Dalam sebuah pernikahan, sering
sekali kita dikecewakan oleh ekspektasi kita terhadap pasangan. Ketika ekspektasi itu tidak
terpenuhi oleh pasangan, tanpa sadar kita jadi sering terbawa emosi dan berujung pada sebuah permasalahan.
Ada kalanya kita menginginkan pasangan untuk
bisa melakukan suatu hal tanpa perlu kita menugtarakannya. Sebagai contoh, ketika
kita telah lelah mengasuh anak seharian, kita ingin pasangan bisa melihat
kondisi kita yang lelah tanpa harus memberitahunya, dan menawarkan pijatan atau bantuan pada kita.
Tanpa sadar, kita jadi punya keinginan agar
pasangan bisa membaca pikiran kita layaknya seorang mentalis. Namun, nggak cuma
kita kok yang menaruh ekpektasi pada pasangan. Hampir setiap pasangan pasti
punya permasalahan yang seruma. Kita menginginkan pasangan untuk mengetahui apa
apa yang kita butuhkan, sementara hal ini bisa menjadi sebuah beban tersendiri bagi pasangan.
Inilah sebabnya penting buat kita untuk
membicarakan ekspektasi dalam sebuah hubungan, sehingga pernikahan yang kita jalani bisa menjadi lebih berkualitas dan positif.
1. Kenali
Satu masalah yang paling sering memicu
perpecahan adalah acuh terhadap ekspektasi kita sendiri. Setiap kita adalah
produk dari masa lalu. Kita perlu mengenali diri sendiri dan mengetahui apa yang kita inginkan dari pasangan.
Saat kita bisa mencari tahu ekspektasi apa yang
sering menjadi konflik dalam rumah tangga kita, maka bicarakan hal ini dengan
pasangan. Sebab ekspektasi yang tidak realistis sering melukai perasaan kita
dan pasangan. Kita dan pasangan pasti punya ekspektasi yang berbeda, sehingga
kita perlu mengetahui cara untuk menjadikan ekspektasi tersebut menjadi lebih nyata tanpa harus membebani satu sama lain.
2. Utarakan
Ekspektasi perlu dibicarakan. Ketika kita
merasa kecewa karena ekspektasi yang tidak terpenuhi, maka ambillah waktu untuk
duduk dan bicara dengan pasangan. Pilah dan pilih mana ekspektasi yang paling
realistis, sehingga baik kita maupun pasangan bisa bekerja sama untuk mencapainya.
Ketika kita hanya butuh pasangan untuk
mendengarkan, maka katakanlah hal tersebut. Begitu pula ketika kita membutuhkan
sekedar pelukan atau dukungan secara emosional. Pasangan kita nggak selalu tahu apa yang kita inginkan kalau kita tidak mengutarakannya.
3. Bayar dengan kasih
Bagaimana kalau setelah kita menyadari apa yang
benar-benar diinginkan dan telah mengutarakannya, tetapi tetap saja pasangan
membuat kita kecewa? Hal ini akan terjadi ketika kita mengharapkan pasangan yang tidak sempurna untuk bersikap sempurna.
Ketika kita marah atau kecewa pada pasangan,
ingatlah kalau tidak ada orang yang sempurna. Kita harus ingat bahwa kita dan
pasangan merupakan satu, bukan lagi dua. Mengasihi pasangan sama saja kita juga mengasihi diri kita sendiri.
Ekspektasi itu sangatlah wajar bagi setiap
orang. Sebagai pasangan, kita harus bisa berjalan bersama-sama sebagai seorang
tim. Hal ini tidak berarti bahwa Tuhan menginginkan setiap orang untuk memenuhi seluruh kebutuhan pasangannya.
Ada kalanya pasangan lelah dengan keadaan. Ada
waktunya buat kita nggak bisa menerima kondisi yang sedang terjadi. Setiap hal
ada waktunya masing-masing. Kita harus bisa menghadapi ini bersama dengan
pasangan.
Komunikasi adalah salah satu cara untuk membangun
sebuah hubungan kian dekat. Tapi, tidak lupa buat kita untuk terus menempatkan
Kristus dalam hubungan, sebab dalam Dia, kita akan menemukan sukacita dan damai
sejahtera dalam hubungan pernikahan ini.