media Twitch menggunakan kamera head-mounted, dan videonya ditonton hanya 5 orang pada saat live, namun setelah terupload ditonton sekitar 2.200 orang yang kemudian video tersebut dihapus oleh pihak Twitch.

Melakukan live streaming saat melakukan serangan berdarah seperti ini bukanlah hal baru, hal serupa sudah terjadi sebelumnya saat penembakan di masjid di kota Christchurch, New Zealand. Ini adalah peristiwa penembakan masal pertama di New Zealand yang menyebabkan setidaknya 50 orang teas dan 20 lainnya terluka. Penyerangan dilakukan oleh 3 orang dengan motif supremasi kulit putih.

Pelaku penembakan dari kelompok sayap kiri

Pelaku penembakan adalah seorang pemuda berusia 27 tahun bernama Stephen Balliet, dan menurut juru bicara pihak berwajib Jerman, pelaku sudah ditangkap. Motif dalam penembakan tersebut diduga kuat adalah sentiment anti-semit dan ideologi sayap kiri, sebab pelaku saat ditangkap menyatakan bahwa akar dari beberapa masalah di dunia ini adalah orang-orang Yahudi, selain itu ia juga mengklaim bahwa Holokaus tidak pernah terjadi.

Korban tewas dalam penembakan tersebut adalah seorang wanita dan seorang pria  yang berada sekitar 600 meter dari sinagoga. Wanita tersebut ditembak mati setelah mengkonfrontasi Stephan di depan Sinagoga.

Bagi orang-orang beriman bagaimana pria ini tidak bisa memasuki sinagoga yang berisi sekitar 80 jemaat umat Yahudi tersebut adalah mukjizat. Jika pria itu berhasil memasuki sinagoga, maka jumlah korban diperkirakan akan lebih besar.

Isu ras dan anti-semit menjadi motif penembakan

Di Jerman sendiri, serangan dengan isu ras dan anti-semit terus meningkat setiap tahunnya,  namun biasanya hanya berupa serangan verbal atau vandalism, belum sampai kepada pembunuhan seperti ini. Mereka yang mengalami serangan dan diskriminasi biasanya adalah orang-orang imigran dan juga warga Jerman berdarah Yahudi.

Pada bulan Mei lalu, melihat seriusnya ancaman pemerintah jerman memperingatkan pria Yahudi untuk tidak memakai kippa (topi orang Yahudi) di tempat umum. Orang Yahudi sendiri mendapatkan serangan dari dua pihak, yaitu dari kelompok sayap kiri seperti neo-nazi dan juga dari kelompok ekstrimis Islam.

Kanselir Jerman menyatakan simpati

Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan simpati mendalam atas insiden tersebut. Juru bicara pemerintah Jerman Steffen Seibert melalui akun Twitternya menyatakan, “Kita harus melawan segala bentuk anti-semitisme.”

Bersama unggahan tersebut disertakan pula foto Angela Merkel mengunjungi lokasi kejadian.

Belum lama ini terjadi serangan serupa di Berlin

Pada hari Sabtu lalu, seorang pencari suaka dari Suriah juga ditangkap karena menyerang seorang penjaga keamanan di sinagoga yang berada di Jalan Oranienbuger, Berlin. Wilayah ini merupakan daerah di mana komunitas Yahudi bermukim.

Dalam serangan tersebut, pria dari Suriah tersebut bersenjatakan pisau dan meneriakkan “Allahu Akbar!” serta mengutuk Israel. Namun setelah menjalani interogasi, ia dibebaskan, namun pihak berwajib belum memberikan keterangan resmi tentang pembebasan tersebut.

Waspadai penyebaran ideologi ekstremis melalui sosial media

Penyebaran ideologi ekstremis di berbagai belahan dunia perlu diwaspadai, terutama di kalangan anak-anak muda. Jika di Amerika, ideologi supremasi kulit putih sering memicu penembakan berdarah, sedangkan untuk wilayah Asia seperti di Indonesia adalah ideologi Islam garis keras. Demikian juga di India, Hindu garis keras sering melakukan persekusi dengan dalil agama.

Kemudahan berbagi informasi dan juga pertemanan melalui sosial media, menjadi ladang subur bagi kelompok-kelompok ekstrimis untuk mempengaruhi dan merekrut anak-anak muda ini.  Sebenarnya untuk mencegah hal ini terjadi, Global Internet Forum sebuah organisasi nirlaba yang dibentuk pada tahun 2017 oleh Facebook, Microsoft, Twitter dan YouTube sudah membuat kesepakatan untuk aktif menghapus konten yang dibuat pelaku serangan untuk mencegahnya menjadi viral.  Twitch yang dimiliki Amazon juga menjadi bagian dari forum ini.

Tentu saja, peran penyedia layanan sosial media sangat penting dalam mencegah penyebaran video serupa. Namun hal ini bukan hanya tanggung jawab mereka saja, tetapi juga peran keluarga, masyarakat, dan juga pihak keamanan dan pemerintah untuk bekerja sama membendung gerakan penyebaran ideologi ekstremis.

Komunikasi dan pengawasan dalam keluarga, terutama orangtua kepada anak memegang peranan penting menjaga generasi muda terjebak kepada pemikiran dan ideologi ekstrim. Untuk itu orangtua tidak boleh abai, jika tidak maka penyesalan ketika semuanya terlambat sudah tidak ada gunanya lagi.

Baca juga: 

Rayakan Yom Kippur, Ribuan Yahudi Berdoa Dan Berpuasa

Pemimpin Gereja Sampaikan Duka Mendalam Terkait Serangan Bom di Masjid Selandia Baru

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami