Apakah pasangan menikah harus memiliki anak? Bagaimana
dengan mereka yang tidak dikarunia anak atau bahkan memang tidak ingin memiliki anak?
Pernikahan adalah idenya Allah, dan merupakan gambaran
akan kasih dan juga perjanjian antara Kristus dan gereja. Dengan kata lain
Tuhan merancang pernikahan sebagai sesuatu yang penting, mendalam dan menjadi
perumpamaan atau gambaran yang ingin Allah gunakan untuk menunjukan kasih Tuhan kepada dunia ini.
Pernikahan adalah gambaran hubungan Kristus dan Gereja
Hal itulah yang paling penting dalam hubungan suami
isteri atau pernikahan, seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus dalam Efesus 5:22-33 ini:
Hai
isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah
kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
Karena
itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya
dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia
menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Demikian
juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.
Sebab
tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan
merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya.
Sebab
itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
Bagaimanapun
juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Seorang suami adalah gambaran dari Kristus yang adalah
kepala gereja, jadi para suami standarmu adalah menjadi seperti Kristus yang
telah mengasihi jemaat dan bahkan rela mati di kayu salib untuk menebus dosa kita.
Para isteri, dirimu adalah gambaran dari gereja atau
tubuh Kristus yang menundukkan diri kepada Kristus yang adalah kepala gereja. Jadi tunduklah kepada suamimu dalam segala sesuatu.
Jadi hubungan inilah yang utama dan penting.
Bukankah Tuhan perintahkan Adam dan Hawa untuk beranakcucu?
Mungkin kamu berkata, tapi bukankah Adam dan Hawa
diperintahkan untuk “Beranakcuculah dan bertambah banyak”? Bukankah hal ini berarti pernikahan juga tujuannya adalah untuk melahirkan anak-anak?
Sewaktu Adam dan Hawa diciptakan, mereka dibuat segambar
dan serupa dengan Allah. Jadi sewaktu Tuhan memerintahkan mereka beranakcucu,
tujuannya bukan hanya agar dunia ini penuh dengan manusia, tapi agar mereka
memultiplikasi gambar dan rupa Allah tersebut. Agar dunia ini dipenuhi oleh anak-anak Allah.
Namun kemudian dosa masuk dan menghancurkan gambar dan
rupa Allah ini. Disinilah janji penebusan melalui Yesus Kristus dihadirkan.
Disinilah Allah menghadirkan konsep hubungan Allah dengan gereja, dan Tuhan
menginginkan kita bukan hanya menghasilkan anak-anak jasmani tapi yang utama adalah anak-anak rohani atau murid Kristus.
Tugas utama kita adalah melahirkan anak-anak rohani
Jadi tugas kita sebagai orang percaya adalah melahirkan
anak rohani. Jika kamu punya anak-anak jasmani dan tidak memuridkan mereka di
dalam Kristus, maka kamu belum menjalankan peran kamu sebagai orangtua yang Tuhan mandatkan kepada semua orang percaya.
Kamu tidak harus memiliki anak secara jasmani, tapi harus menghasilkan anak-anak rohani
Ada banyak faktor seseorang atau pernikahan tidak memiliki
keturunan atau anak jasmani, mulai dari sakit, kemandulan, dan lain sebagainya. Walau demikian, kita wajib menghasilkan anak-anak rohani.
Tuhan Yesus pernah berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan
karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan,
ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa
ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki,
saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai
penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.” Markus 10:29-30.
Pada ayat di atas Yesus menjanjikan bahwa kita akan menerima
seratus kali lipas hal-hal atau orang yang kita tinggalkan demi pemberitaan
Injil. Hal itu akan kita terima dalam masa kehidupan saat ini, karena dalam
kehidupan yang akan datang yang kita terima adalah kehidupan kekal. Jadi
seratus kali lipat anak, saudara dan ibu dalam hal ini adalah sebuah hubungan rohani karena pemberitaan Injil.
Seperti Paulus menjadi bapak rohani bagi Timotius,
demikian juga seharusnya kita dipanggil untuk menjadi orangtua-orangtua rohani.
Yesus ingin kita mengubah cara pandang kita tentang keluarga, yaitu bukan hanya
mereka yang bertalian darah dengan kita, namun mereka bertalian secara roh
dengan kita, yaitu kepada mereka yang percaya kepada Yesus Kristus dan bersedia untuk dimuridkan untuk menjadi sama seperti Kristus.
Dalam Roma 9:8, Paulus menuliskan,”Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah,
tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar.” Jadi dalam Kerajaan Allah menghasilkan anak secara
jasmani bukanlah keharusan, tapi kita harus menghasilkan anak-anak rohani,
yaitu orang-orang yang dibimbing untuk mengalami kelahiran baru dengan percaya kepada Yesus Kristus Sang Juru Selamat.
Dalam Roma 16:13, Paulus juga menuliskan “Salam
kepada Rufus, orang pilihan dalam Tuhan, dan salam kepada ibunya, yang bagiku adalah juga ibu. Disini menjadi
gambaran yang jelas bahwa menjadi ibu tidak dibatasi dengan anak yang
dilahirkan secara jasmaniah saja, tapi juga melalui hubungan sebagai seorang bapak atau ibu rohani bagi seseorang.
Jadi mari kita simpulkan bersama, bahwa Tuhan memanggil
pernikahan sebagai sarana untuk memuridkan, baik anak-anak yang dilahirkan
secara jasmani maupun anak-anak rohani, semuanya harus dimuridkan. Inilah
panggilan tertinggi dari sebuah pernikahan, yaitu membawa berita Injil dan memuridkan menjadi tujuan utamanya.
Sudahkah pernikahanmu seperti yang Allah inginkan ini?
Baca juga:
Puluhan Tahun Pendarahan, Mungkinkah Bisa Memiliki Anak?
Website Ini Menjawab Kerinduanku Untuk Memiliki Anak