Tahukah kamu bahwa
hampir 40% generasi milenial, atau anak muda yang berusia 18-30 tahun terlilit
hutang karena gaya hidup konsumtifnya. Yang menyedihkan, mereka makin terjebak
dengan hutang karena mencoba menyelesaikan masalahnya dengan gali lobang tutup
lobang, alias menggunakan hutang untuk membayar hutang.
Salah satu jebakan
hutang generasi millenial saat ini adalah godaan berbagai tawaran pinjaman
online (pinjol) yang saat ini menjamur. Meminjam
uang cukup pencet aplikasi, tanpa pikir panjang dulu apakah bisa membayarnya
atau tidak.
Apa yang menjadi
penyebab anak-anak milenial yang mengalami masalah keuangan seperti ini?
1# Mengutamakan gaya hidup
Ya, milenial merupakan
generasi dimana tantangan utamanya adalah gaya hidupnya. Mulai dari kebiasaan
ke kafe atau ngopi, belanja barang branded, hingga travelling yang sudah
dianggap sebagai kebutuhan hidup.
Nah, tidak sedikit orang
yang demi memenuhi gaya hidupnya ini rela berhutang, mulai dari menggunakan
kartu kredit, pinjol, cicilan hingga fasilitas ‘paylater’. Pada akhirnya,
ketika salah perhitungan maka hutang yang menumpuk tersebut membuat mereka
tidak berkutik atau terjerat masalah keuangan.
2# Tidak memiliki
strategi investasi
Menurut data yang
dikutip Tirto.id dari Alvara Research pada tahun 2017 dengan judul “The Urban
Middle-Class Millennials Indonesia: Financial and Online Behavior, produk
keuangan yang paling diminati oleh para milenial adalah tabungan.
79,8 persen milenial
memilih menabung sebagai investasi, dengan bunga tabungan yang Cuma sekitar 2-3
persen, maka berbanding dengan tingkat inflasi Indonesia yang mencapai 5-6
persen, tabungan itu akhirnya tidak memberikan dampak yang signifikan dalam
keuangan mereka.
Yang ditabung itupun
hanya sekitar 10 persen dari penghasilan mereka, sedangkan 51 persen lebih
penghasilan habis untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
3# Hutang yang lebih
besar dari kemampuan bayar
Tahukah kamu, bahwa
untuk memiliki keuangan yang sehat, hutangmu tidak boleh lebih besar dari 30
persen dari penghasilanmu. Hutang yang lebih besar dari asset yang dimiliki
bisa membawa seseorang kepada kebangkrutan, karena tidak bisa memenuhi
kebutuhan hidup dan membayar hutang.
4# Tidak memiliki
tabungan untuk dana darurat
Kamu pasti pernah
mendengar tentang dana darurat kan? Ya, untuk darurat idealnya adalah 3 kali
besaran gaji kamu. Hal ini untuk menjadi dana cadangan untuk hal tak terduga
seperti jika terjadi PHK, mengalami penyakit atau bahkan anggota keluarga yang
sakit.
Apakah kamu sudah punya pos untuk dana darurat ini? Jika belum pastikan mulai menyiapkannya sekarang ya.
Nah, setelah kita baca
4 masalah utama generasi milenial di atas, yuk kita cek kondisi keuangan
masing-masing. Kira-kira masalahmu di bagian mananya nih? Atau jangan-jangan ke
empat hal di atas kamu alami juga. Kalau
gitu, harus buru-buru tobat nih.
Apa yang harus kita
lakukan untuk mengubah cara kita mengelola keuangan kita?
1# Sadari bahwa apa
yang kita miliki, itu bukan milik kita tapi titipan Tuhan
Ya, sering kali karena
kita pikir semua uang yang kita terima adalah hasil jerih payah kita, sehingga
kita menggunakannya sesuka hati kita. Namun kita harus ingat bahwa semua itu
adalah titipan Tuhan kepada kita. Ulangan 8:17-18 menyatakan:
Maka janganlah
kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku
memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu,
sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan,
dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada
nenek moyangmu, seperti sekarang ini.
Sebagai pengelola
keuangan yang baik, kita seharusnya bertanya kepada Tuhan yang menjadi pemilik atas
harta kita apa yang harus dilakukan dengan harta tersebut, dan bagaimana
mengalokasikannya. Dengan memiliki pola pikir bahwa apa yang kita miliki adalah
milik Tuhan, maka kita akan lebih berhati-hati menggunakan harta dan uang kita.
2# Belajar tentang
mengelola keuangan dan investasi
Setelah kita memiliki
pola pikir yang benar tentang harta kita, selanjutnya kita perlu belajar lebih
lagi tentang pengelolaan keuangan dan investasi.
Pengelolaan uang
berkaitan dengan anggaran untuk setiap pemasukan dan pengeluaranmu, berapa
persen untuk ditabung atau investasi, berapa persen untuk ditabur, memberi atau
persembahan, berapa persen untuk kebutuhan hidup dan lain-lain.
Menabung memang bagus,
tapi jika berbanding inflasi maka tidak akan maksimal. Belajarlah berbagai instrument
investasi yang lain, seperti saham, reksadana, surat utang negara (SUN), emas, property
dan bahkan crypto currency.
Sadarilah bahwa
investasi bukanlah main tebak-tebakan atau judi, namun mengelola resiko dengan
mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ke depan melalui berbagai instrument
investasi yang ada. Jadi pastikan kamu mempelajarinya dengan baik dulu, sebelum
mulai terjun untuk investasi ya.
3# Mencukupkan dengan
apa yang kamu punya
Godaan gaya hidup
seringkali muncul karena membandingkan diri dengan orang lain, seperti melihat
teman nongkrong di kafe atau beli kopi premium, kita juga ikutan biar dibilang
gaul. Pada hal jika dihitung-hitung jika uang tersebut kamu tabung bisa
menambah uang untuk dana darurat atau untuk membayar hutangmu.
Masalah mengapa kita
mengalami kekurangan bukanlah seberapa besar penghasilanmu, tetapi tentang
sikap hati kita. Selama kita bisa merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang
kita miliki, kita tidak akan bisa belajar hidup dibawah jumlah penghasilan
kita.
Jangankan menabung, atau memberi, untuk kebutuhan hidup kita tidak akan pernah cukup.
Janganlah kamu
menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena
Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." ~ Ibrani 13:5
Nah,
kalau kita belajar melakukan kebenaran di atas, percayalah kita akan menggenapi
janji Tuhan ini, “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak
pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;
tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya
menjadi berkat.” (Mazmur 37:25-26).