Cornelia Arnolda Johanna "Corrie" ten
Boom adalah seorang Kristen yang bersama dengan ayah dan anggota keluarga
lainnya, banyak membantu pelarian orang-orang Yahudi dari kejaran Nazi pada
Perang Dunia II dengan menyembunyikan mereka di sebuah tempat penyimpanan pakaian.
Lahir pada 15 April tahun 1892 di Amsterdam,
Belanda, Corrie lahir di tengah-tengah keluarga Kristen yang taat dan
mendedikasikan hidup mereka untuk melayani sesama. Selama berpuluh-puluh tahun
lamanya, keluarga ten Boom ini aktif dalam kegiatan sosial, iman mereka menjadi isnpirasi bagi masyarakat luas.
Dalam setiap pelayanannya, Corrie selalu
bersaksi tentang kebaikan Tuhan dan memberi semangat kepada banyak orang-orang
yang ditemuinya bahwa Yesuslah Sang Pemenang. Atas pelayanan dan keberaniannya,
Corrie mendapatkan banyak penghargaan, termasuk gelar kesatria dari Ratu Belanda.
Pada suatu waktu, Corrie pernah ditanyai
mengenai reaksinya atas orang-orang yang merasa diberkati oleh pelayanannya.
Mereka yang merasa diberkati sering sekali mengungkapkan penghargaan mereka dan
memuji-muji Corrie. Publik ingin mengetahui bagaimana seorang pelayan Tuhan ini bisa tetap rendah hati.
"Apakah sulit untuk tetap rendah hati saat
setiap harinya ada orang yang datang dan mengucapkan rasa terima kasih?" Pertanyaan inilah yang dilontarkan pada Corrie.
"Dulu saya memang punya masalah dengan
rasa bangga, tapi kini tidak lagi. Saya anggap setiap kekaguman dan ucapan
terima kasih itu seperti setangkai bunga. Setiap harinya, saya akan merangkai
setiap tangkai bunga yang saya dapatkan dari mereka. Kemudian di akhir hari, saya
akan menaruhnya di samping tempat tidur dan mempersembahkan rangkaian bunga
tersebut untuk Tuhan. Semua itu adalah milikNya, bukan milik saya," jawabnya.
Hal ini juga yang disadari oleh Maria, sang ibu
Yesus. Maria yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan sama sekali, diberikan
sebuah kehormatan yang luar biasa untuk mengandung seorang Juru Selamat. Kehormatan seperti ini, rasanya membayangkannya pun kita tidak bisa.
Meskipun Maria menyadari kalau anak yang
dikandungnya itu adalah seorang Mesias, ia tidak berubah sama sekali. Maria
tetap dikenal sebagai perempuan sederhana seperti sebelumnya. Bahkan saudara
Maria, Elisabet saja langsung kepenuhan oleh Roh Kudus saat Maria datang mengunjunginya dengan Tuhan Yesus yang masih dalam kandungan.
Bukannya jadi besar kepala, Maria justru
mengembalikan semua kemuliaan yang diterimanya tersebut kepada Tuhan. Lukas
1:46-47, “Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.””
Dalam keseharian kita, mungkin pujian, rasa
terima kasih, atau buah kekaguman lainnya sering kita terima. Nggak jarang kita
merasa kalau pantas menerima semua hal tersebut. Namun, dari renungan di atas
kita harus belajar untuk jadi seperti Maria atau Corrie, yang menyadari kalau
pujian yang kita terima itu adalah milik Tuhan. Untuk menanggapi setiap pujian,
kita cukup mengucapkan rasa terima kasih, kemudian, kembalikan semua
penghargaan yang kita terima kepada Dia yang paling berhak untuk menerimanya.
Sumber : pelitaku/jawaban