Gereja-gereja di Kuba
sepakat untuk menolak pelegalan pernikahan sesama jenis di negara itu. Selain
dengan spanduk dan poster yang dipasang diberbagai tempat, sebuah gereja
melakukan protes dengan cara unik, yaitu 100 lebih pasangan menikah yang
memperbaharui perjanjian nikah mereka.
“Kami bersuara atas
nama pernikahan yang seperti dirancangkan sejak mulanya (oleh Allah-red),”
ungkap Bishop Ricardo Pereira dari Gereja Methodist Kuba yang menekankan bahwa
apa yang mereka lakukan bukan bersifat politis tetapi merupakan ekspresi iman
mereka.
“Ini adalah pertama kalinya sejak kemenangan revolusi bahwa gereja-gereja injili membuat satu pernyataan. Ini historis,” demikian tambahnya saat berada di depan ratusan pasangan suami-isteri itu.
Baca juga:
Kata Alkitab: Cara Menyikapi Mereka Yang Terlibat Dengan Homoseksual
Pertobatan Pekerja Homoseksual Setelah Menonton Solusi
Sambil memegang
rangkaian bunga, Debora Lisset Covas (32) menyatakan bahwa demonstrasi itu
bukan bersifat anti homoseksual.
“Saya memiliki tante
yang lesbian dan saya memiliki teman dan rekan kerja yang homoseksual. Mereka
semua adalah ciptaan Tuhan dan saya mengasihi mereka,” demikian ungkap Debora.
“Tetapi saya tidak mau
ideology gender diajarkan di sekolah. Itu yang terjadi di Negara lain setelah
pernikahan sesama jenis dilegalkan,” ujar Debora mengungkapkan kekuatirannya
akan masa depan anak-anak di negara tersebut.
Menurut berita yang
dirilis oleh The Guardian pada 18 Februari 2019 tersebut, gereja telah mengirim
petisi yang ditandatangani oleh 178.000 orang yang menolak pelegalan pernikahan
sesama jenis pada Oktober 2018 lalu.
Namun pemerintah Kuba
akan mengubah konsitusi di Negara tersebut berkaitan dengan definisi pernikahan
dimana dinyatakan bahwa pernikahan adalah “penyatuan sukarela antara dua orang”
dan dari sebelumnya adalah “antara pria dan wanita”. Peniadaan kata “antara
pria dan wanita” itu menurut pemerintah Kuba untuk menghormati semua pendapat.
Konstitusi yang baru tersebut akan diputuskan setelah dilakukan referendum yang
akan dilakukan pada Senin depan.
Apa yang dilakukan
oleh gereja-gereja di Kuba patut diacungi jempol. Gereja harus berani bersuara
untuk menegakkan kebenaran, dan keberadaannya harus berdampak bagi negara dan
masyarakat dimana Tuhan tempatkan.