Tangis Nana pecah saat mendapati kabar kalau
ayahnya mengalami sebuah kecelakaan. Nana adalah seorang ibu muda dengan
seorang anak yang sebentar lagi memasuki bangku sekolah dasar. Menurut dokter,
Ayah Nana mengalami cedera yang cukup serius, sehingga kalaupun ia bisa pulih, ia tidak akan bisa kembali menjalani kehidupannya dengan normal.
Otomatis, sebagai anak paling tua, Nana harus
mengurusi ayahnya, baik mulai urusan dapur sampai keuangan. Bersama dengan
adiknya, Nana bergantian mengurusi kebutuhan ayahnya. Nana, di lain sisi, harus mengurusi dua rumah. Orang tuanya dan keluarga kecilnya sendiri.
Ia menjalani sehari-harinya sebagai seorang ibu
rumah tangga. Hal ini, kalau tidak diatasi dengan baik, tentu saja bisa melukai
kehidupan pernikahannya. Cerita Nana ini ternyata nggak asing lagi buat masyarakat Indonesia.
Generasi ini, disebut sebagai generasi
sandwich, yang menggambarkan kondisi terhimpit dari urusan kebutuhan, khususnya dalam hal keuangan bagi kehidupan pernikahannya, juga kehidupan orang tuanya.
Lantas, bagaimana cara yang tepat agar kondisi ini tidak menyakiti kehidupan pernikahan kita?
1. Tentukan batasan yang jelas
Jelas terhadap apa yang bisa kita lakukan dan
tidak bisa lakukan akan sangat membantu hubungan kita baik dengan keluarga
kecil kita maupun orang tua. Komunikasikan tentang hal ini baik kepada orang tua maupun pasangan.
Tujuan untuk menciptakan batasan ini bukan
untuk menjadikan kehidupan kita jadi lebih nyaman dan mudah, tetapi membuat
kita jadi punya waktu luang untuk mendekatkan hubungan dengan Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan kita.
Di lain sisi, kita harus bisa jadi lebih kompak
dengan pasangan. Setelah menikah permasalahan ini harus diselesaikan
bersama-sama. Kita juga bisa memulainya dengan menjelaskan pada pasangan
tentang apa yang kita butuhkan, misalnya meminta bantuannya untuk mengasuh
anak-anak saat kita harus membantu orang tua. Kekompakan kita sebagai pasangan suami istri sangatlah diperlukan untuk bisa keluar dari permasalahan ini.
2. Berikan pengampunan dan berkat bagi orang tua
Mungkin ada perasaan dimana kita merasakan
kalau kondisi ini tidak adil. Kita jadi mulai menyalahkan orang tua kita atas
kondisi ini. Bisa juga kita masih menyalahkan orang tua atas sesuatu hal di
masa lalu. Untuk bisa membantu dengan tulus, kita harus belajar melepaskan pengampunan tersebut buat orang tua kita.
Selanjutnya, fokuskan diri untuk menjadi berkat
bagi orang tua kita. Kita telah menerima segala kebaikan Tuhan dalam kehidupan
kita. Kini, bukankah sudah seharusnya menjadi sebuah kerinduan untuk melayani dan mengasihi orang tua sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita?
3. Mencari tubuh Kristus
Setiap manusia pasti punya limitnya. Ketika
kita merasa nggak lagi sanggup dalam mengatasi permasalahan ini, selain mengadu
kepada Tuhan, tubuh Kristus atau gereja juga bisa menjadi tempat pemulihan kita.
Lewat tubuh Kristus, pemikiran kita akan jadi
lebih terbuka mengenai kewajiban kita sebagai pasangan sekaligus anak. Tubuh
Kristus, maksudnya adalah saudara-saudara seiman yang dapat mengangkat kita saat terjatuh, memberi kita pakaian
saat pakaian kita compang camping, juga memberikan dukungan saat kita lelah dengan keadaan yang sedang dihadapi.
Kita harus mengizinkan diri kita ini mendapat
dukungan lewat komunitas tubuh Kristus atau gereja ini. Kalau pun nantinya kita
tidak bisa menemukan komunitas yang tepat, ingatkan pada diri kita kalau Kristus tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian.
Tuhan nggak akan pernah mengecewakan kita
sebagai anakNya. Apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita ini, Tuhan adalah
sumber kekuatan bagi kita. Sebab, di luar Kristus, kita tidak akan bisa berbuat
apa-apa (Yohanes 15:5).
Dalam kedagingan, mungkin kita sering mengalami
kegagalan. Namun, bersama dengan Roh Tuhan yang hidup di dalam kita, maka kita
akan jadi lebih bersukacita dan mengasihi keluarga sekaligus memelihara
kehidupan pernikahan kita.