Beberapa orang rela bangun jam 5 pagi demi jogging di pagi hari, alih-alih malas, tapi demi sehat beberapa kilometerpun di jabanin.
Beneran bikin kita tetap sehat nggak sih?
Sebenarnya pertanyaan itu sedikit sulit dijawab, karena harus mempertimbangkan kondisi kesehatan, frekuensi, kecepatan lari dan BMI.
Dikutip dari Medicaldaily, sebuah studi menemukan pelari
laki-laki dan perempuan dapat bertahan hidup rata-rata beberapa tahun lebih
lama di banding mereka yang bukan pelari. Tentu saja, lari terasa lebih bikin
tubuh merasa tertuntut dibanding berjalan tetapi dengan berlari kita mendapatkan hasil lebih cepat.
Selain itu, beberapa orang juga menyarankan bahwa berlari lebih efektif bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan.
"Mengurangi lemak terselubung, bahkan tanpa menurunkan berat badan
dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan," kata Dr. Carol Ewing
Garber, seorang profesor studi biobehavorial di Columba University Teachers College.
"Lari sering kali menjadi langkah besar dalam intensitas
dari berjalan, jadi sebaiknya tambahkan lari ke dalam rutinitas kamu secara bertahap."
Namun ada sebuah penelitian juga yang menunjukkan bawah
perlari mungkin berisiko tinggi cedera dibanding mereka yang berjalan. Jika
kamu bermasalah dengan sendi atau radang sendi, sebaiknya konsultasilah ke
dokter sebelum memutuskan belari atau berjalan, karena jika kamu ternyata radang sendi parah maka berlari bisa memperburuk kondisi kamu.
James O'Keefe, seorang ahli jantung di Saint Luke's Mid
America Heart Institute menunjukkan bahwa terlalu banyak berlari bisa berakibat
buruk karena tubuh kita nggak bisa mempertahankan aktivitas yang menghabiskan energy seperti itu di luar titik tertentu.
"Setelah 60 menit aktivitas fisik yang intens, seperti
berlari, maka bilik jantung kita akan mulai meregang dan membuat kemampuan otot sulit untuk beradaptasi," katanya.
Di sisi lain, berjalan biasanya diremehkan dalam hal dampak
pada kesehatan. Dalam sebuah penelitian, berjalan hampir sama efektifnya dengan
berlari karena mengurangi risiko hipertensi, kolestrol tinggi, diabetes dan penyakit jantung.
Jika kamu ingin mendapatkan dampak lebih dari berjalan kaki,
maka kamu bisa melakukan pertimbangan untuk melakukan aktivitas seperti berjalan dijalur berbukit atau naik dan turun tangga.
Untuk kamu yang dewasa dan obesitas, menggunakan treadmill mungkin merupakan pilihan terbaik.
Sebuah studi 2011 menyimpulkan bahwa berjalan pada kecepatan
yang relatif lambat menuju kemiringan sedang adalah sebuah strategi olahraga
potensial yang dapat mengurangi risiko cedera muskuloskeletal atau penyakit
patologis sekaligus memberikan stimulus kardiobaskular yang tepat pada orang dewasa yang obesitas.
Seorang ahli jantung klinis bernama Peter Schnohr
merekomendasikan penggabungan dua aktivitas untuk mendapatkan yang terbaik dari kedua dunia.
"Olahraga yang paling baik adalah berlari dua hingga tiga
hari per minggu dengan kecepatan lambat atau rata-rata saja. Berlari setiap
hari dengan kecepatan cepat lebih dari 4
jam per minggu justru nggak menguntungkan," katanya
Mengubah intensitas dengan berjalan cepat juga bisa menjadi
pilihan sempurna bagi mereka yang memilih untuk nggak berlari. Satu penelitian
menunjukkan bahwa orang-orang yang berjalan dengan cepat memiliki risiko
kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang berjalan lambat.