Dilansir dari CNBC, menteri
ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri menegaskan kalau Indonesia saat ini tengah masuk
dalam era gig economy. Orang yang
banyak berperan dalam era ini adalah generasi milenial, dimana mereka bisa bekerja tanpa harus datang ke tempat kerja.
Mereka bukan lagi melabeli diri
sebagai fulltime atau parttime, melainkan bekerja berdasarkan proyek dengan lokasi pekerjaan yang sangat mobile.
Menariknya, hal ini sangat dekat dengan kita.
Kayaknya kalau dulu banyak orang masih berlomba-lomba untuk menduduki kursi
PNS, kini ada banyak orang yang pengin menjadi seorang influencer dengan jumlah followers yang banyak.
CBS News menuliskan kalau mereka yang terlibat
dalam gig economy ini adalah mereka yang menginginkan fleksibilitas dan
kemandirian dalam sebuah pekerjaan yang tidak bisa ditemukan dalam pekerjaan tradisional beberapa tahun ke belakang.
Dalam praktiknya, karakteristik gig economy ada 3, yaitu:
1. Self-employed
Ciri-cirinya adalah seorang
individu yang mendapatkan pendapatan dengan bekerja sendiri, atau dengan kata
lain, tidak terikat pada satu perusahaan
tertentu. Hal ini membuat mereka cenderung lebih leluasa tentang pekerjaan apa yang akan diambil nantinya.
Dalam bukunya, Robert. T Kiyosaki
mengatakan kalau orang-orang yang masuk dalam golongan ini adalah mereka yang
profesional dan menghabiskan waktu bertahun-tahun di bangku sekolah, misalnya dokter, pengacara, dan lain sebagainya.
2. Limited contracts
Biasanya, orang yang terlibat
dalam gig economy ini adalah mereka yang hanya mengambil pekerjaan berdasarkan
kontrak dalam jangka waktu tertentu. Tugas yang dikerjakan pun cenderung lebih spesifik.
Cara ini dianggap jauh lebih menguntungkan,
sebab pekerjaan tersebut bisa dikerjakan dimana pun, asalkan sesuai dengan deadline yang bisa ditentukan. Tentu
saja, mereka yang bisa bekerja lebih cepat akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar sebab mereka bisa mengambil proyek yang lebih banyak.
3. More than one source of income
Berbeda dengan seorang karyawan
yang menantikan gaji bulanan, mereka yang terjun langsung dalam gig economy akan dibayar sesuai dengan
proyek yang mereka kerjakan. Hal ini biasanya akan mengantarkan mereka pada
pekerjaan-pekerjaan lain diluar proyek besar mereka, sehingga mereka bisa mendapatkan lebih dari satu pemasukan.
Setiap pekerjaan tentu ada nilai tambah dan
kurangnya. Istilah gig economy ini sudah cukup akrab buat mereka yang tinggal
di kota-kota besar seperti Jakarta. Salah satu keuntungan lainnya adalah
pekerjaan ini membuka peluang buat kita, yang tinggal di luar Jakarta untuk bisa bekerja tanpa perlu pindah ke suatu kota tertentu.
Working without job disini bukan berarti kita
pengangguran. Melainkan, kita tetap mengerjakan sesuatu hal, tanpa harus
terikat kontrak kerja seperti perusahaan-perusahaan tradisional. Minusnya tentu
saja, kita jadi tidak punya tunjangan-tunjangan yang biasa ditawarkan oleh
perusahaan seperti asuransi kesehatan atau dana pensiun.
Jadi, buat kita yang mau atau justru sudah
terlanjur untuk terjun pada perindustrian di era gig economy ini, yuk mulai bijak dalam mengatur keuangan kita.