Jumlah korban gempa Donggala dan
Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) terus bertambah. Sampai Selasa (2/10) korban sudah
mencapai 1.234 jiwa dan yang paling mengiris hati 34 orang diantaranya adalah pelajar yang ditemukan meninggal dunia di reruntuhan di sebuah bangunan.
Kabar ini dibenarkan oleh juru
bicara Palang Merah Indonesia (PMI) Aulia Arriani. Ke 34 anak ini kabarnya saat
kejadian sedang menjalani kemah Alkitab di sebuah gereja. Nahasnya, mereka diduga
terjebak di dalam gedung lantaran tanah longsor akibat gempa berkekuatan 7.4 SR itu.
“Relawan saya menemukan 34 jenazah….anak-anak yang sedang menjalani kemah Alkitab,” kata Aulia, seperti dikutip dari Christiantoday.com, Senin (1/10).
Sementara tim evakuasi telah
mendeteksi lokasi temuan jenazah tersebut adalah Pusdiklat GPID (Gereja
Protestan Indonesia di Donggala) Patmos ‘Jono Oge’ yang merupakan pusat
pelatihan gereja di Sigi, yang terletak di luar ibukota Palu. Pusat pelatihan ini diketahui memiliki sebanyak 40.000 anggota dari denominasi gereja di Palu.
Seminggu sebelum gempa, seorang remaja
Palu memosting foto pribadinya di Instagram-nya yang memperlihatkan pose dirinya di pusat pelatihan Jono Oge itu. Namun belum diketahui apakah remaja itu termasuk di antara korban yang ditemukan.
Sementara para pemimpin gereja Palu
saat ini bekerja sama untuk menawarkan bantuan. GPID Eben Haezer di Palu Selatan
sendiri sudah membuka pelayanan medis bagi korban luka-luka. Bahkan mereka menghadirkan seorang dokter Kristen dari Gereja City Harvest Singapura.
Sementara jemaat Gereja Bala
Keselamatan di Palu bahkan sudah menyiapkan tempat untuk menyediakan makanan bagi
100-300 orang setiap hari. Tim evakuasi juga terus melakukan pencarian korban di
lokasi lain, salah satunya di Hotel Roa Roa yang diyakini dihuni oleh sebanyak
50 tamu. Hotel ini bertepatan berdampingan dengan Gereja IFGF Palu yang sempat viral di media sosial lantaran ditemukan masih utuh dari hantaman gempa.
Sementara pelayanan anak Kristen, World Vision yang sudah membantu lebih dari 5000 anak di Palu sudah mendirikan pusat-pusat penyediaan makanan untuk anak-anak di Palu. Mereka juga sudah menyalurkan bantuan bagi korban kendati kantornya sendiri ikut mengalami kerusakan parah akibat gempa.
Baca Juga : Kisah Kapten Mafella yang Selamat dari Gempa Palu Karena Dengar Suara Roh Kudus
Mari berdoa bagi keluarga dari 34 anak
yang meninggal, supaya mereka diberi penghiburan dari Tuhan sendiri. Dan kita
juga berharap supaya kondisi di Palu, Sulteng segera pulih. Keluarga yang hilang
bisa segera ditemukan dan para korban bisa mendapatkan bantuan medis dan juga bahan
pokok sesegera mungkin.