In Memoriam Pdt Bigman Sirait, Pernah Jadi Guru Sekolah Minggu Sampai Bangun Gereja
Sumber: Jawaban.com

Nasional / 1 July 2019

Kalangan Sendiri

In Memoriam Pdt Bigman Sirait, Pernah Jadi Guru Sekolah Minggu Sampai Bangun Gereja

Lori Official Writer
5984

Umat Kristen Indonesia harus kembali berduka atas kepergian Pendeta Bigman Fredore Leonard Sirait atau disapa Pdt. Bigman Sirait. Dia meninggal dunia pada Sabtu, 29 Juni 2019 akibat penyakit jantung yang sudah lama dideritanya.

Dia adalah pendiri Gereja Reformasi Indonesia (GRI) dan menjadi salah satu pendeta yang terbilang vokal dalam menyuarakan pengajaran kekristenan yang alkitabiah.

Sebelum memutuskan menjadi pendeta, rupanya Pdt Bigman punya kisah masa lalu yang kelam. Dalam blog pribadinya Bigmansirait.com dia membagikan bagaimana dirinya mulai bertobat dari kehidupan lama yang penuh dosa pada Juli 1981. Setelah benar-benar menerima Yesus sebagai Juruslamat, Bigman memilih melayani di gereja.

Siapa sangka, kala itu dirinya ternyata dipercayakan melayani sebagai guru sekolah minggu. Meski begitu, dia mengaku pelayanan tersebut sama sekali gak pernah dia harapkan. Tapi ternyata pelayanan inilah yang membawa Bigman terus bertumbuh.

“Tuhan menempatkan saya melayani di lingkungan dunia anak-anak yang tidak pernah saya sukai. Sebagai orang yang kasar saya tak bisa ramah pada anak-anak, sebagaimana yang saya alami ketika masih anak-anak, dikasari oleh yang lebih tua. Melayani di sekolah minggu sebuah realita yang tak pernah terbayangkan,” tulis Pdt. Bigman.

Baca Juga : Pdt.Bigman Sirait Tetap Nyoblos Sekalipun Harus Diantar Dengan Ambulan

Melayani di sekolah minggu sampai tahun 1984, Pdt Bigman akhirnya dipercayakan melayani anak remaja dan bahkan anak muda. Pelayanan demi pelayanan sudah dijalaninya, mulai dari melayani di retret, seminar, KKR, kantor dan persekutuan karyawan.

Setelah merasa mantap dengan panggilan Tuhan, Pdt Bigman memutuskan untuk masuk sekolah teologi di STTRII Jakarta. Untuk menyelesaikan sekolah ini, dia bahkan rela melepaskan bisnisnya yang saat itu sedang berkembang. Setelah lulus, dia pun mulai membangun pelayanan media lewat Tabloid Reformata dan media online.

Melalui media, Pdt Bigman telah membangun beberapa yayasan diantaranya Yayasan Channel of Blessing (COB) tahun 1989, Yayasan Misi Kita Bersama (MIKA) tahun 1999, Yayasan Pelayanan Media Antiokhia (PAMA) dan Pembina Gerakan Pengabdian Pemuda Bangsa (GPPB) tahun 2001.

Setelah merasa sudah merasa siap, dia pun akhirnya membangun Gereja Reformasi Indonesia (GRI) di Sidney pada tahun 2007. Sampai akhirnya gereja yang bernaung di bawah Asosiasi Reformed Church of Australia ini hadir di Jakarta dan Kalimantan.

Pelayanannya terus meluas, bukan hanya di Indonesia dan Australia. Tapi dia juga dipercayakan melayani ke bangsa-bangsa seperti Singapura, Jepang, Jerman, Belanda, dan Belgia.

Menulis dan mengungkapkan buah pikirannya adalah kegemaran seorang Pdt Bigman Sirait. Dalam setiap tulisan, dia mencoba membongkar paradigma lama orang Kristen dan menuangkan pola pikir baru sesuai dengan firman Tuhan. Komitmennya melayani baik melalui gereja, media online dan yayasan yang dibangunnya adalah untuk mewujudkan pelayanan yang nyata dan sesuai dengan amanat agung.

Bagi Pdt Bigman melayani adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan. Karena itulah, semasa hidupnya semangat untuk melayani tak pernah sekalipun padam.

Tuhan yang Maha Besar terlebih mengasihi Pdt Bigman Sirait. Di usia 57 tahun, dia telah mengakhiri pertandingannya dengan penuh kemenangan. Sama seperti slogan hidupnya bahwa hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1: 21).

Selamat jalan Pdt Bigman Sirait. Setiap karyamu dan pengajaranmu akan membawa dampak besar kepada orang-orang yang kamu tinggalkan.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami