Seorang mantan gay merasa geram dengan tindakan Taylor Swift yang
dengan sengaja menyindir kekristenan yang anti-LGBT. Lewat video dari single terbarunya ‘You Need to Calm Down’, Taylor dengan sangat jelas mendukung gerakan LGBT dan komunitasnya.
Meskipun begitu, video ini dipenuhi dengan sederet bintang
Hollywood seperti penyanyi R&B Ciara, Katy Perry, presenter lesbian Ellen
DeGeneres, aktor tampan Ryan Reynold, transgender Laverne Cox serta pemeran film Netflix ‘Queer Eye’.
Dari lirik lagu You Need to Calm Down, Taylor Swift
menyampaikan supaya orang-orang berhenti menyebarkan kebencian. Dia juga
menekankan bahwa orang-orang yang menolak gaya hidup saat ini adalah orang yang hidup di Abad Kegelapan.
Terkait video inilah, mantan gay Lusi Javier Ruiz, yang merupakan CEO dari Fearless Identity dan yang kesaksian hidupnya setelah selamat dari penembakan di Pulse Nightclub 2016 silam itu menanggapi keputusan penyanyi R&B Ciara dalam video tersebut untuk mendukung pernikahan sesama jenis dan gerakan LGBT.
Baca Juga:
Karena Sebut LGBT Dosa, Penyanyi & Mantan Gay Ini Dikritik Habis-habisan di Ajang X-Factor
Tolak LGBT, Pemuda Ini Sebut ‘Yesus Selamatkan Aku dari Homoseksual’ di Sosial Medianya
Ruiz menyampaikan bahwa dirinya sam sekali tak sepakat dengan pandangan Ciara terkait sikap umat Kristen terhadap LGBT.
“Kalau mereka teman saya, mereka akan mengerti. Dan dengan
itu, mengatakan Tuhan menerima semua orang sebagaimana adanya mereka. Tapi tuntunan
injil berubah. Kita berada di masa dimana kita akan diminta untuk memilih antara
keyakinan iman pada Tuhan atau budaya, keyakinan masyarakat dan saya memilih Yesus,” terangnya.
Sementara penyanyi Edward Byrd, yang juga adalah mantan gay juga
menyayangkan video Taylor tersebut. Menurutnya, di satu sisi video itu memang menunjukkan kebenaran bahwa kekristenan benar-benar menolak komunitas LGBT.
“Narasi yang diperlihatkan Taylor Swift itu tidak salah, dan
karena itu hati saya hancur dan saya minta maag. Sudah begitu lama, kita
sebagai gereja memperlakukan homoseksualitas seperti dosa terburuk dan
tertinggi, seperti kematian dan kebangkitan-Nya tidak mencakup homoseksualitas! Ada penebusan untuk semua orang,” katanya.
Meski begitu, dia menilai tak semua orang Kristen bersikap
defensif terhadap homoseksual karena dia sendiri sudah menyaksikan kasih Yesus hidup dalam kehidupan orang-orang percaya.
Sementara gerakan Kristen untuk menangani isu LGBT ini terus meningkat.
“Ada pelayanan seperti Fearless Identity dan Freedom March yang
berjalan dalam Fearless Identity in Christ dan berbagi banyak cerita dengan gereja tentang bagaimana mengasihi dan memahami orang-orang ini,” katanya.
Sementara dia mengakui jika pemulihan yang dia alami dengan
terlepas secara total dari penyimpangan seksual itu sama sekali tidak
membutuhkan terapi khusus. Hanya dengan mengalami pertemuan dengan Tuhanlah dia mengalami perubahan total itu.
“Saya bertemu dengan seorang pria yang setia dan mati untuk
saya, nama-Nya adalah Yesus. Dan melalui Roh Kudus, Dia mengambil hati saya yang
keras dan memberi saya Roh yang baru dan hati yang sama sekali baru. Itulah pria yang sudah merebut hati saya. Yesus menarik saya masuk ke dalam Dia,” jelasnya.
Byrd sendiri mengakhiri kritiknya kepada Taylor Swift dengan menyampaikan satu pernyataan.
“Video Swift menimbulkan stereotype terhadap semua orang Kristen. Ada banyak orang Kristen yang tidak membenci LGBTQ! Komunitas Kristen lebih berpandangan luas soal homoseksualitas. Tujuh tahun hidup dalam Tuhan, saya telah bertemu dengan orang-orang yang penuh belas kasihan yang membantuku menjadi pria seperti saya hari ini!” terangnya.
Sumber : Christianpost.com | Jawaban.com