Sebagai orang Kristen, hari-hari kita diajar untuk berdoa. Gak
hanya sekadar berdoa, tapi doa yang benar seperti yang dituliskan di Alkitab digambarkan dengan mengambil posisi membungkuk, berlutut atau menyembah.
“Masuklah,
marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.” Mazmur 95:6
Posisi membungkuk dan berlutut memang sudah lama dikaitkan sebagai
posisi penyembahan dan penghormatan kepada Allah (baca 2 Tawarikh 6: 13; Mazmur
138: 2; Daniel 6: 10). Kata Ibrani dari ‘ibadah’ sendiri bahkan berarti ‘bersujud’.
Tapi pertanyaannya adalah apa benar posisi ‘membungkuk’ dan ‘berlutut’ lah satu-satunya posisi yang harus kita ambil saat memuji atau berdoa kepada Tuhan?
Pengalaman pertama yang memakai kata ‘membungkuk’ dengan
sikap hormat adalah ketika tiga malaikat surga menghampiri Abraham (Kejadian 18:
2). Abraham tahu mereka adalah suruhan Tuhan dan dia segera membungkuk ke tanah
untuk menyambut ketiga malaikat itu. Lalu setelah itu, di masa pemerintahan Firaun,
raja Mesir, dia kemudian memerintahkan semua orang Mesir untuk tunduk kepada Yusuf
sebagai tanda penghormatan kepada mantan budak itu sebagai wakilnya (Kejadian 14:
42-43). Jadi sejak masa Alkitab pun, membungkuk atau berlutut adalah salah satu
bentuk dari sikap kerendahan hati seseorang terhadap orang yang posisinya lebih tinggi.
Di jaman Musa, orang-orang Mesir juga melakukan penyembahan kepada
dewa-dewa mereka. Tapi dari hal itulah, Allah kemudian hendak membuat perbedaan
antara penyembahan kepada Dia dan dewa-dewa sembahan orang Mesir. Di dalam 10 perintah
Allah dituliskan, “Jangan membuat bagimu
patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi
di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah
kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah
yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada
keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku...” (Keluaran 20: 4-5)
Allah sendiri menyingkirkan segala bentuk ibadah yang
dilakukan oleh umatNya sebagai bentuk ibadah yang terlarang. Di Wahyu 19: 10,
Yohanes menceritakan tentang penglihatannya saat bertemu dengan malaikat di surga.
Dia tersungkur di kaki malaikat itu tapi sang malaikat justru berkata, “Janganlah berbuat demikian! Aku adalah
hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.”
Menyembah Bisa Dilakukan Dengan Berbagai Posisi
Menyembah atau berdoa kepada Tuhan gak cuma bisa dilakukan dengan
membungkuk dan berlutut saja. Tapi para penyembah dalam Alkitab seperti Musa dan
Harun justru menyembah Tuhan dengan posisi tertelungkuo di hadapan Tuhan dan kemuliaan Allah justru membayangi mereka (Bilangan 20: 6).
Yehezkiel malah jatuh tertunduk dalam kesedihannya saat berseru kepada Tuhan dan Tuhan pun menjawab Dia (Yehezkiel 11: 13-13). Orang-orang Lewi harus ‘berdiri setiap pagi untuk bersyukur dan memuji Tuhan’. Mereka melakukan hal yang sama di malam hari (1 Tawarikh 23: 30). Raja Daud masuk dan duduk di hadapan Tuhan untuk berdoa (2 Samuel 7: 18). Yesus ‘menengadahkan pandanganNya ke surga’ saat Dia menyampaikan doa kepada Allah (Yohanes 17) dan Paulus menasihati setiap orang yang ditemuinya untuk berdoa, mengangkat tangan dengan hati yang bersih dan tanpa amarah (1 Timotius 2: 8). Alkitab mencatat banyak sekali posisi berdoa dan menyembah yang dilakukan kepada Tuhan.
Baca Juga :
Turunkan Hujan dan Api, Inilah 4 Pelajaran Doa yang Bisa Kita Petik dari Nabi Elia
Berdoalah Seperti Seorang Teman, Tuhan Mau Kita Jujur di HadapanNya!
Penyembahan Harus Dibarengi Dengan Sikap Hati yang Benar
Saat menyembah dan berdoa, posisi tubuh kita memang penting. Tapi
bukan hanya itu, sikap hati kita juga penting. Kita harus memastikan kalau hati
kita dipenuhi dengan kerendahan hati dan kekaguman yang secara otomatis akan diekspresikan
lewat gerak tubuh kita. Berlutut, membungkuk, berbaring tertelungkup, menundukkan
kepada, dan mengangkay tangan adalah ekspresi fisik dari sikap hati kita. Tanpa
kerendahan hati, semua tindakan fisik ini hanyalah ekspresi penyembahan yang penuh kekosongan.
Yesus Sendiri Menunjukkan Kerendahan HatiNya
Mari belajar tentang penyembahan dan doa yang sejati dari
Yesus. Sikap Yesus dalam berdoa adalah indikadi penyerahan diri sepenuhnya kepada
kehendak Bapa. Kita bisa melihat hal ini di peristiwa saat Dia berdoa di Taman
Getsemania. Yesus mengambil posisi berlutut sebagai tanda penyerahan kepada otoritas
Allah ketika Dia meminta untuk dijauhkan dari penderitaan salib. “Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka
kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya:
"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Lukas 22: 41-42)
Yesus bahkan meminta kepada Bapa supaya Dia dihindarkan dari salib.
Meski begitu, Dia tetap bersikap tunduk kepada otoritas Bapa sebagai bentuk penyerahan
diriNya kepada otoritas yang lebih tinggi.
Jadi, semoga dari artikel ini kita diberikan pemahaman baru soal
posisi menyembah.