Di Ulangan
1 ayat 39, Musa menyampaikan kalau anak-anak generasi baru bangsa Israel lah yang
akan masuk menikmati Tanah Perjanjian. Hal ini disampaikannya karena selama empat puluh tahun, orangtua mereka yang dikirimkan sebagai pengintai cukup takut untuk
menghadapi para raksasa yang ada di kota Kanaan. Mereka pun pulang dengan cerita bagaimana kondisi negeri itu.
Dalam
bahasa sederhananya mereka berkata, “Ada
raksasa di negeri itu dan kota-kotanya dibentengi. Sangat berbahaya. Kami punya
anak-anak. Kami harus memikirkan yang terbaik untuk mereka. Kalau kami pergi ke negeri itu, anak-anak kami bisa ditawan.”
Dengan menyaksikan
makhluk-makhluk besar itu, keberanian mereka ciut. Jangankan untuk merebut kota
itu, untuk memasukinya pun mereka benar-benar gentar. Cerita itulah yang bahkan membuat semua orang-orang dewasa bangsa Israel menjadi takut.
Inilah kesalahan paling fatal yang dilakukan orangtua dalam keluarganya. Orangtua jauh lebih kuatir dengan apa yang dilihatnya dibanding dengan apa yang Tuhan janjikan. Seperti orangtua bangsa Israel yang kemudian gentar dan memilih untuk menjaga anak-anak dan keluarga mereka ketimbang ikut berperang. Akibatnya, mereka hanya menghabisan sebagian besar hidup mereka berkelana di padang pasir.
Baca Juga :
Suami Pasif Bikin Geregetan? Belajarkan Menerimanya Lewat Ayat Ini
Kepada Para Pendeta, Sadarilah Kalau Pasanganmu Juga Rindu Terlibat di Setiap Pelayananmu!
Tahukah
kamu kalau memprioritaskan anak-anak adalah hal terburuk yang dilakukan orangtua.
Perintah pertama, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku (termasuk anak-anakmu).”
Saat orangtua menempatkan anak-anak di tempat pertama, maka tanpa sadar orangtua
sedang menjadikan anak sebagai idola. Dan saat orangtua menjadikan mereka idola, secara tak langsung mereka diajarkan tentang menyembah diri mereka sendiri.
Hal yang
sama juga berlaku untuk pernikahan. Istri, janganlah memaksa supaya suamimu
menjadikan sosok yang pertama dalam hidupnya. Karena harus ada Tuhan sebagai pribadi
yang pertama dalam pernikahan kalian. Saat suami mengasihi Tuhan dengan sepenuh
hati, maka dia akan mengasihimu dengan kasih yang tulus. Tapi kalau ternyata istri merebut tempat itu, seorang istri tanpa sadar sedang merebut posisi Tuhan.
Suami-suami,
kamu bisa berlaku romantis kepada istrimu dengan membelikannya seikat bunga dengan
tulisan pesan ‘Aku Mencintaimu’. Tapi jangan mengganti pesan itu dengan kalimat,
‘Seluruh hidupku adalah milikmu’. Kamu hanya menjadikan istrimu sebagai berhala.
Kalau kamu hanya hidup untuk pasanganmu saja, kamu hanya menjadikan dirimu penyembah berhala.
Jadi,
periksalah dirimu apakah kamu sedang terjebak dalam mengidolakan anak,
istri/suami atau keluargamu di atas dari mengidolakan Tuhan? Mungkin alasan ini
yang membuatmu merasa lemah dan takut melangkah menuju tanah perjanjian yang
Tuhan sudah janjikan atas pernikahanmu.
“Dan anak-anakmu yang kecil, yang kamu katakan akan
menjadi rampasan, dan anak-anakmu yang sekarang ini yang belum mengetahui
tentang yang baik dan yang jahat, merekalah yang akan masuk ke sana dan kepada
merekalah Aku akan memberikannya, dan merekalah yang akan memilikinya. (Ulangan
1: 39)