"Apa yang bisa dilakukan
oleh seseorang yang ijasah SMA pun tak punya?" Teriakan ini kerap memenuhi
telingaku. Perkataan Bapak malam itu tidak akan pernah kulupakan. Di luar sana, ada banyak orang yang sukses meski tak merasakan bangku sekolah.
Ijasah SMP pun seharusnya cukup
menjadikanku sukses. Alasan ini yang membulatkan tekadku untuk pergi ke Batam,
sebuah kota dimana aku menggantungkan harapanku untuk bisa membanggakan orang tua, dengan gelar kesuksesan yang akan aku kantongi.
Kukira mudah, ternyata memang harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan
Sebagai lelaki, aku selalu berpikir kalau aku
bisa melakukan apapun asal aku mau berusaha keras. Tanpa gentar aku pergi ke
Batam, tempat yang sekalipun belum pernah kukunjungi. Aku memulai bekerja menjadi seorang teknisi dengan gaji Rp. 900.000 per bulan.
Pada masa itu, uang dengan jumlah segitu hanya
cukup untuk menutupi kehidupan sehari-hari. Bagaimana aku bisa membanggakan
orang tua dengan menjadi sukses, ungkapku. “Eh, Robert, kerja sampai lembur
gini, duitnya kelihatan nggak?” Ucapan dari seorang teman membuyarkan lamunanku.
Bukan aku tidak mau sukses, hanya saja keadaanku
ini tampaknya belum bisa dibilang beruntung. “Nih, gimana kalau menjual ini
aja? Jual ke tamu 70 ribu, kau kasih ke aku cukup 40 ribu saja,” tawar temanku sambil menyodorkan seplastik kecil ekstasi.
Aku memulai pekerjaan menjadi seorang penjual obat-obatan terlarang
Meski ragu, tidak bisa terelakkan kalau dengan
menjual obat-obatan ini, pendapatanku bisa bertambah. Aku mulai masuk ke dunia
malam, menjajakan plastik demi plastik obat-obatan pada para tamu. Pendapatanku
berangsur-angsur mulai membaik, tanpa takut tertangkap polisi sama sekali, aku menjadi orang yang serba berkecukupan saat itu.
Tentu saja aku tidak hanya menjajakannya, aku
pun sering menggunakan obat-obatan terlarang tersebut. Ketika berada dalam
pengaruh obat-obatan tersebut, tidak ada yang lebih nikmat selain berhubungan
suami istri dengan pasangan. Aku pun tinggal ‘kumpul kebo’ dengan seorang wanita.
Dorongan orang tua membuatku tega bohongi orang tua
Banyak omongan sana-sini yang mengatakan kalau
kehidupanku sudah tidak benar di Batam. Hal ini sampai ke telinga orang tuaku.
Mereka memaksa aku untuk segera pulang dan tinggal bersama mereka. Dengan kehidupanku sekarang ini, tentu saja aku dengan segera menolaknya.
Desakan dan paksaan selalu diutarakan oleh
orang tuaku. Panas rasanya telinga ini mendengarnya. Hal ini membuatku
memutuskan untuk berpura-pura pulang kampung dengan membawa istri ke rumah. Padahal, wanita yang kubawa ini hanya sekedar teman ‘kumpul kebo’ku.
Meninggalnya Bapak membuatku kembali pada jalan yang benar
Tidak lama setelah kejadian tersebut, Bapak
meninggalkan kami sekeluarga. Hal ini membuatku sangat terpukul. Belum pernah
sekalipun rasanya aku menyenangkannya. Terbesit dalam pikiranku untuk meninggalkan kehidupanku yang sekarang ini.
Aku merenung dalam kamarku, ada sebuah lagu,
yang sangat aku ingat hingga detik ini. “Ku telah mati dan tinggalkan cara
hidupku yang lama.. Semuanya sia-sia dan tak berarti lagi..” Aku menyadari
kalau kehidupanku masih panjang. Aku menangis sejadi-jadinya, berdoa mohon ampun kepada Tuhan.
Aku telah mengecewakan Bapak, kini aku tidak
ingin mengecewakan Mama. Aku ingin membuatnya bangga. Aku mengatakan kepada
Tuhan, kalau aku ingin bangkit, aku ingin meninggalkan seluruh kehidupanku yang
lama. Tidak ada kata mudah saat itu. Sering terpikir dalam diri untuk kembali
ke masa-masa tersebut. Tiga minggu lamanya aku hidup dengan jumlah uang yang sangat minim.
Aku merasa terpuruk karena tidak memiliki apapun. Ditengah perenungan, aku ingat dengan seorang temanku yang bernama Robby. Ia adalah pribadi yang membawaku ke Batam, juga mengenalkanku pada dunia malam ini. Kudengar, ia telah berubah dan mengenal kasih dan kebenaran Tuhan.
Baca juga: Orang Tua Ingkar Janji, Kehidupanku Jadi Runyam! - Yudha
Pengharapan itu selalu ada, sebab Tuhan bersama kita
Setelah aku memutuskan untuk pergi ke temanku
tersebut, aku mengetahui kalau pekerjaannya adalah seorang fotografer. Dengan
percaya bahwa Tuhan menyertai setiap usaha yang kulakukan, aku memulai sebuah
karir sebagai fotografer.
Kini, aku adalah seorang bapak dari dua orang
anak dan suami dari seorang istri yang sangat cantik. Oleh karena kasih Tuhan,
tugasku kini adalah mengasihi mereka yang telah menjadikan hari-hariku indah.
Inilah buah dari pertobatan yang telah aku alami. Aku percaya kalau kasih Tuhan
akan selalu mengalir dalam kehidupanku sehari-hari.