Lahir di Jakarta, 25 Oktober
1987, Bong Chandra dikenal sebagai pebisnis yang sukses sejak usianya 22 tahun.
Bahkan, ditahun 2010, dimana ia berusia 23 tahun tersebut, ia mendapatkan gelar "motivator termuda
se-Asia". Kegiatan Bong Chandra sekarang ini adalah sebagai seorang motivator, pebisnis, bahkan penulis buku.
Buat Bong Chandra, siapa kita
tidak ditentukan oleh siapa diri kita sekarang ini, melainkan ingin menjadi
seperti apa kita besok. Sejak bisnis orang tuanya mengalami kesulitan pada masa
krisis moneter, Bong Chandra kecil memilih untuk mengesampingkan gengsinya dan berjualan kue di sekolah.
Nggak jarang kok cemooh ia
dapatkan, apalagi ia mengidap penyakit asma yang membuat fisiknya nampak
lemah. Bong Chandra, sejak krisis
tersebut, yang kala itu berusia 11 tahun, berempati atas terpuruknya ekonomi keluarga.
Kebutuhan sekolah diusahakan sendiri. Ia lebih memilih kertas bekas dan memfotokopi buku pelajaran milik temannya ketimbang membeli baru.
Beberapa alat tulis juga
dibuatnya sendiri. “Saya menggunakan karet (gelang) untuk penghapus,” tuturnya.
Ia tidak mau menyerah dengan keadaan dan berusaha sebaik mungkin untuk
memperbaiki keadaan perekonomiannya. Masa muda Bong Chandra dihabiskan untuk bekerja ekstra keras.
Satu hal yang bisa kita pelajari
dari seorang Bong Chandra adalah, sudahkah
kita menggunakan waktu dan kesempatan yang telah Tuhan berikan dalam hidup kita?
Pengkhotbah 11:9-10,
"Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada
masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi
ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
Buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu, karena kemudaan dan fajar hidup adalah kesia-siaan."
Lewat ayat di atas, bangsa Israel
diingatkan oleh Pengkhotbah untuk menikmati masa mudanya. Selagi masih muda,
kita harus bersukaria dan menuruti segala keinginan hati di dalam Tuhan. Masa
muda adalah masa di mana kita bisa menghasilkan karya-karya yang besar bagi Tuhan.
Ayat di atas juga mengingatkan kalau
kita selalu punya kebebasan untuk mengikuti keinginan hati dan apa yang kita
anggap baik. Tentu saja, kebebasan ini kita miliki di dalam tanggung jawab kita kepada Tuhan.
Tetapi kita juga harus ingat
kalau segala kesenangan manusia di dalam manusia di dalam dunia adalah
kesia-siaan. Tuhan sendiri yang akan jadi hakim untuk menilai segala hal yang
kita lakukan. Untuk itu, kita harus jadi lebih bijak dan cermat dalam
menggunakan waktu dan masa muda supaya memberikan keberhasilan di masa yang akan datang nantinya.
Sebagai generasi milenials,
kayaknya kita bisa menemukan banyak sekali contoh di media massa yang
menawarkan 1001 jalan pintas untuk memiliki kebahagiaan, kesenangan, dan
kesuksesan tanpa harus bekerja keras.
Sebagai anak Tuhan, kita harus
bisa menjalani nilai-nilai kekristenan dalan kehidupan kita. Ingatlah kalau
kita hidup nggak cuma lewat roti saja. Kita harus hidup menjadi dampak bagi
orang lain agar nama Tuhan dimuliakan. Selalu andalkan Tuhan dan minta tuntunan
Tuhan agar kita bisa menghasilkan karya terbaik buat Tuhan, ya!