Dimanakah Kesatuan Hati Dengan Bapa Itu Berada?
Kalangan Sendiri

Dimanakah Kesatuan Hati Dengan Bapa Itu Berada?

Inta Official Writer
      2919

Yohanes 17:22-23

“Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.”

Bacaan Alkitab setahun: Amsal 15; Galatia 4; 2 Tawarikh 1-3

Doa saya terlambat. Kalau saja saya mengetahuinya lebih cepat, mungkin apa yang terjadi akan berbeda. Saya berdiri memandangi sebuah kotak berukuran badan, dimana disana teman saya terbaring beku. Iya, saudara saya kini telah berada di peti mati.

Pagi itu Ibu menelepon saya untuk bertanya soal kabar dari Lisa. Setelah beberapa hari, saya akhirnya mendengar kabar dari Lisa.

"Lisa sudah meninggal," ungkap Ibu. "Ia terkena sengatan listrik saat berada di bak mandi."

Tanpa ba-bi-bu, saya langsung menutup teleponnya. Nggak banyak yang saya ingat setelahnya. Yang saya ingat, setelah sekitar 4 jam perjalanan, saya mendapati diri saya sedang menatap peti matinya. Saya melihat Lisa memegangi Alkitabnya. Sama seperti saat ia hidup, ia memegangi Kristus dengan sangat erat.

Kalau saja saya tahu masalah antara Lisa dan suaminya, tentu saya akan berdoa untuk keselamatannya. Hati saya sungguh hancur. Di dalam Kristus, kami berdua dipersatukan sebagai seoran sahabat, dan kini kita dipisahkan oleh kematian.

Hubungan saya dan Lisa sangat dekat. Kami saling mendoakan satu sama lain, membicarakan banyak hal bersama. Bukan satu atau dua kali, tetapi seringkali ia melontarkan kata-kata ketakutan kalau-kalau suaminya akan menyakitinya.

Saya tidak terlalu yakin kalau ia tahu kemungkinan tersebut. Lisa adalah orang yang selalu bertanya soal kabar saya, dimana saya akan senang hati bercerita kepadanya, tapi ia justru menutup rapat-rapat soal kehidupannya.

Saat itu, saya benar-benar merasa sedih dan kesepian. Harusnya saya mendoakan Lisa. Kalau saja saya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dengan dukungan doa, mungkin saja Tuhan bisa menolongnya, dan mengubahkan keadaannya. Sayangnya, saya tidak tahu menahu.

Namun, Yesus tahu. Saya merasa terhibur saat mengetahui kenyataan bahwa Yesus berdoa buat setiap kita. Kita harus mengetahui bahwa detik ini juga, Yesus sedang berdoa buat kita. Jauh sebelum kita dilahirkan, Yesus tersungkur dan berdoa agar kita mengenal Bapa, sebagaimana Dia mengenal Bapa.

Yesus berdoa untuk saya, juga kamu. Tidak seperti banyak orang, Dia justru meminta Bapa agar dipersatukan dengan kita dalam kasihNya. Yesus mau kita memiliki kedamaian dan Ia sampai mau mengorbankan nyawaNya untuk kita. Dia juga pasti berdoa hal yang sama untuk Lisa.

Butuh waktu bertahun-tahun buat saya mengetahui rahasia doa yang bukan hanya soal kata-kata, tetapi juga soal kemurnian hati. Bahwa doa merupakan sebuah tindakan yang perlu dilakukan dengan hati yang tulus.

Kita harus percaya untuk bisa mengenal Tuhan, juga Tuhan mengenal kita. Dia mencari kita dan merindukan kehadiran kita untuk datang dalam hadiratNya. Kesatuan hati bersama dengan Bapa, bukankah itu merupakan suatu karunia yang luar biasa dari Kristus?

Dengan begitu, kita menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan Bapa.

Yesaya 64:4

Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia;hanya Engkau yang berbuat demikian.

Dalam kematiannya, Lisa melekat dengan perkataan Tuhan, seperti Kristus yang melekat dengan salibNya.

Biarkan kasihNya memenuhi hati setiap kita. Kini, tugas kita adalah untuk memegang erat-erat kesatuan yang bisa ditemui melalui Bapa dan melalui kasih yang kita berikan untuk sesama. Kristus telah memberikan cara kita untuk bisa mengenalNya.

Yang perlu kita lakukan adalah untuk berada di bawah kaki salib.

Hak Cipta © Cindy K. Sproles, digunakan dengan izin.

 

Ikuti Kami