Berdasarkan sebuah
organisasi yang dibangun oleh mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, pada
tahun 2017 lalu sekitar 84.000 orang tewas oleh tindakan kelompok Islam
radikal.
Tony Blair Institute
for Global Change merilis Global Extremism Monitor pada Kamis (13/9/2018) lalu,
yang menyatakan bahwa setidaknya 84.023 orang sipil tewas di 66 negara karena
tindakan kekerasan oleh kelompok Islam radikal di tahun 2017.
Dari 84.023 ribu orang itu, 48.164 kematian berasal dari kelompok radikal itu sendiri, sedangkan 22.000 adalah masyarakat sipil, 10.337 adalah aparat keamanan dan 3,307 kematian dari orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Sedangkan ada 292 orang yang tewas tidak diketahui identitasnya.
Baca juga :
Jadi Sarang ISIS, Orang Kristen di Irak Pilih Tak Kembali Ke Kotanya
Kabar Baik, Tubuh 21 Martir Kristen yang Dipenggal ISIS akan Dikembalikan ke Keluarga
Laporan ini juga
menyatakan bahwa kelompok radikal yang banyak menjadi dalang kematian tersebut
adalah kelompok Negara Islam Irak Suriah atau lebih dikenal sebagai ISIS. Walau
di Suriah dan Irak kelompok ini sudah dikalahkan, namun mereka masih
menginspirasi dan mengendalikan berbagai serangan teror di berbagai Negara.
Data menyatakan
terdapat 7.841 serangan di 48 negara pada tahun 2017 lalu, setidaknya ada 47
kelompok Islam radikal yang terlibat. Serangan itu dirancang untuk menebarkan
ketakutan dan menurunkan moral masyarakat.
Selain ISIS, kelompok
lain yang sering menyerang kelompok sipil sepanjang 2017 adalah kelompok
radikal Boko Haram di Nigeria.
Yang mengejutkan
adalah serangan tersebut 95 persen mentargetkan kelompok Muslim Syiah yang menjadi
kelompok minoritas, sedangkan sisanya menyasar umat Kristen.
Dokumen ini
memperingatkan bahwa kecuali kalau para pembuat keputusan terlibat penuh dalam
memerangi ide dan mengatasi pola pikir kelompok ekstrimisme, maka kekerasan
yang dilakukan kelompok radikal Islam akan terus meluas.
Indonesia sendiri
sudah tidak asing dengan gerakan dan teror dari kelompok Islam radikal, bahkan
pemerintah telah melakukan berbagai upaya deradikalisasi kepada para teroris
yang tertangkap ataupun kepada kelompok masyarakat yang terindikasi sudah
terpengaruh oleh ajaran ini.
Untuk itu seruan NKRI
harga mati dan juga gaung kesatuan sebagai bangsa Indonesia terus dikobarkan
untuk menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai toleransi dan persaudaraan di
negeri ini. Yuk, waspadai gerakan radikal dan terus bangun bersama rasa
persatuan dan kesatuan di negeri ini.